Minggu, 10 Maret 2019

RESUME BINCANG JEMARI : BRANDING & CREATIVE CONTENT


Kebanyakan dari kita, pasti berfikir dan mengetahui bahwa Brand = Logo/Produk/Perusahaan ataupun bentuk entitas lainnya.

Branding = Promosi?

Hal diatas tidaklah salah, hanya saja kurang tepat. Dalam sejarahnya, istilah brand muncul dari istilah Trendmark. Ini yang biasanya menjadi penanda hewan ternak. Namun lambat laun, pergeseran makna terjadi seiring perjalanan waktu. Sehinnga istilah tersebut lebih dalam dari sekedar hal diatas. Berikut pengertian sederhananya. 

Brand adalah Value (Nilai).

Branding adalah Strategi untuk menyampaikan nilai tersebut pada public atau target audiens, baik target market ataupun target pengguna. 

Apa itu BRAND?

Nilai dasar dari "kenapa kita buat usaha A?", "kenapa kita mendirikan komunitas A?", "Kenapa kita buat logo seperti itu?", "Kenapa kita membuat produk seperti itu?", bahkan "Kenapa kita memperkenalkan diri kita seperti itu (Personal Brand, istilahnya dalam dunia creative)?". 

Sehingga, apa yang kita lakukan atau bangun memiliki nyawa dan benang merah yang kuat. Kita mulai dengan 2 pertanyaan kuat dalam membuat ataupun membangun brand : APA dan KENAPA"?.

Branding.

Bagaimana strategi yang TEPAT, untuk menyampaikan nilai yang kita punya kepada public, agar public mengetahui, menerima, mempersepsikan hingga loyal pada brand kita.

Promosi bukan branding, tapi promosi adalah bagian dari Branding. Untuk membuat Branding yang tepat sasaran, mulailah dengan mengenali target audiens kita, baik target market maupun  target pengguna. Meliputi demografisnya, psikografisnya, geografisnya, insight dan journey. 

Untuk mengenal demografis, psikografis dan geografis target kita, dibutuhkan untuk menyesuikan pendekatan yang tepat baik dari verbal dan juga visual. 

Consumer Insight dibutuhkan untuk mengetahui, "Pesan apa yang tepat agar Brand kita masuk dalam Pikiran mereka".

Sedangkan Consumer Journey dibutuhkan untuk mengetahui "Medium (Media) apa yang tepat agar Pesan kita tersampaikan diwaktu, tempat dan moment yang tepat".

Hal itulah menjadi dasar dalam membangun sebuah brand dan bagaimana cara berfikir mem-Branding sebuah brand. 

Bagaimana cara membranding yang tepat ketika semua hal diatas sudah ditemukan?

Tahapan Brand Equity :

Brand Awareness. Ini proses pengenalan suatu brand. Logo dan visual branding lainnya merupakan langkah awal untuk memperkuat proses ini. Biar brandnya bisa mudah dikenal oleh publik.

Brand Association. Proses agar target kita menghubungkan brand kita terhadap sesuatu. Misalnya, kalau berbicara air mineral maka orang akan memikirkan Aqua. Jika berbicara mie instan maka orang akan berfikir Indomie, dan lainnya.

Perceived Quality. Ini tidak sebatas dikenal & diasosiasikan dengan suatu produk, tapi orang yang pernah mencoba dan yakin dengan kualitasnya. Misalnya, ketika berbicara soal lampu, maka banyak orang akan langsung berpikir terhadap merek Philips. Tapi bukan hanya itu, kualitasnya juga memang dianggap sangat bagus dan awet. Bedanya, jika pada tahap Awareness dan Association, konsumen hanya sekadar tahu (tanpa harus membeli/mencoba). Pada tahap ini konsumen harus membuktikan sendiri soal kualitasnya.

Brand Loyalty. Di tahap ini, konsumen berubah jadi pelanggan. Tidak peduli sebanyak apapun merek saingan, dia tetep setia membeli merek langganannya. Contoh, segencar apapun iklan Mie Sedap, banyak orang masih tetap lebih milih Indomie.

Brand Advocate. Tidak sebatas kenal dan loyal, brand yang udah sampai tahap ini akan dibela habis-habisan oleh pelanggannya. Mungkin masih ingat "perang" antara Apple Fanboy vs Samsung User"? Nah, itu contoh jika kedua brand itu udah sampai level brand advocate ini.

Kunci dan intinya adalah permainkan dan miliki otak dan pikiran target kita. 

Jika hanya gencar di tahap awal "Pengenalan", maka hasilnya hanya "Medium".

Branding itu bukan iklan. Tapi, iklan bagian dari branding. Atau dalam penjelasan saya diatas., "Branding bukan promosi, tapi Promosi bagian dari Branding".

Contoh kasus 1 : ada sebuah produk balsem yang tidak diiklankan tetapi memiliki pelanggan yang setia. 

Jika dibedah produk balsem tersebut, yang notabene sama kasusnya dengan tukang pijit. Keduanya sama-sama tidak beriklan konvensional, tapi terkenal khasiatnya. 

Medium yang mereka gunakan adalah mulut. Yakni dengan cara testimoni, kemudian disebarkan dari mulut ke mulut. Biasanya produk atau jasa seperti ini adalah jasa yang sudah memiliki waktu lama atau sudah dikenal lama. Sehingga, awerenessnya tercipta dari durasi yang panjang. Ditambah lagi dengan adanya orang-orang yang kita percaya kemudian menganjurkan, sehingga tidak perlu iklan konvensional.

Contoh kasus 2 :  membranding diri sebagai penulis.

Ini menarik, karena ketika kita bicara karya lingkupnya lebih luas dan insight nya sangat mendalam. Penerbit tidak akan melakukan branding besar-besaran terhadap suatu karya ketika belum terlihat hasilnya. Sehingga, meledaknya suatu karya dalam hal ini buku pada penerbitan perdana si penulis, menurut hemat saya, pure dari konten tulisan yang ia sajikan. 

Tapi setelah karya pertamanya meledak, biasanya penerbit akan gencar melakukan branding cukup besar untuk karya berikutnya. Hal ini dilakukan agar target pembacanya lebih kena. Sehingga kita akan menjumpai fenomena karya yang laku keras dipasaran, padahal penulis kurang dikenal. 

Tapi jawaban diatas tidak sepenuhnya benar. Bagaimana jika si penulis sudah menerbitkan beberapa buku sebelumnya? Maka menurut hemat saya, jawabannya adalah gabungan jawaban diatas, yaitu konten menarik dan fans base yang dipunya sebelumnya. Mereka melakukan promosi tanpa sadar dengan memposting di sosmed dan media lainnya. Secara tidak langsung dia menjadi seorang katalis (marketer diluar perencanaan)

Jika ingin membranding diri sebagai penulis, maka disarankan untuk gencar membuat karya yang memiliki ciri khas, fokus dan konstan. Sehingga, awarenessnya kuat

CREATIVE CONTENT.

Creative content adalah bagian dari branding untuk membuat suatu content yang unik, menarik dan menggugah perasaan. Agar tampil mencolok atau berbeda dari yang lain. Sehingga, kita dilirik pertama kali dan dapat tempat dihati publik. 

creative content secara bentuk dibagi menjadi 2, teks dan visual

Secara media : online dan konvensional (TV, koran, tabloid dan media cetak lainnya).

Secara konsep : game, video, foto, komik, poster, dan lainnya.

Di era serba digital saat ini, data terakhir google tahun 2018 menunjukan, bahwa 80% orang online setiap harinya. 65% orang diataranya menghabiskan waktu untuk entertaiment. 47% platform entertaiment yang sering dikunjungi adalah Youtube, 28% Instagram. sisanya adalah Website, FB dan Twitter. 

Melihat data analisis ini, maka content creative yang perlu dibuat adalah konten informasi ataupun ajakan yang memberikan sisi hiburan, perasaan dan meninggkalkan kesan mendalam. semua hal mendasar entertaiment intinya.

Hingga saat ini video adalah medium yang paling terbaik. Tapi perlu diperhatikan, intinya adalah kenali target audiens. Karena meskipun video kita bagus dan menarik, jika target audiensnya secara demografis usia 45-55 tahun, geografisnya di pelosok negeri, insight senang membaca, journey nya membaca koran, maka conten creative kita tidak akan berguna sedikitpun. 

Rumus branding : 
1. Demografis
2. Psikografis
3. Geografis
4. Insight
5. Journey. 

Brand yang baik adalah yang berangkat dan mempertahankan esensinya. Terjaga benang merahnya. 

Branding yang baik adalah yang mengenal siapa Target Audiens nya.

Element biaya dari branding itu ada 2. Riset dan Konsep. Riset untuk mencari target audiens. Contoh : Teh Botol Sosro melakukan riset sampai dua tahun untuk menemukan tagline "Apapun makananya minumnya Teh Botol Sosro".

Brand & branding awareness.

Masyarakat kita cenderung menganggap bahwa brand dan branding tidak penting, tidak tahu dan tidak ingin tahu. Hal ini disebabkan fokusnya adalah pendapatan. Sehingga, banyak UMKM bahkan perusahaan yang produknya tak laku dan gulung tikar. 

Memang tidak salah fokus pada pendapatan, karena memang itu tujuan berbisnis. Tapi, lebih baik menciptakan keuntungan jangka panjang.

Maksudnya seperti ini : ada yang lama tapi baik (Istilahnya Good Branding). Step by step untuk memperkenalkan brand dengan creative content yang dikelola kita ciptakan.

Ada yang cepat tapi mahal (Money Branding).
Step by step dengan memanfaatkan seluruh media, bayar iklan, bayar tv, bayar endors, iklan youtube, dan sebagainya.

Ada yang cepat tapi kurang baik (controversial branding). Buat satu, nyeleneh, tapi dijamin langsung terkenal. Di Perancis, saya lupa tahunnya, ada sebuah brand bir baru, yang ingin di launching dan langsung dikenal seluruh dunia. Akhirnya ia minta creative agency membuat konsep yang dapat melakukan hal tersebut. si creative agency sampaikan hal ke-3 hal diatas. Si creative agency tidak bertanggung jawab jika ada gugatan internasional. Pihak perusahaan setuju. Akhirnya konsep creative content dan mediumnya jadi. Bentuknya billboard yang gambarnya, President Obama sedang berciuman dengan Kim Jong Un. Dibawah sebelah kanan ada logo dan botol kemasan si bir. Iklan itu langsung viral dan terkanal permintaan banyak masuk. Namun, seminggu kemudian digugat.


Aris Munandar - Pegiat Matahari Pagi.
Disarikan dari Bincang Jemari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"