" Writing is
a creating, ini a creation some one directs not only all of historical
knowledge, power, and abilities but here included all his life and breath"
"Reading is a center that cannot be avoided by writer"
(
Stephen King, Americas Writer )
Menulis, yups... menulis merupakan cara paling ampuh untuk bisa mengekspresikan ilmu,
ide dan nuansa hati. Melalui goresan pena yang ada seseorang dapat dengan mudah
mempengaruhi, menambah, menggali lebih dalam isi dunia. Maka pantaslah buku disebut
sebagai jendela dunia. Membaca dan menulis adalah satu paket yang tidak bisa
dipisahkan dari masa ke masa karena penulis yang baik sudah pasti seorang
pembaca yang baik. Ragam kepenulisan amatlah banyak, ada novel, diari, surat,
opini, artikel, berita, feature, dan seterusnya. Kali ini kita akan mengupas
sedikit mengenai berita, feature dan kepenulisanya sebagai produk jurnalistik.
Kebutuhan akan berita nampaknya sangat mempengaruhi
berbagai media layaknya koran, majalah, televisi, tabloid atau lainnya dalam
menyajikan informasi yang hangat dan di minati para pembaca. Tidak dapat
dipungkiri dengan berkembangnya zaman banyak institusi pendidikan yang
mendalami dunia jurnalistik dengan menjadikan ilmu jurnalistik sebagai salah
satu mata kuliah maupun prodi yang sangat dinamis untuk dikaji sepanjang waktu.
Di Indonesia telah berdiri beberapa Universitas yang telah
diakui kredibilitasnya dan turut menggembleng mahasiswanya dalam menggeluti
dunia jurnalistik agar kelak dapat menjadi seorang jurnalis hebat serta mampu
meluncurkan berita di lapangan dengan cara mencari, mengolah dan menyebarluaskan
informasi sebaik mungkin. Di antara Universitas tersebut adalah UNAIR-Surabaya,
UNDIP-Semarang, UI-Depok, UNPAD-Bandung, UMN-Tanggerang, dan UN Esa
Unggul-Jakarta ( Musfia, 2018 ).
Apa itu berita ?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita ialah serangkaian laporan mengenai kejadian
yang hangat. Berita berasal dari bahasa sansekerta: vritta (peristiwa), vrit
(ada atau terjadi). Secara istilah bermakna menceritakan peristiwa yang benar
adanya. Berita merupakan sumber informasi yang berasal dari ide baru, laporan,
fakta sebuah peristiwa yang layak untuk disampaikan kepada masyarakat.
Sebuah peristiwa akan sampai ke khalayak umum bila
terdapat seorang jurnalis yang merekam jejak peristiwa tersebut dengan berpegang pada unsur 5 W + 1
H (what, where, when, who, why, + how)
bisa pula ditambahkan (how much dan how many), aktual (actual),
benar terjadi (factual), penting (important),
menarik (amazing). Dengan unsur-unsur tersebut pembaca berita seakan
berada pada peristiwa yang sedang berlangsung (Prastiwi, 2019). Adapun berita
yang didapatkan bisa berasal dari liputan langsung dalam mencari fakta pada
tempat kejadian, wawancara dengan narasumber untuk menggali informasi dan
pencarian data baik jurnal, artikel, maupun buku terkait.
Ragam berita pun bermacam-macam. Mulai dari berita
langsung (straight news), berita mendalam (depth news), berita penyidikan (investigation news), berita penilaian
fakta dari wartawan (interpretative news), dan berita pendapat (opinion
news) (Itha, 2014). Sedikit bertolak dengan Itha, Indah
Prastiwi seorang jurnalis dan ketua FTBM Jakarta timur memetakan berita dalam
tiga lingkup sederhana dimana terdapat berita langsung atau berita lempeng (straight
news, hard news, spot news), berita mendalam (depth news), berita khas atau berita kisah (feature).
Terlepas dari pertentangan dua pendapat tersebut berita tetaplah hal yang
sangat asyik dan menantang untuk dikaji dan dinikmati karena menambah informasi
dan wawasan di manapun dan kapanpun.
Oleh karenanya berita yang baik adalah berita yang
mencerminkan kode etik jurnalistik sehingga peristiwa yang dipaparkan mampu menggait
orang lain untuk membacanya. Hal ini menuntut keseimbangan sudut pandang (angle)
jurnalis dalam mencari berita, pemberian judul yang mencerminkan keseluruhan
isi berita (headline), penjabaran waktu dan tempat, teras berita dan isi
berita itu sendiri.
Seringkali berita disamakan dengan feature karena
ketidak-pahaman mengenai feature. Meski keduanya adalah produk jurnalistik
namun feature lebih kepada berita khas dengan bahasa luwes, hal hal pokok bisa
diletakkan di depan atau tengah, pada
bagian akhir bisa diiringi kesimpulan, tidak melulu menceritakan kejadian yang
baru saja terjadi dan tetap anggun atau langgeng dibaca kapan pun dan dimana
pun. Tidak seperti berita yang menggunakan bahasa lugas, meletakkan hal paling
pokok seakan piramida terbalik dan menuntut dinikmati paling lambat 24 jam setelah
kejadian berlangsung.
Lihat berita yang termuat dikoran, adakah orang yang
bersedia membayar dengan harga yang sama antara koran hari ini dan koran
kemarin atau lusa. Sudah pasti koran dalam jangka waktu lebih dari satu hari
beritanya terasa basi, bahkan dijual perkilonya
sebagai bungkus bumbu dapur atau makanan di warung. Itu semua dilatar belakangi
oleh banyaknya peristiwa dan jurnalis yang sigap menyajikan berita hadir setiap
hari dengan sensasi hot yang menarik.
Selain untuk menghibur, feature juga mencari sudut pandang lain yang dianggap
harus diperjelas, dramatis dan unik (menukik ketajaman peristiwa yang kadang
kala diabaikan dalam berita). Contoh : Tsunami di Lombok bila di masukkan
kedalam berita akan merekap kurang lebih judul, waktu, sebab, dan akibat juga
kondisi pasca bencana. Sedangkan feature mengedepankan sisi lain dari peristiwa
tersebut. Feature bisa menarik kisah dari hal hal unik Tsunami, misalnya kisah
bayi yang tetap hidup dan menyangkut diatas pohon, langit bertuliskan kaligrafi
Allah saat ombak menggulung daratan, masjid yang tetap kokoh diantara rimbun reruntuhan
bangunan atau kisah lainnya. Semua terkemas dengan detail, rapi dan menarik.
Feature merupakan salah satu dari wujud jurnalistik
sastra untuk melengkapi berita, memunculkan empati atau rasa kemanusiaan pembaca,
sedikit mirip dengan cerpen karena sama sama mengalirkan kisah namun tanpa
diiringi pendapat atau teori penulis sekalipun melewati tahapan penelitian atau
pengalaman. Seluk beluk kehidupan yang mengandung sisi kemanusiaan (human
interest), profil seseorang (biografi), sejarah (history),
peristiwa (event), digandrungi (trend), dapat dipilah kisah dan
unsur khasnya menjadi sebuah feature (Prastiwi, 2019). Dengan kisah inspiratif
dari petualangan, pengalaman menarik, tips melakukan kegiatan tertentu, kuliner
pun bisa mewarnai gema penulisan feature.
Berita feature dan semua produk jurnalistik dikemas
dalam hal menarik, selain untuk menyampaikan informasi, ilmu, dan gegap gempita
kepenulisan produk jurnalistik juga berperan dalam memenuhi tujuan keredaksian
suatu media masa serta kepentingan pembaca.
Bila Ali bin Abi Thalib mengatakan " ikatlah ilmu
dengan menulis " maka mari kita ikat sebuah peristiwa dengan menuliskannya
kedalam berita dan feature.
Nurhayati, 23 Maret 2019.
Dikutip dari bincang kepenulisan bersama Indah
Prastiwi, jurnalis dan ketua FTBM Jakarta timur pada 11 Maret 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar