Senin, 26 Februari 2018

Mengenal Bahan Pustaka Tali Integritas

Februari 26, 2018


Semangat pagi,

Pada minggu ini kita akan memetakan bahan pustaka yang disediakan oleh Pusat Edukasi Antikorupsi KPK di aclc.kpk.go.id/taliintegritas/produk dengan jalan memetakannya, sebagai berikut:




Tujuan KPK melalui Pusat Edukasi Antikorupsi menyediakan bahan pustaka Tali Integritas adalah dalam upaya menjalankan amanah undang-undang (UU) No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasal 13 (c), yang berbunyi : “Dalam melaksanakan tugas pencegahan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 huruf d, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melaksanakan langkah atau upaya pencegahan menyelenggarakan program Pendidikan Antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan”.

Pendidikan Antikorupsi harus disampaikan kesemua lapisan usia, mulai dari anak usia dini, anak-anak, remaja dan dewasa. Pelibatan masyarakat akan membuat hal tersebut semakin efektif. Salah satunya melalui pogram Taman Literasi (Tali) Integritas yang digagas oleh KPK melalui Pusat Edukasi Antikorupsi bersama Forum Taman Bacaan Masyarakat. Langkah awal dari implementasi program ini melalui kegiatan-kegiatan kreatif yang dilakukan oleh TBM/lembaga literasi dengan memanfaatkan bahan pustaka yang tersedia di aclc.kpk.go.id/taliintegritas/produk.

Sungguh ironis, Indonesia dengan potensi wilayah, penduduk dan sejarah dihadapkan pada kenyataan tingkat kemiskinan yang masih tinggi, tingkat kesehatan yang buruk, dan tingkat pendidikan yang rendah. Salah satu penyebab hal tersebut adalah KORUPSI.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melawan korupsi adalah melalui penanaman nilai-nilai integritas. Salah satu dari nilai-nilai integritas yang paling mendasar adalah kejujuran. Kejujuran sebagai dasar bagi semua karakter baik. Kejujuran tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat.

Melalui bahan pustaka yang disediakan oleh KPK mengarahkan penanaman nilai-nilai integritas dilakukan melalui penumbuhan kesadaran diri. Misalnya, bagaimana kita sebagai orangtua memberikan apresiasi kepada anak yang berani mengakui kesalahannya. Hal ini dapat mendorong anak untuk selalu bersikap jujur. Orangtua juga harus menunjukan konsekuensi natural dari kesalahan yang dilakukan si anak. Pada akhirnya akan timbul kesadaran pada anak jika bersikap jujur itu menyenangkan (being honest feels good).

Proses tersebut akan efektif bila ditunjang dengan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. Penting bagi orangtua untuk mengembangkan cara berkomunikasi yang jelas dan efektif, juga sehat. Dalam berkomunikasi, orang dewasa harus menunjukan gestur, bahasa tubuh, raut muka, pilihan kata yang mudah dipahami oleh anak-anak. Komunikasi yang positif mengembangkan kepercayaan diri anak. Anak yang memiliki kepercayaan diri tinggi lebih mampu menghargai dan berempati terhadap orang lain. Prasyarat awal untuk menumbuhkan empati pada diri anak adalah menjadi orang dewasa yang empatik dan peduli terhadap perasaan mereka. Anak yang mengerti bahwa dirinya diterima dan dipahami akan mudah untuk menerima dan memahami orang lain. Artinya disini diperlukan teladan dari orangtua/dewasa dalam menanamkan nilai-nilai integritas dalam diri anak.

Kita sebagai orang dewasa juga perlu memiliki pemahaman yang utuh mengenai upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK, yaitu melalui cara represif, perbaikan sistem dan edukasi. Bentuk keteladanan yang bisa dilakukan oleh orang dewasa adalah melalui peran aktif dalam upaya pemberantasan korupsi. Peran aktif tersebut bisa melalui tidak terlibat tindak pidana korupsi, memilih salah satu peran dalam upaya pemberantasan korupsi, berlatih untuk berintegritas dan mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Kita dapat mengembangkan berbagai ide kreatif kita dalam bentuk kegiatan-kegiatan di TBM/lembaga literasi masing-masing.

Materi ini bisa diunduh dalam bentuk pdf disini.

Terima kasih.

Belajar Integritas Kepada Tokoh Bangsa

Februari 26, 2018


Semangat pagi,

Pada pembelajaran kali ini kita akan mempraktekan keterampilan membaca kritis (critical reading). Yang akan menjadi bahan bacaan kita kali ini adalah bahan pustaka Tali Integritas ebook “Orange Juice for Integrity, Belajar Integritas kepada Tokoh Bangsa”, bisa didapatkan dengan cara mengunduh disini.

Membaca kritis adalah kemampuan memahami makna tersirat dalam sebuah bacaan (Tarigan, 1988). Membaca kritis merupakan kelanjutan dari berpikir dan bersikap kritis yang sudah kita elaborasi pada tema Karsa lalu. Kemampuan berpikir dan bersikap kritis meliputi : menginterpretasi seara kritis, menganalisis secara kritis, mengorganisasi secara kritis, menilai secara kritis, menerapkan konsep secara kritis (Nurhadi, 1987).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode membaca kritis adalah : harus cermat dalam membedakan antara fakta dengan opini, memahami maksud penulis, memahami organisasi dasar tulisan, melakukan penilaian terhadap tulisan. 

Sebelum menerapkan metode membaca kritis, adabaiknya kita simak pengantar dari ebook “Orange Juice for Integrity, Belajar Integritas kepada Tokoh Bangsa” berikut :

Teladan Itu (pernah) Ada.
Kian menjadi dan seolah berakar sangat dalam. Begitulah kesan yang timbul saat kita mengamati korupsi yang demikian marak di negeri ini. Pada satu titik, timbul pertanyaan menggelitik. Adakah korupsi ini merupakan budaya yang diwariskan para pendahulu kita? Apakah korupsi itu adalah warisan sejarah? Apakah kita memang anak cucu para koruptor? Untuk menjawabnya, marilah menengok sejarah. Disana tercatat apik bahwa bangsa ini memiliki sosok-sosok pendiri yang memiliki integritas tinggi. Mereka berwatak pejuang, disiplin, jujur, berdedikasi, dan antikorupsi.

Dalam ebook ini terdapat kisah integritas dari 12 tokoh bangsa, yaitu : H. Agus Salim, Baharudin Lopa, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Hoegeng Iman Santosa, Ki Hadjar Dewantara, Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Saifuddin Zuhri, Sjafruddin Prawiranegara, R. Soeprapto, Ir. Soekarno, dan Widodo Budidarmo. Selamat membaca!.

Project.
1. Unduh bahan pustaka Tali Integritas disini dan modul pembelajaran disini.
2. Pilih salah satu tokoh bangsa dan baca kisah integritasnya.
3. Selesai membaca, jawab pertanyaan berikut :
    a. Kenapa saudara memilih kisah tokoh bangsa tersebut? Jelaskan!.
    b. Apakah informasi-informasi dalam tulisan tersebut berasal dari sumber terpercaya? 
        Sebutkan contohnya dan jelaskan!.
    c. Apakah informasi yang disajikan relevan dengan topik buku tersebut? 
        Sebutkan contohnya  dan jelaskan!.
    d. Apakah analisis dan interpretasi penulis sesuai dengan informasi-informasi yang disajikan?
        Sebutkan contohnya dan jelaskan!.
    e. Apakah penulis lebih menuntut logika atau emosi pembaca? Sebutkan contohnya dan jelaskan!.
    f. Apakah ada pemilihan kata yang digunakan oleh penulis dianggap berlebihan? 
        Sebutkan contohnya dan jelaskan!.
    g. Apakah pemilihan kata oleh penulis mencerminkan sikap/pendapat si penulis? 
        Sebutkan contohnya dan jelaskan!.
    h. Apakah pilihan kata yang dilakukan oleh penulis dimaksudkan untuk mempengaruhi pembaca?
        Sebutkan contohnya dan jelaskan.
4. Buat tulisan yang berisi tanggapan terhadap kisah integritas tokoh bangsa yang dipilih berdasarkan 
    jawaban-jawaban diatas.
5. Tulis hasil project tersebut dalam bentuk essai dan kirim melalui email ke
     mataharipagimail@gmail.com. 

Terima kasih.

Senin, 19 Februari 2018

Esai dan Hal-Hal Lainnya

Februari 19, 2018


Tak terasa sudah 2 bulan kita mengimplementasikan pogram Tali Integritas melalui Cerdas Integritas. Kita juga telah menyelesikan tema Karsa pada Kelas Integritas. Jika dalam tema Karsa kita sudah medekonstruksi paparan dalam film Sahabat Pemberani dan buku Si Kumbi, dengan maksud supaya nilai-nilai integritas yang terkandung didalamnya berinteraksi dengan pemahaman yang sudah kita miliki sebelumnya. Maka untuk selanjutnya kita akan merekonstruksi hasil interaksi kita dengan nilai-nilai integritas yang akan kita tuangkan dalam bentuk esai.

Apakah itu esai? Esai dapat kita definisikan sebagai tulisan singkat yang berisi pendapat/argumen mengenai suatu persoalan/permasalahan. Sesingkat apa tulisan tersebut? Esai bisanya terdiri dari 500 sampai dengan 1500 kata. Meskipun berupa tulisan ringkas, esai tetap harus bisa menyampaikan gagasan penulisnya secara runtut, logis dan menarik.

Mengorganisasikan gagasan menjadi hal penting dalam menulis esai karena kita harus menyelaraskan gagasan kita secara logis sehingga memudahkan pembaca mengikuti aluran pikiran kita. Untuk itu, esai ditulis dengan struktur : pendahuluan, isi dan penutup.

Pendahuluan memuat gagasan utama esai dan menyatakan tujuan penulisan. Gagasan yang ditulis dalam paragraf pendahuluan memberikan gambaran umum tentang gagasan atau argumen yang akan ditulis pada bagian isi esai. Unsur yang paling penting dalam paragraf pendahuluan adalah kalimat tesis (thesis statement) atau sering juga disebut kalimat topik dan beberapa kalimat lain yang menguraikan kalimat tesis ini.  Kalimat tesis merupakan gagasan utama esai yang dinyatakan secara jelas (tidak ambigu) dan eksplisit. Kalimat tesis ini berfungsi sebagai pengontrol gagasan yang hendak disampaikan dalam isi esai. Kalimat tesis dan kalimat-kalimat lain yang menyertainya ini secara kolektif disebut sebagai “pendahuluan” esai.

Bagian isi esai merupakan penjabaran dari gagasan utama yang dinyatakan dalam kalimat tesis. Penjabaran gagasan utama ini diwujudkan dalam beberapa paragraf. Umumnya isi esai terdiri atas beberapa gagasan utama (minimal dua). Setiap gagasan utama ditulis dan dijabarkan dalam satu paragraf.  Setiap paragraf isi mendiskusikan gagasan-gagasan yang lebih spesifik dan lebih detil agar argumen menjadi lebih meyakinkan. Gagasan-gagasan yang lebih spesifik ini merupakan kalimat-kalimat pendukung yang berfungsi sebagai penjelasan yang logis atas argumen yang disampaikan penulis. Oleh karena itu, argumen dalam paragraf-paragraf isi ini harus diorganisasi atau dikelola dengan cermat. Penulis esai harus memastikan bahwa setiap kalimat penjelas yang ditulis memiliki relevansi yang erat dengan gagasan. Selain itu, perpindahan antara satu paragraf isi dengan paragraf isi lainnya harus pula dirancang dengan seksama. Pengaturan paragraf-paragraf isi ini dapat disusun berdasarkan urutan kronologis, logis, atau kepentingan.

Penutup esai diwujudkan dalam satu paragraf simpulan yang dimaksudkan untuk mengakhiri pembahasan topik esai. Paragraf ini biasanya berisi rangkuman dari pokok pikiran yang telah disampaikan penulis. Paragraf penutup juga bisa berupa penegasan atas argumen yang telah dijabarkan di bagian isi dengan maksud agar pembaca mengetahui secara persis posisi penulis atas suatu masalah. Menutup esai dengan paragraf yang efektif akan memberikan kesan ketuntasan (sense of closure) bagi pembaca sehingga apa yang telah disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.

Yang harus diperhatikan juga dalam menulis esai adalah paragraf. Walaupun tidak ada aturan baku mengenai panjang sebuah paragraf, Patokan yang biasa digunakan mensyaratkan bahwa paragraf esai tidak lebih dari sepuluh kalimat dan tidak kurang dari dua kalimat. Panjang paragraf ini bervariasi antara satu esai dengan esai lainnya, tergantung pada jenis esai yang kita tulis. Misalnya, panjang paragraf esai bisnis (niaga) umumnya terdiri atas 4-5 kalimat sementara esai akademik memiliki rata-rata 8-10 kalimat. Esai akademik cenderung lebih panjang karena penulis harus menyatakan pendapat, mendukung pendapat itu dengan data riset, dan menyampaikan kesimpulan. Esai yang demikian memerlukan lebih banyak hal yang harus ditulis.

Oleh karena esai berisi argumen penulisnya, maka sebenarnya ada 2 (dua) teknik yang dapat digunakan untuk mengembangkan tulisan tersebut. Pertama, teknik induktif. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengemukakan terlebih dahulu bukti-bukti dan kemudian diambil kesimpulannya. Bukti-bukti tersebut dapat berupa contoh-contoh, fakta-fakta, pengalaman, laporan-laporan, data statistik dan lainnya. Hal yang harus diperhatikan dalam mengajukan bukti-bukti tersebut, yaitu : bukti-bukti harus sesuai dengan topik esai sehingga kesimpulannya tidak menyimpang dan bukti-bukti tersebut harus cukup banyak sehingga dapat mendukung kesimpulan.

Kedua, teknik deduktif. Teknik ini dimulai dengan mengajukan kesimpulan terlebih dahulu dan baru kemudian disusul oleh bukti-buktinya. Sistem penalaran deduktif disebut juga silogisme. Bentuk ini terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu : permis mayor, premis minor dan kesimpulan. Permis mayor berupa pernyataan umum dan mengandung kebenaran yang dapat diterima oleh umum. Premis minor merupakan proposisi yang mengidentifikasikan fenomena khusus dan merupakan bagian dari golongan premis mayor. Kemudian kesimpulan, pada silogisme merupakan perluasan logis (logical extention) dari ide yang ada dalam premis, sehingga kesimpulan tersebut dapat dianggap sahih (valid).

Terakhir, meninjau atau menulis ulang esai. Hal ini sangat diperlukan ketika kita telah berhasil menyelesaikan tulisan kita. Ada baiknya kita kesampingkan esai kita selama beberapa jam dan kita baca ulang kemudian. Penting sekali untuk membaca secara teliti setiap paragraf untuk memastikan gagasan kita masuk akal dan bahwa kita telah menyampaikannya secara jelas dan logis. Juga penting kita pastikan bahwa gagasan yang kita tulis tidak bergeser dari pokok utama persoalan yang ingin kita sampaikan. Masing-masing paragraf harus relevan dengan tesis. Jika kita temukan gagasan yang kurang atau tidak relevan dengan tesis, menghapus atau menulis ulang gagasan itu mungkin akan bermanfaat. Artikel ini dapat diunduh dalam bentuk pdf disini.

Demikian. Salam literasi! Lawan korupsi!.

Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

Mengenal Cerdas Berintegritas

Februari 19, 2018


Semangat pagi,

Komunitas Matahari Pagi merupakan salah satu dari 40 TBM / lembaga literasi yang terpilih sebagai Panglima Integritas dalam program Taman Literasi (Tali) Integritas yang digagas oleh KPK melalui Pusat Edukasi Anti Korupsi bersama Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM). Tugas utamanya adalah mengimplementasikan Program Tali Integritas, yaitu menebarkan nilai-nilai anti korupsi melalui literasi. Program Tali Integritas yang akan diimplementasikan oleh Komunitas Matahari Pagi, kami beri nama CERDAS BERINTEGRITAS. Penamaan tersebut sesuai dengan gagasan pokok Rancangan Program Terpadu, yaitu kombinasi  antara TDW Program kami dengan Materi Pustaka Integritas yang dimiliki oleh Pusat Edukasi Anti Korupsi KPK.

Istilah kombinasi merujuk pada The Concept of Ba yang dikemukakan oleh Ikujiro Nonaka mengenai proses interaksi terciptanya pengetahuan. Menurut Nonaka bahwa pengetahuan tercipta dari pengetahuan tacit dan eksplisit yang berinteraksi dalam suatu proses yang berbentuk spiral (proses spiral). Proses tersebut terdiri dari sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi. Proses kombinasi itu sendiri digambarkan sebagai proses konversi pengetahuan eksplisit kedalam pengetahuan eksplisit yang lebih kompleks. Proses konversi bertujuan untuk menemukan dan menjadikan pengetahuan tersebut berguna. Sehingga maksudnya disini, TDW Program sebagai pengetahuan eksplisit dengan Materi Pustaka Integritas yang merupakan pengetahuan eksplisit juga, dikombinasikan dan dikonversikan menjadi pengetahuan eksplisit yang lebih kompleks, yaitu Rencana Implementasi Kegiatan Tali Integritas yang diberi judul CERDAS BERINTEGRITAS.

Cerdas Berintegritas setidaknya mengandung 3 (tiga) kata kunci, yaitu kecerdasan, karakter dan integritas. Ketiga sifat dan sikap tersebut merupakan hal yang harus dimiliki oleh kita dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Hal itu dikarenakan tidak mungkin bangsa Indonesia mencapai keemasan jika korupsi masih merupakan kejahatan luar biasa. Untuk itu, upaya menumbuhkembangkan kesadaran akan nilai-nilai integritas dalam kehidupan masyarakat, sepertihalnya tujuan diadakannya program ini, harus kita tindaklanjuti dengan serius.

Kata kunci pertama, kecerdasan. Kecerdasan atau cerdas adalah pandai sekali, pintar, dapat menggunakan akal secara sempurna dalam berpikir (Badudu & Zain, 1996). Yang dimaksud dengan kecerdasan ini merujuk pada konsep kecerdasan majemuk . Kami berencana menjadikan kecerdasan lingustik  merupakan gerbang untuk dapat mengeksplorasi jenis kecerdasan lainnya. Hal tersebut dikarenakan kecerdasan linguistik sebagai elemen utama pembentuk kemampuan literasi . Kemampuan literasi sangat berguna bagi seseorang untuk mendapatkan deep understanding, yakni kemampuan seseorang dalam menagkap hubungan-hubungan kompleks dalam sebuah konsep, sehingga orang tersebut dapat berpikir kritis, logis, fleksibel dan kreatif. Deep understanding sendiri harus dilatih dengan mempraktekan ilmu pengetahuan. Selain itu, mengembangkan kecerdasan linguistik dapat dilakukan melalui penguatan keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan ini kami meletakannya sebagai kegiatan utama dalam pembelajaran. 

Kecerdasan majemuk merupakan teori kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner, yang dibagi kedalam 8 jenis kecerdasan, yaitu : kecerdasan kinestetik. Kecerdasan interpesonal, kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan naturalis, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal. Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata secara efektif. Pandai berbicara, gemar bercerita dan dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca merupakan tanda seseorang memiliki kecerdasan linguistik yang menonjol. Komponen inti dari kecerdasan linguistik adalah kepekaan kepada bunyi, struktur, makna, fungsi kata dan bahasa. Kemampun seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik adalah membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, dan berdebat. Istilah literasi menurut Evelyn Williams English sebagai kemampuan memahami dan menafsirkan informasi dan menerapkan berbagai bentuk teknik berpikir yang kompleks, kritis dan kreatif pada saat membaca, menulis, berbicara, menyimak dan memecahkan masalah.

Keterampilan berbicara dituangkan dalam kegiatan diskusi dan brainstroming, dimaksudkan untuk membentuk pemikiran yang terbuka terhadap setiap gagasan (open minded). Keterampilan dan kegiatan membaca merupakan penguatan daya analitis sehingga dapat kritis terhadap teks, menggali lebih dalam mengenai latar belakang teks, membandingkan antar teks sehingga dapat melahirkan gagasan mandiri. Menyimak merupakan kegiatan untuk membentuk sikap penerimaan, empati dan penghargaan. Sedangkan menulis merupakan pembisaan berpikir secara terstruktur sistematis, runtut/konsisten, koheren/logis, komprehensif dan bertanggungjawab. Hal ini menunjukan bahwa keterampilan berbahasa dapat menjadikan seseorang dapat mengartikulasikan pendapat dengan cermat, cerdas dan bermartabat. Singkatnya, kecerdasan sebagai mindset dapat membentuk karakter seseorang.

Kata kunci kedua, karakter. Karakter adalah tabiat, perangai, sifat-sifat seseorang (Badudu & Zain, 1996). Ki Hajar Dewantara telah meletakan filosofi pendidikan karakter, yang meliputi : oleh pikir (literasi), olah hati (etika), olah raga (kinestetik), olah karsa (estetika). Terlihat jika kecerdasan dan literasi memegang peranan penting dalam pembentukan karakter. Karakter akan sangat mempengaruhi integritas seseorang.

Kata kunci ketiga, integritas. Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkaan kewibawaan; kejujuran (Badudu & Zain, 1996). Keutuhan yang termaktub dalam integritas seseorang, meliputi bagaimana dia berpikir, berbicara dan berperilaku. Ada 9 sifat integritas yang harus terpancar dalam seseorang berpikir, berbicara dan berperilaku, yaitu : kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, keberanian, keadilan, kerja keras, tanggung jawab dan kesederhanaan . 

Sembilan sifat integritas tertuang dalam logo Program Taman Literasi (TALI) Integritas dengan bentuk yang melambangkan Salam Literasi, diwakili oleh 9 warna. Selain itu, kesembilan warna itu sendiri memiliki makna, dalam sifat yang positif meliputi : Biru bermakna produktif, harmoni, bijaksana, kebenaran, idealisme, kuat, tabah; Merah bermakna tulus, energi, pemimpin, tenaga; Kuning bermakna optimis, cerdas, idealisme; Oranye bermakna keseimbangan, antusiasme, kesenangan, hasrat, kebahagiaan; Hijau bermakna kecerdasan, kesuburan, giat, murah hati, stabil, tenang; Ungu bermakna spiritual, keagungan, perubahan; Magenta bermakna kreatif, bijaksana, pencerahan; Hitam bermakna modern, kekuatan, formal, elegan, serius; Abu-Abu bermakna dapat diandalkan, rasa hormat, stabil, kehalusan, bijaksana.

Tentu saja, integritas dalam menjunjung nilai-nilai anti korupsi tidak berhenti sampai dimiliki oleh orang per orang atau individu saja, tetapi sama pentingnya juga harus dimiliki oleh suatu organisasi. Sepertihalnya salah satu cara yang dilakukan oleh KPK dalam memberantas korupsi, yaitu perbaikan sistem . Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK, meliputi : upaya refresif, perbaikan sistem dan edukasi. Dalam memperbaiki suatu sistem, kita setidaknya harus mengetahui prinsip-prinsip dasar suatu sistem. Sistem sebagai alur proses suatu organisasi memiliki minimal 3 fase, yaitu input, proses dan output. Supaya proses tersebut dapat berjalan dengan baik, maka digerakan oleh suatu manajemen. Manajemen yang baik, secara garis besar memiliki 4 unsur, yakni planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), aktuating (pelaksanaan) dan controlling (pengawasan). Dari itu, jika suatu organisasi ingin memiliki integritas maka integritas tersebut harus tercermin dalam keempat unsur tersebut.

Kenapa hal ini perlu kami paparkan? Karena kami anggap kita perlu memiliki kesamaan kepahaman mengenai latar berlakang sebelum kita merumuskan jenis-jenis kegiatan yang dapat diduplikasi dimasing-masing entitas. Materi ini dapat diunduh dalam bentuk pdf disini.

Project.

  • Diskusikan konsep Cerdas Berintegritas dengan nilai-nilai inti (visi dan misi) dientitas masing-masing.
  • Buat esai dari hasil diskusi tersebut dalam file word (.doc atau docx), lalu kirim ke mataharipagimail@gmail.com.


Terima kasih.

Teladan : Integritas Bapak Hoegeng

Februari 19, 2018


Semangat pagi,

Masih ingat dengan kegiatan menyimak? Kali ini kita akan kembali menggunakan keterampilan berbahasa menyimak. Yang akan kita simak kali ini adalah bahan pustaka Tali Integritas dalam bentuk audio, bisa didapatkan dengan cara mengunduh disini.

Menyimak merupakan suatu proses, yaitu mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1987). Menyimak sebagai suatu proses terdiri dari 5 tahapan, yaitu : mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi dan menanggapi (Morris, 1964).

Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan menyimak, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal, terdiri dari faktor fisik, psikologis, pengalaman, jenis kelamin dan peranan penyimak. Faktor eksternal, terdiri dari faktor pebicara, pembicaraan dan situasi. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi keberhasilan menyimak diantaranya prasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara, keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi, kepicikan, serta kebosanan dan kejenuhan. Faktor keberhasilan tersebut dapat dilatih dengan menerapkan strategi, sebagai berikut : menyimak ulang ucap, mengidentifikasi kata kunci, membuat parafrase, merangkum dan menjawab pertanyaan.

Sekarang mari kita mempraktekan menyimak kritis non ilmiah pada pustaka audio berjudul : Hoegeng Imam Santoso : Pantang Menerima Pemberian karena Jabatan dengan mengerjakan project berikut. Dengan mengerjakan project ini kita akan mendapatkan manfaat, yaitu : mendapatkan, menganalisis, mengevaluasi fakta mengenai tokoh integritas, mendapatkan inspirasi dari tokoh integritas, serta meningkatkan kemampuan berbicara. Materi ini dapat diunduh dalam bentuk pdf disini.

Project.
  • ·         Unduh bahan pustaka Tali Integritas audio disini.
  •            Dengarkan bahan pustaka tersebut dengan penuh konsentrasi. 
  •          Identifikasi ada berapa fragmen wacana tersebut dan hal-hal penting apa saja yang terkandung didalamnya. 
  •        Interpretasikan dan pahami hal-hal yang terkandung dalam tiap fragmen, nilai-nilai integritas apa yang bisa kita teladani?. 
  •     Berikan penilaian mengenai nilai-nilai integritas yang bisa kita teladani dari kisah tersebut dengan mencari relevansinya dengan kehidupan kita saat ini. 
  •         Uji relevansi yang kita temukan dengan menjawab pertanyaan : “apa sebab dan mengapa nilai-nilai integritas tersebut sehingga tetap relevan dengan kehidupan saat ini?”. 
  •   Tulis hasil project tersebut dalam bentuk essai dan kirim melalui email ke mataharipagimail@gmail.com. Tulisan dibuat pada file word (.doc atau .docx)



Terima kasih.

Materi dan Suplemen Kelas Integritas Tema Karsa

Senin, 05 Februari 2018

Cerita dibalik permainan "Loncat Batu Antariksa"

Februari 05, 2018



Hari ini mau kasih hadiah apa ya? 

Apa dia akan suka dengan hadiah ini?

Pernahkah pertanyaan di atas terlintas di benak kita, sudah pasti kita sebagai orangtua ingin memberikan yang terbaik untuk anak, namun nyatanya “hadiah” tidak melulu harus barang mahal nan berkualitas. Hadiah terindah bisa jadi berupa kesempatan bereksplorasi ‘tanpa diganggu’, dalam artian orangtua kadang-kadang merasa gemas ingin ikut menyelesaikan pekerjaan anak, karena menilai apa yang sedang dikerjakan anak itu terlalu mudah dan jalan keluarnya sudah di depan mata.

Namun tahukah kita? Yang diperlukan anak untuk melukiskan kisah suksesnya adalah mengalami langsung kejadian, peristiwa, pengalaman atau apa saja yang dialami anak, itulah yang membuatnya merasa istimewa. Memang “kisah sukses” tersebut sangatlah bersifat subjektif karena pencapaian setiap anak akan berbeda-beda.

Lalu “sukses” di sini apakah ukurannya nilai tertinggi?

Sejarawan Sarah Lewis bercerita mengenai pengalamannya di museum, saat itu merupakan pekerjaan pertamanya dan Ia menyadari bahwa tidak semua karya seni yang ada merupakan mahakarya, sesuatu yang kelihatannya hampir gagal atau hampir sukses justeru bisa menjadi suatu karya seni itu sendiri. Nah coba kita renungkan pencarian kesuksesan kita, jangan-jangan justeru yang hampir itulah yang mendorong kita untuk tetap maju.

Jika kita pun demikian (masih belajar dan berupaya) akan menjadi bijak ketika memberikan ruang untuk anak mencoba mengaplikasikan konsepnya sendiri, agar “jatuh-bangun” mereka alami langsung dan yang “hampir sukses” juga “Sukses” mendorong mereka tetap berkarya, hal itulah yang menjadi proses penting dalam tangga hidup mereka.

Begitupun Daniah pada fase pralatih ini Ia bebas mengeksplorasi banyak hal, Daniah mencoba banyak permainan yang membawanya pada rangkaian proses gagal-berhasil, memperkenalkan Ia pada sebuah kompetisi menang dan kalah, yang membantunya mengenali berbagai emosi yang timbul dalam prosesnya; perasaan kesal, marah, kecewa, suka, bangga dll.

Nah berawal dari kekesalannya ketika Ia kalah dalam sebuah permainan; kali pertama reaksinya marah, kali kedua reaksinya menangis, kali ketiga Daniah mencoba berpikir dingin dan mencari sesuatu yang membuatnya merasa nyaman dan terciptalah sebuah permainan baru yang dia buat sendiri “Permainan Loncat Batu Antariksa”.

Jadi permainan ini Daniah ciptakan dalam rangka bersenang-senang, cara kerjanya juga sederhana;Pertama lempar dadu, jika sisi dadu yang munculnya 2, maka kita harus melangkah dua kali pada batu-batu antarikasa, jalurnya mengikuti garis yang ada (catatan: di dalam gambar ada bulatan warna-warni, itu adalah batu-batu yang sedang melayang di luar angkasa sana), nah … jika kita beruntung maka akan mendapatkan kartu harapan yang artinya kita bisa membuat garis baru yang bisa dihubungkan ke batu manapun yang kita suka (catatan: dari permainan ini dibuat sampai sekarang hanya Daniah yang pernah mendapatkan kartu harapan, katanya “karena aku yang buat peraturannya”).

Ya, jadi kurang lebih seperti itulah imajinasi membantu kita menyelesaikan berbagai permasalahan, meskipun saat ini penyelesaian yang Daniah buat masih dalam tahap kenyamanannya sendiri, sangat terbuka kemungkinan esok dia akan membuat penyelesaian dengan lebih bijak lagi, kuncinya adalah kesempatan.

THE DANIAH WAY

Februari 05, 2018




The Daniah Way seperti yang sudah diungkap dalam artikel sebelumnya merupakan istilah yang digunakan untuk menamai bagaimana kami mendidik supaya dia bisa menjalani hidupnya, dalam perjalanannya The Daniah Way sudah beberapa kali berganti format, ini karena kami berupaya untuk mengevaluasi dan merevisi pendekatan yang digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhannya.

Kami telah sepakat untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak kami, yang artinya kami akan terlibat aktif dalam penyelenggaraan pendidikannya. Tentu saja dalam prosesnya akan lebih fleksibel, ada kegiatan yang diselenggarakan sendiri di rumah atau menggunakan infrastruktur yang sudah ada di masyarakat misalnya; kursus, club, bimbel, guru privat. Kendati demikian kami sebagai orangtua merupakan pengambil keputusan utama, sehingga kami tidak hanya menitipkan anak pada Lembaga tertentu namun juga bertanggung jawab.

Mengapa kami memilih jalur homeschooling untuk mendidik anak? Kami percaya bahwa belajar bukan hanya menggudangkan ilmu ke otak namun lebih jauh mengaplikasikannya dalam kehidupan “long life education”, tempat dan waktunya pun tidak harus kaku. Bagi kami sekolah (formal) maupun homeschooling (informal) adalah alat untuk meraih tujuan Pendidikan, jadi konteksnya bukan lagi mana yang lebih baik, melainkan mana yang lebih pas dengan kebutuhan anak kita, dan dengan melihat kebutuhan anak maka kami memilih jalur informal untuk mendukung tumbuh kembang baik secara fisik maupun psikisnya.
"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"