Kegiatan ke-4: Fiksionalitas, Tafsiran Mimesis, dan Premis
Semangat pagi,
Selamat datang dan
selamat bergabung di Kelas Menulis Sekolah Matahari Pagi.
Kelas ini merupakan bentuk implementasi visi kami, Transforming Spectrum.
Tujuan utamanya yaitu untuk memperkuat
dan mengembangkan konsep diri dari para siswanya.
Diharapkan dengan mengikuti kelas ini akan memberikan cakrawala dan membentuk
perilaku yang kontekstual dan
relevan dengan hasrat (passion) yang dimiliki.
Pembelajaran ini menggunakan pendekatan eksplorasi kecerdasan majemuk, terutama: linguistik, logis matematis, visual spasial, interpersonal, dan intrapersonal. Dengan demikian kita menjadi terampil untuk merumuskan konsep, mengemukakan pendapat, berkomunikasi, berinteraksi dan memecahkan permasalahan.
Setelah membuka cakrawala penulisan pada materi ke-1, ke-2, dan ke-3, kali ini kita mulai masuk pada substansi kepenulisan yang akan kita kerjakan. Pada materi kali ini kita akan membahas fiksionalisasi, tafsiran mimesis, dan premis.
Tugas seorang penulis adalah menyajikan perspektif kepada pembacanya. Jika ia penulis nonfiksi, maka perspektif itu disajikan dalam bentuk argumentasi yang dijalin oleh rangkaian fakta. Di sini, pembaca dan penulis berada pada dunia yang sama, dunia nyata. Sedangkan jika ia penulis fiksi, maka yang disajikan adalah imajinasi dalam wujud cerita yang dijalin oleh rangkaian kata/diksi. Pembaca berada di dunia nyata, sedangkan cerita berada di dunia fiksi. Maka sang penulis berfungsi sebagai narrator yang memandu pembaca untuk bisa menyimak cerita yang disajikan.
Dalam menyusun argumentasi dalam tulisan nonfiksi, kita dituntut untuk bisa mengorganisasikan gagasan. Gagasan tersebut harus diselaraskan secara logis, sehingga pembaca dapat mengikuti alur pikiran kita sebagai penulis. Untuk itu, tulisan nonfiksi harus runtut, logis, dan menarik.
Menyajikan argumentasi dalam tulisan nonfiksi, misalnya esai, maka sebenarnya ada 2 (dua) teknik yang dapat digunakan untuk mengembangkan tulisan tersebut. Pertama, teknik induktif. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengemukakan terlebih dahulu bukti-bukti dan kemudian diambil kesimpulannya. Bukti-bukti tersebut dapat berupa contoh-contoh, fakta-fakta, pengalaman, laporan-laporan, data statistik dan lainnya. Hal yang harus diperhatikan dalam mengajukan bukti-bukti tersebut, yaitu: bukti-bukti harus sesuai dengan topik esai sehingga kesimpulannya tidak menyimpang dan bukti-bukti tersebut harus cukup banyak sehingga dapat mendukung kesimpulan.
Kedua, teknik deduktif. Teknik ini dimulai dengan mengajukan kesimpulan terlebih dahulu dan baru kemudian disusul oleh bukti-buktinya. Sistem penalaran deduktif disebut juga silogisme. Bentuk ini terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu: permis mayor, premis minor dan kesimpulan. Permis mayor berupa pernyataan umum dan mengandung kebenaran yang dapat diterima oleh umum. Premis minor merupakan proposisi yang mengidentifikasikan fenomena khusus dan merupakan bagian dari golongan premis mayor. Kemudian kesimpulan, pada silogisme merupakan perluasan logis (logical extention) dari ide yang ada dalam premis, sehingga kesimpulan tersebut dapat dianggap sahih (valid).
Namun, apakah cerita dalam tulisan fiksi itu mencerminkan kenyataan? Atau hanya cerita mengada-ada yang sengaja diciptakan? Atau cerita rekaan yang digambarkan sehingga sesuai kenyataan? Atau cerita nyata atau cerita berdasar kejadian sebenarnya kemudian diubah menjadi rekaan?
Itulah fiksionalitas dalam karya sastra. Tujuannya agar pembaca mampu menghayati kenyataan dan memahami permasalahan yang konkret. Sasarannya bukan hanya pikirannya saja, tetapi juga perasaan dan daya khayalnya. Karena dalam setiap objek, baik itu sebuah peristiwa atau fenomena dalam kenyataan, terkandung ide/gagasan. Inilah yang ditangkap penulis, kemudian diolah oleh imajinasi dan kreativitasnya, sehingga menjadi karya sastra. Inilah yang disebut sebagai tafsiran mimesis.
Untuk bisa membangun cerita yang kuat, penulis membutuhkan premis yang solid. David Shepard dalam novelsmithing (Dee, 2018) membagi 3 dimensi premis, yaitu: (1) premis kosmis, yakni dua kekuatan yang saling bertentangan; (2) premis cerita, yaitu dua kondisi kekuatan yang saling mengalahkan; serta (3) premis karakter, ialah kondisional asal berhadapan dengan kondisional ideal yang ingin dicapai oleh karakter. Memiliki formula 3 dimensi premis tersebut akan menjadi modal utama bagi seorang penulis.
Project.
Buat
embrio tulisan fiksi dan nonfiksi. Sebagai panduan perhatikan hal-hal berikut:
·
Nonfiksi:
-
Thesis
Statement:
-
Deduktif
Ø Premis Mayor:
Ø Premis Minor:
Ø Kesimpulan:
-
Induktif
·
Fiksi:
-
Thesis
Statement:
-
Premis
Kosmis:
-
Premis
Cerita:
-
Premis
Karakter:
·
Project
dibuat dalam bentuk video kreatif, bisa animasi atau rekaman paparan kalian.
·
Jika ada pertanyaan
ataupun kesulitan, silahkan didikusikan
di WAG Kelas Menulis MP.
·
Untuk
informasi bisa menghubungi sdr. Aziz Mutakin di kontak 0888-7154-9334.
Terima
kasih.