Rabu, 27 Maret 2019

Resume bincang JEMARI: Berita dan Feature



" Writing is a creating, ini a creation some one directs not only all of historical knowledge, power, and abilities but here included all his life and breath"
"Reading is a center that cannot be avoided by writer"
( Stephen King, Americas Writer )

Menulis, yups... menulis merupakan cara paling ampuh untuk bisa mengekspresikan ilmu, ide dan nuansa hati. Melalui goresan pena yang ada seseorang dapat dengan mudah mempengaruhi, menambah, menggali lebih dalam isi dunia. Maka pantaslah buku disebut sebagai jendela dunia. Membaca dan menulis adalah satu paket yang tidak bisa dipisahkan dari masa ke masa karena penulis yang baik sudah pasti seorang pembaca yang baik. Ragam kepenulisan amatlah banyak, ada novel, diari, surat, opini, artikel, berita, feature, dan seterusnya. Kali ini kita akan mengupas sedikit mengenai berita, feature dan kepenulisanya sebagai produk jurnalistik.

Kebutuhan akan berita nampaknya sangat mempengaruhi berbagai media layaknya koran, majalah, televisi, tabloid atau lainnya dalam menyajikan informasi yang hangat dan di minati para pembaca. Tidak dapat dipungkiri dengan berkembangnya zaman banyak institusi pendidikan yang mendalami dunia jurnalistik dengan menjadikan ilmu jurnalistik sebagai salah satu mata kuliah maupun prodi yang sangat dinamis untuk dikaji sepanjang waktu.

Di Indonesia telah berdiri beberapa Universitas yang telah diakui kredibilitasnya dan turut menggembleng mahasiswanya dalam menggeluti dunia jurnalistik agar kelak dapat menjadi seorang jurnalis hebat serta mampu meluncurkan berita di lapangan dengan cara mencari, mengolah dan menyebarluaskan informasi sebaik mungkin. Di antara Universitas tersebut adalah UNAIR-Surabaya, UNDIP-Semarang, UI-Depok, UNPAD-Bandung, UMN-Tanggerang, dan UN Esa Unggul-Jakarta ( Musfia, 2018 ).


Apa itu berita ?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita ialah serangkaian laporan mengenai kejadian yang hangat. Berita berasal dari bahasa sansekerta: vritta (peristiwa), vrit (ada atau terjadi). Secara istilah bermakna menceritakan peristiwa yang benar adanya. Berita merupakan sumber informasi yang berasal dari ide baru, laporan, fakta sebuah peristiwa yang layak untuk disampaikan kepada masyarakat.

Sebuah peristiwa akan sampai ke khalayak umum bila terdapat seorang jurnalis yang merekam jejak peristiwa  tersebut dengan berpegang pada unsur 5 W + 1 H (what, where, when, who, why, + how) bisa pula ditambahkan (how much dan how many), aktual (actual), benar terjadi (factual), penting (important), menarik (amazing). Dengan unsur-unsur tersebut pembaca berita seakan berada pada peristiwa yang sedang berlangsung (Prastiwi, 2019). Adapun berita yang didapatkan bisa berasal dari liputan langsung dalam mencari fakta pada tempat kejadian, wawancara dengan narasumber untuk menggali informasi dan pencarian data baik jurnal, artikel, maupun buku terkait.

Ragam berita pun bermacam-macam. Mulai dari berita langsung (straight news), berita mendalam (depth news), berita penyidikan (investigation news), berita penilaian fakta dari wartawan (interpretative news), dan berita pendapat (opinion news) (Itha, 2014). Sedikit bertolak dengan Itha, Indah Prastiwi seorang jurnalis dan ketua FTBM Jakarta timur memetakan berita dalam tiga lingkup sederhana dimana terdapat berita langsung atau berita lempeng (straight news, hard news, spot news), berita mendalam (depth news), berita khas atau berita kisah (feature). Terlepas dari pertentangan dua pendapat tersebut berita tetaplah hal yang sangat asyik dan menantang untuk dikaji dan dinikmati karena menambah informasi dan wawasan di manapun dan kapanpun.

Oleh karenanya berita yang baik adalah berita yang mencerminkan kode etik jurnalistik sehingga peristiwa yang dipaparkan mampu menggait orang lain untuk membacanya. Hal ini menuntut keseimbangan sudut pandang (angle) jurnalis dalam mencari berita, pemberian judul yang mencerminkan keseluruhan isi berita (headline), penjabaran waktu dan tempat, teras berita dan isi berita itu sendiri.

Seringkali berita disamakan dengan feature karena ketidak-pahaman mengenai feature. Meski keduanya adalah produk jurnalistik namun feature lebih kepada berita khas dengan bahasa luwes, hal hal pokok bisa diletakkan di depan atau tengah, pada bagian akhir bisa diiringi kesimpulan, tidak melulu menceritakan kejadian yang baru saja terjadi dan tetap anggun atau langgeng dibaca kapan pun dan dimana pun. Tidak seperti berita yang menggunakan bahasa lugas, meletakkan hal paling pokok seakan piramida terbalik dan menuntut dinikmati paling lambat 24 jam setelah kejadian berlangsung.

Lihat berita yang termuat dikoran, adakah orang yang bersedia membayar dengan harga yang sama antara koran hari ini dan koran kemarin atau lusa. Sudah pasti koran dalam jangka waktu lebih dari satu hari beritanya terasa basi, bahkan dijual perkilonya sebagai bungkus bumbu dapur atau makanan di warung. Itu semua dilatar belakangi oleh banyaknya peristiwa dan jurnalis yang sigap menyajikan berita hadir setiap hari dengan sensasi hot yang menarik.

Selain untuk menghibur, feature juga mencari sudut pandang lain yang dianggap harus diperjelas, dramatis dan unik (menukik ketajaman peristiwa yang kadang kala diabaikan dalam berita). Contoh : Tsunami di Lombok bila di masukkan kedalam berita akan merekap kurang lebih judul, waktu, sebab, dan akibat juga kondisi pasca bencana. Sedangkan feature mengedepankan sisi lain dari peristiwa tersebut. Feature bisa menarik kisah dari hal hal unik Tsunami, misalnya kisah bayi yang tetap hidup dan menyangkut diatas pohon, langit bertuliskan kaligrafi Allah saat ombak menggulung daratan, masjid yang tetap kokoh diantara rimbun reruntuhan bangunan atau kisah lainnya. Semua terkemas dengan detail, rapi dan menarik.

Feature merupakan salah satu dari wujud jurnalistik sastra untuk melengkapi berita, memunculkan empati atau rasa kemanusiaan pembaca, sedikit mirip dengan cerpen karena sama sama mengalirkan kisah namun tanpa diiringi pendapat atau teori penulis sekalipun melewati tahapan penelitian atau pengalaman. Seluk beluk kehidupan yang mengandung sisi kemanusiaan (human interest), profil seseorang (biografi), sejarah (history), peristiwa (event), digandrungi (trend), dapat dipilah kisah dan unsur khasnya menjadi sebuah feature (Prastiwi, 2019). Dengan kisah inspiratif dari petualangan, pengalaman menarik, tips melakukan kegiatan tertentu, kuliner pun bisa mewarnai gema penulisan feature.

Berita feature dan semua produk jurnalistik dikemas dalam hal menarik, selain untuk menyampaikan informasi, ilmu, dan gegap gempita kepenulisan produk jurnalistik juga berperan dalam memenuhi tujuan keredaksian suatu media masa serta kepentingan pembaca.

Bila Ali bin Abi Thalib mengatakan " ikatlah ilmu dengan menulis " maka mari kita ikat sebuah peristiwa dengan menuliskannya kedalam berita dan feature.


Nurhayati, 23 Maret 2019.
Dikutip dari bincang kepenulisan bersama Indah Prastiwi, jurnalis dan ketua FTBM Jakarta timur pada 11 Maret 2019.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"