Sabtu, 30 Maret 2019

Jelajah Literasi bersama Kak Debby

Maret 30, 2019


Minggu malam, 31 Maret 2019 pukul 19.30 s.d 20.30, kita akan mulai kembali Bincang Jemari kita. Narasumber kita kali ini Kak Debby, Debby Lukito Goeyardi lengkapnya. Yup, Kak Debby merupakan salah satu penerima British Council Grants 2019. Cerita Kak Debby mengani grants ini bisa disimak selengkapnya DISINI.

Selama di Inggris, Kak Debby selama 2 minggu berkegiatan di National Center for Writing yang berada di Norwich. Kota ini dinobatkan oleh UNESCO sebagai City of Literature. Bagaimana tidak, banyak penulis-penulis hebat menjadikan Norwich sebagai “rumah”-nya. Sebut saja misalnya Julian of Norwich (1342-1416) merupakan penulis perempuan Inggris pertama yang menerbitkan buku. Yang termutakhir tentu saja Kazuo Ishiguro sang peraih Nobel Sastra tahun 2017 kemarin.

Sebenarnya saya ingin mendapat gambaran seperti apa sih potret millenial di UK? Atau jika di kita banyak yang menganggap jika gadget merupakan racun bagi anak-anak, bagaimana dengan di UK? Hal lainnya, jika Jepang sudah merancang konsep digital 5.0, bagaimana Inggris menyikapinya?.

National Center for Writing saat ini sudah menjadi penggerak utama literasi. Institusi ini pada awal perkembangannya di tahun 2006 hanya memiliki 3 orang staff. Hal ini sangat menarik dan motivasi tersendiri bagi saya. Tentu akan sangat banyak informasi yang dapat kita gali dari Kak Debby.

Norwich Puppet Theatre sebagai tempat kegiatan Kak Debby selanjutnya. Ini merupakan salah satu dari hanya 3 tempat teater boneka di Inggris. Disini Kak Debby mengadakan workshop bagi keluarga yang memiliki anak berusia 5-10 tahun. Selain itu, Kak Debby memberikan workshop juga di Martham Academy. Akademi dengan taglinegrowing people, growing minds” ini mengajak kita berpikir lebih luas dan optimis, sehingga akademi ini senyaman dan seramah mungkin dalam mempromosikan pembelajaran. Mereka mengklain sangat memahami tentang kualitas dan bagaimana cara mengembangkannya.  Materi apa saja sih yang disampaikan Kak Debby pada workshop di 2 institusi keren itu? Bagaimana tanggapan audience-nya? Apa saja yang menjadi perhatian utama mereka? Lalu, apa juga yang dimaksud dengan youth trust workshop?.

Selain itu, Kak Debby juga tampil mendongeng di Norwich Millenium Library. Dulu waktu di Bogor, saya pernah menyaksikan bagaimana Kak Debby mendongeng. Waktu itu bercerita tentang cepuk, sehingga kami memanggilnya Mak Cepuk. Sekarang, setahu saya sudah ada inovasi baru lagi, kali ini tentang Gatotkaca. Lebih kental nilai-nilai budayanya. Sehingga tak heran jika Kak Debby dipilih menjadi satu-satunya yang berasal dari luar Inggris sebagai penerima grants. Dua penerima grants lainnya dari Monsoon Publishing dan Metal Culture. Tak salah beliau membawa misi untuk mengenalkan bagaimana kegiatan dan kondisi literasi di Indonesia pada umumnya, Bali pada khususnya. Untuk itu juga Kak Debby dijadwalkan untuk interview di Future Radio dan Young Ambassador. Young Ambassador ini merupakan sebuah program dari National Centre for Writing bagi remaja berusia 15-17 tahun. Mereka dilatih untuk menjadi profesional di bidang industri kreatif dan seni.

Sudah tidak sabar bukan? Jangan lewatkan kulwapnya di WAG Jemari. Bagi yang belum bisa bergabung di WAG Jemari, jangan berkecil hati, karena resumenya akan dirilis di laman ini. Bisa pula menitipkan pertanyaan berdasarkan pemantik diatas melalui teks WA ke 0815-4683-3404.


Aris Munandar – Matahari Pagi.

Sebuah Ulasan Sederhana Puisi “Roh Kekasih” karya Jonson Effendi

Maret 30, 2019


Sekilas membaca puisi karya Jonson Effendi (selanjutnya disebut Abi) membuat geli dan senyum sendiri. Ini tentang aku yang sedang galau karena ingin ibadah tapi yang di sebelah kurang memberikan dukungan hehehe.

Roh Kekasih

Wahai kepinding
Dengarlah desah napas ini
Ke mana lagi kan kukirimkan candu berahi
Setiap malam tidur mendengkur
Bantal guling menjadi saksi
                  
Wahai angin
Tolong kabarkan padanya
Aku merindu belaian sayang
Penghangat tubuh di tungku perapian

Wahai kecoa
Jika dia tidur tolong bangunkan
Bawalah duduk terus berjalan
Di sini aku menggantang roh kekasih
Datang
Datanglah
Aku menanti di peraduan asmara
Di kala cinta bersemi.

Jonson Effendi
Palembang, 19/03/2019

Namun dalam memaknai sebuah puisi, sebaiknya memperhatikan struktur bathin puisinya yaitu tema, rasa (perasaan penyair termasuk di dalamnya latar belakang penyair), nada atau sikap penyair terhadap pembacanya (tone) dan amanat (intention) (Wibowo, 2016).

Artinya, faktor siapa sang penulis tidak bisa dilewatkan begitu saja untuk mendapatkan penafsiran yang baik. Terlebih, saya tergelitik untuk menelisik puisi ini lebih dalam lagi sebab ada beberapa baris pada bait yang menandakan bawa ini puisi prismatic yakni puisi yang multiinterpretable atau mulititafsir.

Satu diantaranya adalah larik … Jika dia tidur tolong bangunkan.

Bila ini tentang suami/ istri bagaimana mungkin sang aku tidak tahu pasangannya sudah tidur atau belum, apakah mereka long distance relationship (LDR)?  Jika ya, apa makna duduk terus berjalan? Lalu mengapa aku menggantang roh kekasih? Siapa yang dimaksud kekasih, sementara aku sudah memiliki pasangan. Kemudian penutup puisi dengan larik Di kala cinta bersemi  menyiratkan ada kalanya cinta tidak bersemi dalam arti, cinta sang aku tidak konsisten. Saya mulai menemukan sedikit kejangggalan, ada yang tidak cocok jika puisi ini sekedar tentang rindu untuk ‘beribadah’  dengan pasangan.

Kemudian,  saya membaca ulang puisi Abi dan melihatnya dari salah satu struktur batin puisi yakni rasa. Dari latar belakang pengarang, saya berpendapat puisi ini merupakan puisi sufi. Ini dapat dilihat dari makna larik-larik di tiap baitnya.

Pada bait pertama sang aku tengah resah, tak berdaya (dengan menggunakan kata kepinding). Ia menghabiskan waktunya untuk tidur dimana seharusnya ia bisa bangun untuk menemui tuhannya. Pada bait kedua, aku menginginkan pasangannya memberi dukungan agar dia bersemangat dalam ibadah khususnya shalat malam. Di bait ketiga, dalam ketakberdayaannya, sang aku berkeinginan agar pasangannya mau bersama-sama menemui Dia, sang penggenggam semesta dalam kecintaan dan kenikmatan qiyamul lail.

Menariknya puisi ini dipungkas dengan larik Di kala cinta bersemi. Ini menandakan bahwa seperti kebanyakan orang dalam beribadah terlebih mendirikan shalat malam, sering mengalami fluktuasi. Karenanya, selalu dibutuhkan bantuan, dukungan juga doa dari orang-orang terdekat baik pasangan, keluarga, karib kerabat, juga para sahabat.

Tentu saja, ini adalah penafsiran saya sebagai pembaca puisi Abi. Setiap orang bebas memberikan penafsiran atau interprestasi terhadap sebuah puisi  mengingat puisi merupakan bagian karya sastra yang bertujuan menghibur dan memberi pelajaran (Horatius dalam Teeew dalam Zenul , 2018)

Nirma Herlina Ghanie
Sumber bacaan
https://m-edukasi.kemdikbud.go.id
https://kompasiana.com

Rabu, 27 Maret 2019

Rakor PW FTBM Jabar

Maret 27, 2019


“Ulah Ngececes” (Anonim, 2019).

Pada tanggal 23 Maret 2019 kemarin, Pengurus Wilayah Forum TBM Jawa Barat (PW FTBM Jabar) kembali mengadakan Rapat Koordinasi (Rakor). Rakor kali ini merupakan yang kedua, setelah Rakor pertama diselenggarakan pada tanggal 2-3 Februari 2019.

RAKOR PERTAMA.

Rakor pertama dilangsungkan di Sekretariat FTBM Jabar, yakni di Ujungberung – Bandung. Pada rakor tersebut merumuskan 8 point strategis dalam upaya memajukan gerakan literasi di Jawa Barat. Point-point strategis tersebut, adalah : (1) Optimalisasi kepengurusan, dalam hal ini restrukturisasi kepengurusan wilayah Forum TBM Jawa Barat, pembentukan koordinator wilayah (korwil) dan kepengurusan Forum TBM di kabupaten dan kota; (2) Perumusan rencana audiensi ke berbagai pihak terkait, dalam rangka memperkuat koordinasi Forum TBM Jabar dengan stakeholders terkait literasi di Jawa Barat; (3) Persiapan penerbitan buku AKU dan TBM, sebagai program berkelanjutan, yakni FTBM Jabar menerbitkan minimal 1 judul buku setiap tahunnya; (4) Perencanaan jambore literasi tahun 2019; (5) Sinergitas dengan para pihak penggerak literasi; (6) Optimalisasi website dan media sosial (medsos), baik milik FTBM Jabar maupun milik FTBM kabupaten dan kota; (7) Mengagendakan kembali Safari Literasi, diintegrasikan dengan kunjungan FTBM Jabar bersama korwil yang dibentuk ke FTBM kabupaten dan kota; dan (8) Mendorong setiap FTBM kabupaten dan kota untuk mengadakan jambore/kemah literasi sebagai amanat dari Kopdar Penggiat Literasi Jawa Barat 2017, sebagai catatan, FTBM kabupaten dan kota yang sudah menyelenggarakan jambore/kemah literasi diantaranya: Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Purwakata, dan Depok.


RAKOR KEDUA.


Untuk Rakor Kedua bertempat di HS Taman Sekar – Bandung. Rakor kali ini merupakan pemantapan, pematangan, dan evaluasi terhadap hasil Rakor sebelumnya. Adapun rumusan yang dihasilkan, meliputi: (1) Pembagian tugas keorganisasian, program, kemitraan, dan media informasi; (2) Perencanaan penerbitan buku AKU dan TBM; (3) Persiapan Jambore FTBM Jabar pada tanggal 6-7 Juli 2019, mengusung tema: Literasi untuk Semua; (4) Optimalisasi FTBM kabupaten dan kota; dan (5) tanggapan terhadap hasil audiensi yang telah dilakukan.

Dengan pelaksanaan Rakor yang berkesinambungan ini diharapkan soliditas program dan kekompakan para pengurus FTBM Jabar dapat terjaga. Hal ini diyakini dapat berdampak pada kinerja yang lebih baik. Tak lepas dari komitmen FTBM Jabar untuk terus bergerak maju menuju Jawa Barat yang literat.


PAMATRI LITERASI, LAPAT DI TATA PUSTAKA.

FTBM Jabar terus melakukan transformasi guna menjawab tantangan dan kebutuhan zaman. Dimana penguasaan informasi mutlak dibutuhkan. Dicerminkan melalui pembaharuan website resmi FTBM Jabar dengan menampilkan konten yang kuat dan kental dengan literasi. Konten-konten tersebut, yakni: profil, kabar TBM, catatan redaksi, sastra, opini, dan berita.

Website tersebut nantinya bernama www.pamatriliterasi.com, dengan tagline : “Lapat di Tata Pustaka”. Tagline tersebut mengandung arti pentingnya penguasaan kepustakaan. Ditengah semakin deras dan cepatnya informasi, kecakapan dalam memilah, memilih dan menilai informasi tersebut menjadi sangat penting.


LAIN-LAIN.


Selain itu, FTBM Jabar melalui para pengurusnya, berpartisipasi aktif dalam Gebyar Kemdikbud. Balai Bahasa Jawa Barat sebagai pelaksananya menyelenggarakan workshop dan pameran pendidikan. Diantara lokasi penyelenggaraannya adalah Kabupaten Sukabumi dan Kota Bandung.

Selain itu, para pengurus FTBM Jabar juga turut berempati terhadap teh Rossy (Ketua FTBM Kabupaten Ciamis) yang sedang menjalani perawatan di RS Hasan Sadikin Bandung. Kehadiran para pengurus FTBM Jabar diharapkan dapat semakin menguatkan motivasi teh Rossy dalam perjuangan melawan penyakitnya. Hal ini menunjukan jika gerakan literasi sudah menjadi gerakan persaudaraan, terutama diantara para pegiatnya. Oleh karena gerakan literasi merupakan gerakan bersama, FTBM Jabar akan terus bersinergi dengan semua pihak dan mendorong FTBM kabupaten dan kota untuk terus bergerak. (Aris Munandar – Matahari Pagi).

Dr Hermawan: Menulis Cerpen Jangan Teoritis

Maret 27, 2019


Menulis cerpen jangan menggunakan konsep teori agar bisa mengembangkan imajinasi dan tidak terbunuh ide dan gagasan sehingga akan melahirkan tulisan yang tidak kaku. Hal itu dikatakan Dr. Hermawan, M.Hum dalam acara Bincang literasi mengangkat tema penulisan cerpen di  Pasirpengaraian, Ahad (24/3/2019). "Hasil survey beberapa sekolah kebanyakan guru fokus pada teori yang ada pada buku pelajaran sehingga konsep menulis cerpen menjadi tak berkembang dan imajinasi kaku. Hal ini menyebabkan anak menjadi malas dan bosan dalam menulis," jelas Hermawan. Menulis seperti Putu Wijaya dengan menggunakan objek yang dilihatnya dan dimana pun ia menulis dengan tidak pernah memikirkan bentuk tulisan, sebab bila terpaku dalam teori dan bentuk tulisan tidak akan berkembang bahkan mati ide.

Disela perbincangan Hermawan juga mengungkapkan bahwa menulis merupakan proses dari membaca alam yang berpedoman "Alam Takambang jadi Guru" maknanya sangat luas bahwa kita belajar pada alam yang menyajikan berbagai fenomena. Alam terbentang luas senantiasa mengabarkan sebuah kearifan’. Sejatinya pepatah atau ungkapan filosofi ini mengandung makna, pertama menunjukan sikap seseorang terhadap tanggung jawab yang seharusnya ia laksanakan dalam rangka pengembangan potensi diri. Kedua ungkapan ini bermakna menunjukan kepada kita apa sesungguhnya sumber dari pengetahuan, teknologi dan keterampilan sehingga sumber daya manusia bisa berkembang dan cerdas wawasan. Inilah yang diterapkan banyak penulis dan sastrawan seperti A.A. Navis. Sutardji Calzoum Bahri, Iwan Simatupang, Hamka, dan lain sebagainya. Apapun bentuknya membaca hal yang terpenting  sehingga imajinasi berkembang dan tulisan kita semakin baik.

Kegiatan perdana yang diagendakan oleh pegiat Literasi Rokan Hulu (PLR) dan akan menjadi kegiatan rutin setiap bulannya untuk menggairahkan semangat dan motivasi dalam gerakan literasi di Rokan Hulu. Diskusi seperti ini sangat diperlukan memancing ide dan gagasan yang akan dituang dalam pola rasa, pola pikir dan pola kata bagian literasi. Pertanyaan dari peserta pun tak kalah seru dan antusias. Mengupas kegalauan dan kendala kepenulisan yang sering mentok di tengah perjalanan menuangkan ide dan gagasan dalam kepenulisan cerpen. "Saat ide sudah ada dan memulai menulis pada tengah perjalanan sering kehilangan ide sehingga tulisan tidak terselesaikan," ungkap Wahyu Sabrinaldi mahasiswa STKIP Rokania. Menulis dengan memikirkan teori inilah yang menyebabkan kebebasan penulis dibunuh. Bahkan sering tak menyelesaikan tulisan dari kungkungan teori.

Akhir dari bincang literasi ditutup dengan menarik simpulan oleh Nirma Herlina, C.Ht, M.Pd. sebagai moderator "Kemana dan dalam bentuk apa kelak sebuah ide itu menjadi, biarkan pembaca yang menilainya. Di atas semua itu, banyaklah membaca untuk bisa mengupgrade karya. Lalu berlapang dada menerima kritikan dari pembaca dan ahlinya," pungkasnya. (SY)

Resume bincang JEMARI: Berita dan Feature

Maret 27, 2019


" Writing is a creating, ini a creation some one directs not only all of historical knowledge, power, and abilities but here included all his life and breath"
"Reading is a center that cannot be avoided by writer"
( Stephen King, Americas Writer )

Menulis, yups... menulis merupakan cara paling ampuh untuk bisa mengekspresikan ilmu, ide dan nuansa hati. Melalui goresan pena yang ada seseorang dapat dengan mudah mempengaruhi, menambah, menggali lebih dalam isi dunia. Maka pantaslah buku disebut sebagai jendela dunia. Membaca dan menulis adalah satu paket yang tidak bisa dipisahkan dari masa ke masa karena penulis yang baik sudah pasti seorang pembaca yang baik. Ragam kepenulisan amatlah banyak, ada novel, diari, surat, opini, artikel, berita, feature, dan seterusnya. Kali ini kita akan mengupas sedikit mengenai berita, feature dan kepenulisanya sebagai produk jurnalistik.

Kebutuhan akan berita nampaknya sangat mempengaruhi berbagai media layaknya koran, majalah, televisi, tabloid atau lainnya dalam menyajikan informasi yang hangat dan di minati para pembaca. Tidak dapat dipungkiri dengan berkembangnya zaman banyak institusi pendidikan yang mendalami dunia jurnalistik dengan menjadikan ilmu jurnalistik sebagai salah satu mata kuliah maupun prodi yang sangat dinamis untuk dikaji sepanjang waktu.

Di Indonesia telah berdiri beberapa Universitas yang telah diakui kredibilitasnya dan turut menggembleng mahasiswanya dalam menggeluti dunia jurnalistik agar kelak dapat menjadi seorang jurnalis hebat serta mampu meluncurkan berita di lapangan dengan cara mencari, mengolah dan menyebarluaskan informasi sebaik mungkin. Di antara Universitas tersebut adalah UNAIR-Surabaya, UNDIP-Semarang, UI-Depok, UNPAD-Bandung, UMN-Tanggerang, dan UN Esa Unggul-Jakarta ( Musfia, 2018 ).


Apa itu berita ?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita ialah serangkaian laporan mengenai kejadian yang hangat. Berita berasal dari bahasa sansekerta: vritta (peristiwa), vrit (ada atau terjadi). Secara istilah bermakna menceritakan peristiwa yang benar adanya. Berita merupakan sumber informasi yang berasal dari ide baru, laporan, fakta sebuah peristiwa yang layak untuk disampaikan kepada masyarakat.

Sebuah peristiwa akan sampai ke khalayak umum bila terdapat seorang jurnalis yang merekam jejak peristiwa  tersebut dengan berpegang pada unsur 5 W + 1 H (what, where, when, who, why, + how) bisa pula ditambahkan (how much dan how many), aktual (actual), benar terjadi (factual), penting (important), menarik (amazing). Dengan unsur-unsur tersebut pembaca berita seakan berada pada peristiwa yang sedang berlangsung (Prastiwi, 2019). Adapun berita yang didapatkan bisa berasal dari liputan langsung dalam mencari fakta pada tempat kejadian, wawancara dengan narasumber untuk menggali informasi dan pencarian data baik jurnal, artikel, maupun buku terkait.

Ragam berita pun bermacam-macam. Mulai dari berita langsung (straight news), berita mendalam (depth news), berita penyidikan (investigation news), berita penilaian fakta dari wartawan (interpretative news), dan berita pendapat (opinion news) (Itha, 2014). Sedikit bertolak dengan Itha, Indah Prastiwi seorang jurnalis dan ketua FTBM Jakarta timur memetakan berita dalam tiga lingkup sederhana dimana terdapat berita langsung atau berita lempeng (straight news, hard news, spot news), berita mendalam (depth news), berita khas atau berita kisah (feature). Terlepas dari pertentangan dua pendapat tersebut berita tetaplah hal yang sangat asyik dan menantang untuk dikaji dan dinikmati karena menambah informasi dan wawasan di manapun dan kapanpun.

Oleh karenanya berita yang baik adalah berita yang mencerminkan kode etik jurnalistik sehingga peristiwa yang dipaparkan mampu menggait orang lain untuk membacanya. Hal ini menuntut keseimbangan sudut pandang (angle) jurnalis dalam mencari berita, pemberian judul yang mencerminkan keseluruhan isi berita (headline), penjabaran waktu dan tempat, teras berita dan isi berita itu sendiri.

Seringkali berita disamakan dengan feature karena ketidak-pahaman mengenai feature. Meski keduanya adalah produk jurnalistik namun feature lebih kepada berita khas dengan bahasa luwes, hal hal pokok bisa diletakkan di depan atau tengah, pada bagian akhir bisa diiringi kesimpulan, tidak melulu menceritakan kejadian yang baru saja terjadi dan tetap anggun atau langgeng dibaca kapan pun dan dimana pun. Tidak seperti berita yang menggunakan bahasa lugas, meletakkan hal paling pokok seakan piramida terbalik dan menuntut dinikmati paling lambat 24 jam setelah kejadian berlangsung.

Lihat berita yang termuat dikoran, adakah orang yang bersedia membayar dengan harga yang sama antara koran hari ini dan koran kemarin atau lusa. Sudah pasti koran dalam jangka waktu lebih dari satu hari beritanya terasa basi, bahkan dijual perkilonya sebagai bungkus bumbu dapur atau makanan di warung. Itu semua dilatar belakangi oleh banyaknya peristiwa dan jurnalis yang sigap menyajikan berita hadir setiap hari dengan sensasi hot yang menarik.

Selain untuk menghibur, feature juga mencari sudut pandang lain yang dianggap harus diperjelas, dramatis dan unik (menukik ketajaman peristiwa yang kadang kala diabaikan dalam berita). Contoh : Tsunami di Lombok bila di masukkan kedalam berita akan merekap kurang lebih judul, waktu, sebab, dan akibat juga kondisi pasca bencana. Sedangkan feature mengedepankan sisi lain dari peristiwa tersebut. Feature bisa menarik kisah dari hal hal unik Tsunami, misalnya kisah bayi yang tetap hidup dan menyangkut diatas pohon, langit bertuliskan kaligrafi Allah saat ombak menggulung daratan, masjid yang tetap kokoh diantara rimbun reruntuhan bangunan atau kisah lainnya. Semua terkemas dengan detail, rapi dan menarik.

Feature merupakan salah satu dari wujud jurnalistik sastra untuk melengkapi berita, memunculkan empati atau rasa kemanusiaan pembaca, sedikit mirip dengan cerpen karena sama sama mengalirkan kisah namun tanpa diiringi pendapat atau teori penulis sekalipun melewati tahapan penelitian atau pengalaman. Seluk beluk kehidupan yang mengandung sisi kemanusiaan (human interest), profil seseorang (biografi), sejarah (history), peristiwa (event), digandrungi (trend), dapat dipilah kisah dan unsur khasnya menjadi sebuah feature (Prastiwi, 2019). Dengan kisah inspiratif dari petualangan, pengalaman menarik, tips melakukan kegiatan tertentu, kuliner pun bisa mewarnai gema penulisan feature.

Berita feature dan semua produk jurnalistik dikemas dalam hal menarik, selain untuk menyampaikan informasi, ilmu, dan gegap gempita kepenulisan produk jurnalistik juga berperan dalam memenuhi tujuan keredaksian suatu media masa serta kepentingan pembaca.

Bila Ali bin Abi Thalib mengatakan " ikatlah ilmu dengan menulis " maka mari kita ikat sebuah peristiwa dengan menuliskannya kedalam berita dan feature.


Nurhayati, 23 Maret 2019.
Dikutip dari bincang kepenulisan bersama Indah Prastiwi, jurnalis dan ketua FTBM Jakarta timur pada 11 Maret 2019.


Gerakan Literasi Menebar Empati: Berbagi Nasi dari Bojongsoang sampai Gunung Puntang

Maret 27, 2019


Komunitas Berbagi Matahari (K-BM) sebagai jaringan silaturahim relawan dan donatur di Kabupaten Bandung terus menjaring simpul dan menebar manfaat ke berbagai tempat atau simpul baru. Setelah Andir, Cikarees, Bolero, Cangkring, Manggahang, Cipicung dan Baleendah sebagai basecamp, tim relawan menebar hingga ke wilayah Gunung Puntang.


Jaringan silaturahim yang tidak membatasi pada kelompok atau kepentingan tertentu membuat K-BM diterima di berbagai komunitas. K-BM bahkan terbuka untuk komunitas bernama dan tak bernama yang ingin bergabung dalam K-BM. Atau komunitas yang ingin bergerak dengan tujuan yang sama, menebar virus berbagi. Termasuk Taman Baca Masyarakat (TBM) Sehati yang tadi siang ikut andil dalam distribusi nasi bungkus untuk kaum dhuafa, difabel, manula dan anak yatim.


Tampak Mang Yayat dan pengelola TBM Sehati membagikan nasi bungkus donasi dari berbagai simpul donatur. Ada yang dari Cibiru dan donatur dari sekitar Baleendah. Semoga para donatur diberi rezeki yg berlipat, kesehatan buat para relawan K-BM dan manfaat buat penerima. Aamiin


Selain desa pasir huni dan kampung binaan Jomblo, Puntang, K-BM juga menyasar ke panti yatim di bojongsoang dan panti jompo di Manggahang. Panti yang dihuni puluhan anak yatim dan 13 orang tua jompo ini menerima kedatangan Umi Dina, Uni Hadiati Surya dan saya dengan antusias. Sayangnya, sebagian sudah pikun atau hanya di kamar saja. Tercium bau pesing, tapi tak mengapa. Senang melihat para lansia ingin berfoto dan bersalaman. Semoga mereka terus diberi kesehatan dan kenyamanan di panti ini.  (Yus Ponto)

KAMUKAH ITU AI : SEBUAH ROMANTIKA YANG MEMBAYANG

Maret 27, 2019


You've gotta help me, I'm losing my mind
Keep getting the feeling you want to leave this all behind
Thought we were going strong
I thought we were holding on
Aren't we?

(History, One Direction).

Novel “Kamukah Itu Ai” terbitan Matsnupea Publishing adalah novel pertama Bunda Yulismar (demikian penulis memanggilnya). Namun, setiap kali saya membaca sebuah karya, saya selalu memberi jarak dengan penulisnya. Sehingga, saya tidak akan menceritakan siapa  beliau. Yang jelas, Bunda Yulismar merupakan merupakan pegiat literasi yang gigih.

Langsung kita bahas karya beliau. Berikut sinopsis novel “Kamukah Itu Ai” yang diambil dari blurb bukunya:

“Aku seorang guru yang berdedikasi dan mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap tugasnya. Baginya menjadi guru adalah suatu anugerah yang harus disyukuri. Rasa syukur itu dia wujudkan dengan mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik dan melayani semua stakeholder sekolahnya dengan ramah. Makanya tak heran Aku menjadi guru yang disayangi oleh para siswa, terutama bagi siswa yang bernama Kesha.

Namun, tidak begitu dengan kehidupan pribadinya. Pengalaman pahit berumah tangga selama lima belas tahun membuat dia lebih selektif memilih mereka yang ingin berteman dengannya. Suatu hari Aku bertemu dengan mantan pacarnya. Pertemuan itu menumbuhkan kembali bibit cinta di antara keduanya.

Tapi hubungan itu tidak semulus seperti yang diharapkan. Ai berjanji akan kembali apabila masalah rumah tangganya sudah selesai. Laki-laki yang telah merebut hatinya untuk pertama kali itu pun meminta Aku menunggunya dengan setia. Dalam penantian yang tak berujung itu, hadir sosok Fahri yang mengundang simpatinya. Ketika hatinya akan dijatuhkan pada Fahri, tiba-tiba Ai yang ternyata papa Kesha meninggal dunia. Ketika itu pula Fahri mengetahui bahwa sahabatanya Ai adalah mantan pacar dari orang yang akan dinikahinya. Sejak saat itu Fahri mulai berubah. Sikapnya yang semula manis berubah menjadi kasar dan arogan.

Apakah Aku akan tetap melabuhkan hatinya pada Fahri atau akan hadirkah laki-laki laindalam kehidupan Aku? Lalu kepada siapakah Aku akan menambatkan hatinya?”

Dalam mendefinisikan karyanya, blurb tersebut sepertinya kurang kokoh. ia terombang-ambing menempatkan sosok sentral cerita diantara “Aku” atau “dia”.  Yang paling mengganggu ada pada kalimat: “Suatu hari Aku bertemu dengan mantan pacarnya semasa SMA.” dan “Lalu kepada siapakah Aku akan menambatkan hatinya?”. Selain itu, blurb ini terlalu “gamblang” mengumbar alur cerita. Sebagai pembaca, kita tentu tidak akan sulit untuk menebak bagaimana isinya.

Lalu, bagaimanakah isinya? Pada dasarnya cerita ini memiliki modal yang cukup kuat. Apalagi asal mula cerita ini dari cerpen yang diposting Bunda Yulismar pada akun medsosnya. Dengan mendapatkan respon luar biasa, itu menunjukan bahwa cerita ini memiliki modal yang cukup baik. Namun sayang, sepertinya, keluasan imajinasi Bunda Yulismar tidak begitu terelaborasi dengan cukup di novel ini.

Pertama, sosok Kesha dengan permasalahannya seharusnya bisa menjadi sub alur yang memperkuat alur utama. Kedua, perubahan sikap Fahri setelah mengetahui sosok “Aku” adalah mantan pacarnya Ai tidak memiliki latar yang kuat. Seperti pada point pertama, seharusnya ini juga bisa menjadi sub alur yang mempererat alur utama. Misalnya, ada “sesuatu” antara Fahri dengan Ai dimasa lalu. Dengan demikian, kecemburuan Fahri bisa menemukan alasan yang kuat, apalagi sampai mengubah sikap kepada perempuan yang akan dinikahinya. Ketiga, sosok Pak Prof bisa dihadirkan “membayangi” dari awal cerita hingga menjadi pelabuhan terakhir tokoh “Aku”. Hal ini untuk menghilangkan kesan ‘sim salabim’, serta memperkuat pesan jika sebenarnya orang yang tepat itu kadang ada didekat kita. Namun, sering kali luput dari perhatian kita.

Sebagai penutup, romantika di novel ini membayang, kurang utuh membentuk ujudnya. Seharusnya masih bisa membayang, seperti rama-rama dipagi cerah yang terbang dan hinggap dari satu kuntum ke bunga lain.

Aris Munandar - Matahari Pagi.

Senin, 11 Maret 2019

BERITA DAN FEATURE

Maret 11, 2019


Semangat Matahari Pagi ....

Berikut ini adalah garis besar pokok bahasan yang akan kita diskusikan pada hari Senin, 11 Maret 2019 di grup WA Jemari. Garis besar ini sebagai kerangka sekaligus pemantik agar fokus (tidak melebar kemana-mana) dan menjadi titik tolak untuk menggali inspirasi dan ide-ide yang lebih baru. Silakan disimak.

BERITA

Definisi
Ada banyak definisi berita menurut praktisi luar negeri maupun dalam negeri. Menurut saya, definisi berita adalah laporan mengenai fakta atau ide baru yang memenuhi nilai berita.
(kelayakan untuk disampaikan kepada sebagian besar khalayak/publik sebagai berita).

Unsur Berita
Sebuah berita yang baik harus mengandung unsur-unsur berita sebagai berikut:
5 W + 1 H
  • What
  • Who/Whom
  • Where
  • When
  • Why
  • How
Bisa dilengkapi dengan : 1 H = How much / How Many
SW = So What

Nilai Berita
  • Penting (prominense/importance)
  • Ketertarikan pd hal-hal yang manusiawi (human interest)
  • Kontroversi (controversy/conflict)
  • Unik (Unusual)
  • Aktual (actual)
  • Kedekatan (Promivity)
  • Kebaruan  (newness)
  • Akibat (impact)
  • Kejutan (surprising)


Jenis Berita
  • Straight News / hard news / spot news (Berita langsung, berita lempang)
  • Depth News (Berita mendalam)
  • Feature / soft news (Berita Kisah, Berita Khas)



FEATURE

Definisi
Feature adalah wujud dari karya jusnalistik sastra. Hal ini mengingat penggunaan bahasa dalam tulisan yang tidak menggunakan bahasa lugas seperti dalam tulisan berita langsung.

Feature didefinisikan beragam oleh praktisi jurnalistik dari luar negeri dan dalam negeri. Namun pada intinya kurang lebih bisa kita pahami sebagai gambaran di bawah ini.

Feature adalah tulisan atau cerita khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik.   

Ciri-ciri tulisan Feature, diantaranya :
  • Menarik dan menyentuh, menggunakan bahasa yang menarik, kebanyakan meyosoti sisi kemanusiaan
  • Biasanya mulai dari judul, lead berita isi dan penutup sama menariknya. Berbeda dgn tulisan berita langsung yang cenderung berbentuk piramida terbalik yg menyajikan hal penting dulu kemudian diikuti yg kurang penting. Tidak kaku.
  • Berkisah seperti cerpen tapi bukan cerpen karena berlandaskan pada fakta, bukan fiksi.
  • Bisa dibaca kapan saja, masih tetap relevan/layak untuk dibaca dalam jangka waktu yang panjang.


Feature bisa berwujud sebagai feature profil, sejarah, peristiwa, trend, human interest.

Bisa diterapkan untuk berbagai kepentingan baik kepentingan bisnis maupun non bisnis.


Jakarta, 11 Maret 2019
Indah Prastiwi - Ketua FTBM Jakarta Timur

Minggu, 10 Maret 2019

RESUME BINCANG JEMARI : BRANDING & CREATIVE CONTENT

Maret 10, 2019

Kebanyakan dari kita, pasti berfikir dan mengetahui bahwa Brand = Logo/Produk/Perusahaan ataupun bentuk entitas lainnya.

Branding = Promosi?

Hal diatas tidaklah salah, hanya saja kurang tepat. Dalam sejarahnya, istilah brand muncul dari istilah Trendmark. Ini yang biasanya menjadi penanda hewan ternak. Namun lambat laun, pergeseran makna terjadi seiring perjalanan waktu. Sehinnga istilah tersebut lebih dalam dari sekedar hal diatas. Berikut pengertian sederhananya. 

Brand adalah Value (Nilai).

Branding adalah Strategi untuk menyampaikan nilai tersebut pada public atau target audiens, baik target market ataupun target pengguna. 

Apa itu BRAND?

Nilai dasar dari "kenapa kita buat usaha A?", "kenapa kita mendirikan komunitas A?", "Kenapa kita buat logo seperti itu?", "Kenapa kita membuat produk seperti itu?", bahkan "Kenapa kita memperkenalkan diri kita seperti itu (Personal Brand, istilahnya dalam dunia creative)?". 

Sehingga, apa yang kita lakukan atau bangun memiliki nyawa dan benang merah yang kuat. Kita mulai dengan 2 pertanyaan kuat dalam membuat ataupun membangun brand : APA dan KENAPA"?.

Branding.

Bagaimana strategi yang TEPAT, untuk menyampaikan nilai yang kita punya kepada public, agar public mengetahui, menerima, mempersepsikan hingga loyal pada brand kita.

Promosi bukan branding, tapi promosi adalah bagian dari Branding. Untuk membuat Branding yang tepat sasaran, mulailah dengan mengenali target audiens kita, baik target market maupun  target pengguna. Meliputi demografisnya, psikografisnya, geografisnya, insight dan journey. 

Untuk mengenal demografis, psikografis dan geografis target kita, dibutuhkan untuk menyesuikan pendekatan yang tepat baik dari verbal dan juga visual. 

Consumer Insight dibutuhkan untuk mengetahui, "Pesan apa yang tepat agar Brand kita masuk dalam Pikiran mereka".

Sedangkan Consumer Journey dibutuhkan untuk mengetahui "Medium (Media) apa yang tepat agar Pesan kita tersampaikan diwaktu, tempat dan moment yang tepat".

Hal itulah menjadi dasar dalam membangun sebuah brand dan bagaimana cara berfikir mem-Branding sebuah brand. 

Bagaimana cara membranding yang tepat ketika semua hal diatas sudah ditemukan?

Tahapan Brand Equity :

Brand Awareness. Ini proses pengenalan suatu brand. Logo dan visual branding lainnya merupakan langkah awal untuk memperkuat proses ini. Biar brandnya bisa mudah dikenal oleh publik.

Brand Association. Proses agar target kita menghubungkan brand kita terhadap sesuatu. Misalnya, kalau berbicara air mineral maka orang akan memikirkan Aqua. Jika berbicara mie instan maka orang akan berfikir Indomie, dan lainnya.

Perceived Quality. Ini tidak sebatas dikenal & diasosiasikan dengan suatu produk, tapi orang yang pernah mencoba dan yakin dengan kualitasnya. Misalnya, ketika berbicara soal lampu, maka banyak orang akan langsung berpikir terhadap merek Philips. Tapi bukan hanya itu, kualitasnya juga memang dianggap sangat bagus dan awet. Bedanya, jika pada tahap Awareness dan Association, konsumen hanya sekadar tahu (tanpa harus membeli/mencoba). Pada tahap ini konsumen harus membuktikan sendiri soal kualitasnya.

Brand Loyalty. Di tahap ini, konsumen berubah jadi pelanggan. Tidak peduli sebanyak apapun merek saingan, dia tetep setia membeli merek langganannya. Contoh, segencar apapun iklan Mie Sedap, banyak orang masih tetap lebih milih Indomie.

Brand Advocate. Tidak sebatas kenal dan loyal, brand yang udah sampai tahap ini akan dibela habis-habisan oleh pelanggannya. Mungkin masih ingat "perang" antara Apple Fanboy vs Samsung User"? Nah, itu contoh jika kedua brand itu udah sampai level brand advocate ini.

Kunci dan intinya adalah permainkan dan miliki otak dan pikiran target kita. 

Jika hanya gencar di tahap awal "Pengenalan", maka hasilnya hanya "Medium".

Branding itu bukan iklan. Tapi, iklan bagian dari branding. Atau dalam penjelasan saya diatas., "Branding bukan promosi, tapi Promosi bagian dari Branding".

Contoh kasus 1 : ada sebuah produk balsem yang tidak diiklankan tetapi memiliki pelanggan yang setia. 

Jika dibedah produk balsem tersebut, yang notabene sama kasusnya dengan tukang pijit. Keduanya sama-sama tidak beriklan konvensional, tapi terkenal khasiatnya. 

Medium yang mereka gunakan adalah mulut. Yakni dengan cara testimoni, kemudian disebarkan dari mulut ke mulut. Biasanya produk atau jasa seperti ini adalah jasa yang sudah memiliki waktu lama atau sudah dikenal lama. Sehingga, awerenessnya tercipta dari durasi yang panjang. Ditambah lagi dengan adanya orang-orang yang kita percaya kemudian menganjurkan, sehingga tidak perlu iklan konvensional.

Contoh kasus 2 :  membranding diri sebagai penulis.

Ini menarik, karena ketika kita bicara karya lingkupnya lebih luas dan insight nya sangat mendalam. Penerbit tidak akan melakukan branding besar-besaran terhadap suatu karya ketika belum terlihat hasilnya. Sehingga, meledaknya suatu karya dalam hal ini buku pada penerbitan perdana si penulis, menurut hemat saya, pure dari konten tulisan yang ia sajikan. 

Tapi setelah karya pertamanya meledak, biasanya penerbit akan gencar melakukan branding cukup besar untuk karya berikutnya. Hal ini dilakukan agar target pembacanya lebih kena. Sehingga kita akan menjumpai fenomena karya yang laku keras dipasaran, padahal penulis kurang dikenal. 

Tapi jawaban diatas tidak sepenuhnya benar. Bagaimana jika si penulis sudah menerbitkan beberapa buku sebelumnya? Maka menurut hemat saya, jawabannya adalah gabungan jawaban diatas, yaitu konten menarik dan fans base yang dipunya sebelumnya. Mereka melakukan promosi tanpa sadar dengan memposting di sosmed dan media lainnya. Secara tidak langsung dia menjadi seorang katalis (marketer diluar perencanaan)

Jika ingin membranding diri sebagai penulis, maka disarankan untuk gencar membuat karya yang memiliki ciri khas, fokus dan konstan. Sehingga, awarenessnya kuat

CREATIVE CONTENT.

Creative content adalah bagian dari branding untuk membuat suatu content yang unik, menarik dan menggugah perasaan. Agar tampil mencolok atau berbeda dari yang lain. Sehingga, kita dilirik pertama kali dan dapat tempat dihati publik. 

creative content secara bentuk dibagi menjadi 2, teks dan visual

Secara media : online dan konvensional (TV, koran, tabloid dan media cetak lainnya).

Secara konsep : game, video, foto, komik, poster, dan lainnya.

Di era serba digital saat ini, data terakhir google tahun 2018 menunjukan, bahwa 80% orang online setiap harinya. 65% orang diataranya menghabiskan waktu untuk entertaiment. 47% platform entertaiment yang sering dikunjungi adalah Youtube, 28% Instagram. sisanya adalah Website, FB dan Twitter. 

Melihat data analisis ini, maka content creative yang perlu dibuat adalah konten informasi ataupun ajakan yang memberikan sisi hiburan, perasaan dan meninggkalkan kesan mendalam. semua hal mendasar entertaiment intinya.

Hingga saat ini video adalah medium yang paling terbaik. Tapi perlu diperhatikan, intinya adalah kenali target audiens. Karena meskipun video kita bagus dan menarik, jika target audiensnya secara demografis usia 45-55 tahun, geografisnya di pelosok negeri, insight senang membaca, journey nya membaca koran, maka conten creative kita tidak akan berguna sedikitpun. 

Rumus branding : 
1. Demografis
2. Psikografis
3. Geografis
4. Insight
5. Journey. 

Brand yang baik adalah yang berangkat dan mempertahankan esensinya. Terjaga benang merahnya. 

Branding yang baik adalah yang mengenal siapa Target Audiens nya.

Element biaya dari branding itu ada 2. Riset dan Konsep. Riset untuk mencari target audiens. Contoh : Teh Botol Sosro melakukan riset sampai dua tahun untuk menemukan tagline "Apapun makananya minumnya Teh Botol Sosro".

Brand & branding awareness.

Masyarakat kita cenderung menganggap bahwa brand dan branding tidak penting, tidak tahu dan tidak ingin tahu. Hal ini disebabkan fokusnya adalah pendapatan. Sehingga, banyak UMKM bahkan perusahaan yang produknya tak laku dan gulung tikar. 

Memang tidak salah fokus pada pendapatan, karena memang itu tujuan berbisnis. Tapi, lebih baik menciptakan keuntungan jangka panjang.

Maksudnya seperti ini : ada yang lama tapi baik (Istilahnya Good Branding). Step by step untuk memperkenalkan brand dengan creative content yang dikelola kita ciptakan.

Ada yang cepat tapi mahal (Money Branding).
Step by step dengan memanfaatkan seluruh media, bayar iklan, bayar tv, bayar endors, iklan youtube, dan sebagainya.

Ada yang cepat tapi kurang baik (controversial branding). Buat satu, nyeleneh, tapi dijamin langsung terkenal. Di Perancis, saya lupa tahunnya, ada sebuah brand bir baru, yang ingin di launching dan langsung dikenal seluruh dunia. Akhirnya ia minta creative agency membuat konsep yang dapat melakukan hal tersebut. si creative agency sampaikan hal ke-3 hal diatas. Si creative agency tidak bertanggung jawab jika ada gugatan internasional. Pihak perusahaan setuju. Akhirnya konsep creative content dan mediumnya jadi. Bentuknya billboard yang gambarnya, President Obama sedang berciuman dengan Kim Jong Un. Dibawah sebelah kanan ada logo dan botol kemasan si bir. Iklan itu langsung viral dan terkanal permintaan banyak masuk. Namun, seminggu kemudian digugat.


Aris Munandar - Pegiat Matahari Pagi.
Disarikan dari Bincang Jemari.
"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"