Rabu, 31 Januari 2018

MEMBACA KEJUJURAN DALAM CERITA SI KUMBI

Januari 31, 2018

“Orang yang jujur adalah ciptaan Tuhan paling mulia” Alexander Pope.

Pada kegiatan ke-2 Kelas Integritas bertema : Si Kumbi, Angin di Perut Osyi, kami fokuskan untuk lebih mematangkan pemahaman terhadap unsur-unsur cerita. Jika pada kegiatan ke-1 analisa terhadap unsur-unsur cerita dilakukan dengan pendekatan keterampilan menyimak film Sahabat Pemberani, untuk kegiatan ke-2 ini menggunakan pendekatan keterampilan membaca cerita Si Kumbi, Angin di Perut Osyi.

Pada proses menyimak, keberhasilannya ditentukan oleh kemampuan memahami, menganalisa dan mensintesa. Menyimak sebagai suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna yang disampaikan (Tarigan, 1987). Artinya pada kegiatan tersebut siswa diajak untuk mengidentifikasi adegan-adegan kritis yang menguji integritas para tokohnya. Hasil identifikasi tersebut kemudian dianalisa, kenapa tokoh-tokoh dalam film Sahabat Pemberani mengambil sikap demikian. Disini dimungkinkan para siswa untuk bisa lebih menggali mengenai makna dari integritas berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing. Sebagai akhir dari kegiatan, para siswa diberi project untuk mensintesakan film Sahabat Pemberani kedalam bentuk sinopsis.

Keberlanjutan pembelajaran ke kegiatan ke-2, melalui pemahaman unsur-unsur cerita, adalah penguatan fondasi kebahasaan. Oleh karena pada kegiatan ini, para siswa didorong untuk menggunakan keterampilan membacanya. Membaca adalah  Ada persamaan dalam aktivitas menyimak dan membaca. Keduanya memiliki persamaan sifat dan tujuan, yaitu sama-sama bersifat aktif reseptif dan bertujuan memperoleh informasi / pengetahuan. Selain itu, juga memiliki persamaan dalam prosesnya, meliputi : mengidentifikasi bunyi-bunyi (fonem), memahami dan menafsirkan maknanya. Persamaan terakhir terletak pada persiapannya. Menyimak dan membaca membutuhkan persiapan, berupa kemampuan linguistik (kebahasaan) dan kemampuan non linguistik (pengalaman, wawasan dan penalaran).

Pada cerita Si Kumbi, Angin di Perut Osyi mengandung nilai-nilai integritas, diantaranya : kesederhanaan, keberanian dan kejujuran. Kesederhanaan adalah nilai integritas yang diklasifikasikan sebagai etos kerja. Kesederhanaan itu sendiri berarti hidup bersahaja, tidak berlebih-lebihan. Pada nilai inilah, konflik dalam cerita dimulai. Yakni ketika Osyi terlalu banyak memakan sambal sehingga menyebabkan sakit perut. Permasalahan terus berlanjut karena Osyi tidak berani untuk mengemukakan permasalahannya dan memilih untuk diam. Keberanian sebagai kemantapan hati, percaya diri serta tidak gentar dalam menghadapi kesulitan. Nilai integritas ini sebenarnya yang menjadi kunci dari penyelesaian masalah. Pada akhirnya Osyi memiliki keberanian untuk mengungkapkan masalahnya. Inti dari integritas adalah nilai kejujuran. Kejujuran sebagai kelurusan hati, tidak berbohong dan tidak curang, merupakan pesan utama yang ingin disampaikan dalam cerita ini.

Untuk bisa mengeksplorasi nilai-nilai integritas yang terkandung dalam cerita ini, para siswa diarahkan menggunakan pendekatan 3 (tiga) jenis membaca, yaitu membaca kritis, membaca kreatif dan membaca fiksi. Membaca kritis merupakan kegiatan membaca dengan bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis. Membaca kreatif diperlukan untuk memahami maksud penulis, mengorganisasi dasar tulisan, menilai penyajian penulis dan menerapkan pola 5W+1H. Pada kegiatan ini, organisasi dasar tulisan dirujuk pada unsur-unsur cerita. Oleh karena tulisan yang dipelajari dalam kegiatan ke-2 ini merupakan karya fiksi, maka diperlukan juga pendekatan membaca fiksi. Cerita Si Kumbi, Angin di Perut Osyi termasuk kedalam karya interpretatif. Maksudnya adalah karya yang mengandung penghayatan dan kesadaran makna kehidupan yang luas dan mendalam, dalam konteks ini nilai-nilai integritas.

Muara dari seluruh kegiatan di Kelas Integritas adalah menulis. Untuk kegiatan ke-2, projectnya berupa menulis resensi. Yang mau dicapai dalam menulis resensi ini supaya para siswa bukan hanya mengapresiasi cerita Si Kumbi sebagai sebuah karya, melainkan juga agar para siswa mendapatkan manfaat dari cerita tersebut bagi perkembangan pribadinya dan bagi perkembangan masyarakatnya. Sehingga para siswa diharapkan memiliki 2 (dua) lapis penilaian dan pertimbangan, yaitu : nilai literer dan nilai manfaat untuk kehidupan.

Keterampilan-keterampilan berbahasa, yang terdiri dari berbicara, membaca, menulis dan menyimak akan terus menerus diperkuat melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran di Kelas Integritas. Hal tersebut dimaksudkan supaya kita dapat membangun komunikasi yang sehat dalam menanamkan nilai-nilai integritas. Penting bagi kita untuk selalu mengembangkan komunikasi secara sehat, jelas dan efektif. Seperti yang termaktub dalam buku Agar Anak Jujur, Panduan Menumbuhkan Kejujuran kepada Anak Sejak Dini bahwa hal itu dapat membangun citra positif, membangun empati dan mengungkapkan pandangan secara jujur.

Ditengah makin marak dan mengakarnya tindak pidana korupsi, seolah yang demikian adalah budaya yang akan terus diwariskan. Sedangkan jika kita melihat pada sejarah, bangsa ini didirikan oleh para bapak bangsa yang berintegritas. Sebuah suatu ironi, kini begitu sulit mencari mencari tokoh yang patut untuk diteladani. Kelas Integritas adalah kegiatan literasi dengan mededahkan nilai-nilai integritas. Salah satunya kita dapat membaca kejujuran pada cerita Si Kumbi.



Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

Senin, 22 Januari 2018

DISKUSI FILM SAHABAT PEMBERANI DI KELAS INTEGRITAS

Januari 22, 2018


Menarik mencermati diskusi film Sahabat Pemberani di Kelas Integritas minggu ini, baik itu yang reguler maupun yang digital. Seperti telah ditulis sebelumnya (baca : Sahabat Pemberani,Pembelajaran Kelas Integritas), jika film sahabat pemberani dijadikan bahan utama pembelajaran di Kelas Integritas. Strategi pembelajaran yang diterapkan adalah analisis cerita dengan mengacu kepada unsur-unsur cerita. Hal itu dimaksudkan untuk mengeksplorasi kecerdasan majemuk para siswa, terutama aspek lingustik, logis matematis, visual spasial, interpersonal, dan intrapersonal. Untuk itu, kegiatan utamanya terjadi pada sesi diskusi.

Tanggapan-tanggapan menggelitik dari para siswa cukup menggembirakan kami. Diantara tanggapan-tanggapan tersebut diantaranya adalah mengenai karakter yang ada di film tersebut, yaitu : Panji, Kirana dan Khrisna. Salah seorang siswa yang memang sangat menggilai anime berpendapat jika ada kesamaan antara ciri fisik dari para tokoh Sahabat Pemberani dengan anime-anime yang pernah dia tonton. Dia mencontohkan jika karakter tokoh Khrisna yang digambarkan gemuk dan berkacamata identik dengan  karakter penakut, kurang bisa diandalkan, manja dan suka membuat susah orang lain. Hal tersebut juga mirip dengan tokoh Ehsan pada kartun Ipin dan Upin. Kemudian dia membandingkan karakter fisik seperti Khrisna dengan pengalamannya dikehidupan sehari-hari. Menurut dia, dalam pergaulannya, sering menemukan karakter fisik seperti itu justeru memiliki karakter yang bertolak belakang. Bahkan beberapa diantaranya merupakan pemimpin suatu komunitas.

Tanggapan lainnya mengenai alur cerita atau plot. Seorang siswa menanggapi jika plot film ini sangat tipikal sekali. Misalnya ketika adegan awal, yaitu saat adegan pak guru dan pak sopir sedang berbincang-bincang. Dalam adegan itu, pak sopir berkata bahwa ada isu tentang hutan yang sedang lewati tersebut. Tetapi pembicaraan tersebut sempat terpotong karena tiba-tiba ada rusa yang menghadang. Siswa tersebut dibuat menjadi gregetan.
Tanggapan-tanggapan tersebut kami sengaja dorong untuk bisa lebih dieksplorasi. Melalui diskusi ini kami menginginkan supaya mereka mendapat tantangan untuk selalu memperbaharui asumsi-asumsi mereka. Karena seperangkat asumsi-asumsi akan membentuk suatu mindset. Mindset yang terus tumbuhlah yang dibutuhkan generasi ini dalam menghadapi tantangannya. Diskusi inilah menjadi sarana mereka dalam melatih muscle memory.

Kami sedang mengembangkan suatu konsep pembelajaran yang menempatkan para siswa bukan hanya sebagai penampung pengetahuan, tetapi menempatkan mereka sebagai subjek dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Risikonya, para siswa harus dilatih untuk belajar bagaimana menggunakan pengetahuannya tersebut.

Melalui diskusi pula, para siswa dapat melatih kemampuan mereka dalam mengelola informasi dengan cepat dan tepat. Dalam melatih keterampilan berpikir tersebut harus disesuaikan dengan kecerdasan majemuk paling dominan yang mereka miliki (multiple intelligentcies approach). Dengan demikian setiap siswa dibiasakan berorientasi pada pemecahan masalah (problem solving). Hal inilah yang menjadi tujuan kita berliterasi.

Disisi yang lain, kegiatan diskusi dimaksudkan supaya pengetahuan yang diterima oleh para siswa dapat dicerna dengan pemahaman yang lebih mendalam. Kedalaman pemahaman merupakan modal dasar bagi seseorang untuk mendapatkan keterampilan pemecahan masalah, kreatifitas, berpikir kritis dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan yang seringkali kita abaikan, karena terlalu fokus pada masalah kognitif.

Kegiatan ke-1 ini sebenarnya untuk memberikan dasar-dasar pemahaman untuk kegiatan selanjutnya. Nantinya, pada kegiatan ke-2, akan dijelaskan apa sebenarnya yang mereka pelajari. Yaitu mereka sedang mempraktekan salah satu keterampilan berbahasa yang banyak diabaikan oleh orang lain, yakni menyimak. Menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna (Tarigan, 1987). Menyimak memiliki peran, antara lain : sebagai dasar belajar bahasa, penunjang keterampilan berbahasa lainnya (berbicara, membaca, dan menulis), memperlancar komunikasi dan menambah pengetahuan. Ketika menyimak, setidaknya kita menggunakan 3 (tiga) keterampilan, yaitu memahami, menganalisis dan mensintesis. Dalam memahami kita dituntut untuk mampu mengidentifikasi bunyi-bunyi dan menghubungkan kata-kata. Saat menganalisis kita diharuskan mengidentifikasi aspek-aspek gramatika dan aspek-aspek pragmatik. Terakhir, ketika mensintesis kita harus berupaya memadukan unsur-unsur lingusitik dengan unsur-unsur lain yang diperlukan dengan cara memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Melalui proses menyimak kita dibiasakan untuk berpikir progresif dengan terus mengembangkan asumsi-asumsi yang telah ada (growth mindset). Lebih jauhnya, kita dapat terus mengelaborasi nilai-nilai luhur kehidupan yang telah kita miliki. Sehingga pilihan problem solving yang kita miliki ada nilai-nilai yang selalu diperbaharui sehingga senantiasa relevan. Bukan pilihan balik kanan mengulangi masa lalu.

Banyak hal yang sering kita lalaikan. Untuk itu, melalui kelas integritas yang sejatinya merupakan kelas literasi fungsional, kita diarahkan untuk dapat bertransformasi menjadi manusia pembelajar, long life education. Sehingga untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan potensi-potensi kreatifitas yang sudah dimiliki semenjak lahir, kita harus menerapkan life long play. Perubahan bukan lagi suatu momok yang menakutkan, tetapi harus sudah menjadi tantangan yang menyenangkan.


Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

API UNGGUN YANG TERUS MENYALA

Januari 22, 2018


“Kudu lawung pada lawung,
sajajaran pancakaki,
gumelar lebah alamna,
maju teuing mundur teuing,
matak sarosopan rasa,
pinggan diéntép jeung piring”.
H. Hasan Mustapa

Acara Kopdar Pegiat TBM se-Jawa Barat yang diselenggarakan di Sanggar Pramuka IKOPIN Jatinangor dari mulai tanggal 26 sampai dengan 27 Desember 2017 memang dapat dimaknai dengan banyak cara. Kegiatan dengan tajuk “Dari kita, oleh kita, untuk kemajuan literasi Jabar tercinta” ini menghasilkan 8 (delapan) poin rekomendasi sebagai amanat untuk ditindaklanjuti.



Acara Kopdar tersebut memang telah lama berlalu. Sebagai suatu kegiatan, sudah tidak update lagi menuliskannya. Namun, sebagai suatu momentum, acara ini memiliki amanat sebagai sejenis semangat yang selalu membuatnya relevan. Relevansi tersebut ibaratnya energi yang selalu terbarukan dan memperbaharui diri. Dan itu menjadi alasan utama kami menuliskannya sekarang, yaitu untuk membuktikannya. Bukankah pembuktian (fakta) merupakan kekuatan bagi kata-kata?.

Bagi saya dan Komunitas Matahari Pagi ini seolah kami, untuk kedua kalinya, merayakan tahun baru 2018 lebih awal. Setelah pelatihan program Tali Integritas yang mendorong kami untuk memulai tahun 2018 lebih cepat. Pada kegiatan tersebut pula kami mengetahui Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) lebih mendalam. Pada kesempatan tersebut juga, saya mengenal kawan-kawan pengurus dan pegiat FTBM Jawa Barat.



Sepertihalnya reaksi berantai dari aksi literasi. Salah satunya adalah kegiatan Kopdar di Jatinangor ini. Acara yang kami pandang semarak dengan antusiasme dan kebersamaan, sehingga merupakan energi positif untuk mengarungi tahun yang baru dengan semangat. Karena pada tahun 2018 banyak hal yang harus ditindaklanjuti.

Salah satu amanat Kopdar yang harus ditindaklanjuti adalah mengaktifkan dan membentuk FTBM kabupaten dan kota. Hal tersebut kami tindaklanjuti dengan melakukan, setidaknya, 3 (tiga) kali pertemuan yang bertempat di Taman Baca Gentong Pasir (Macatongsir), Rumah Baca Garda Persada dan Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Sukabumi.



Pada pertemuan pertama di Macatongsir dihasilkan beberapa point yang disepakati, yaitu : (1) dipandang perlu untuk segera membentuk FTBM Kabupaten dan Kota Sukabumi; (2) melakukan pendataan TBM-TBM di Kabupaten dan Kota Sukabumi yang dikoordinir Roni Fardiansyah; (3) menetapkan tenggat waktu pendataan sampai dengan akhir bulan Januari 2018; (4) menginisiasi terbentuknya TBM-TBM baru; (5) mencari solusi akan kebutuhan, keragaman dan kebaruan bahan pustaka bagi TBM-TBM; (6) mendukung pelaksanaan Program Tali Integritas; (7) memandang gerakan literasi ini dalam cakrawala Sukabumi Raya (gerakan sinergis dan terpadu yang mencakup Kabupaten dan Kota Sukabumi).



Pertemuan kedua bertempat di Rumah Baca Garda Persada, bersamaan dengan launching program Garda Persada 2018. Hasil dari pertemuan ini, meliputi : (1) memperkuat point-point yang disepakati pada pertemuan pertama di Macatongsir; (2) pencanangan Rumah Baca Garda Persada sebagai bagian dari Jejaring Integritas (perlu diketahui jika Jejaring Integritas adalah salah satu implementasi dari Program Tali Integritas yang dilaksanakan oleh Komunitas Matahari Pagi); (3) penjadwalan pertemuan ketiga yang bertempat di Perpusda Kabupaten Sukabumi.



Perpusda Kabupaten Sukabumi menjadi tempat pertemuan ketiga. Pada pertemuan ini diberikan beberapa catatan pada kesepatan-kesepakatan sebelumnya supaya lebih kongkrit lagi, yaitu : (1) melakukan kunjungan ke TBM-TBM yang kegiatannya telah eksis dengan tujuan merangkul dan memberikan penjelasan secara langsung mengenai maksud dan tujuan pembentukan FTBM di Kabupaten dan Kota Sukabumi; (2) kunjungan tersebut dalam rangka memaksimalkan proses pendataan TBM-TBM; (3) diusulkan delegasi dalam kunjungan tersebut, yaitu Roni Fardiansyah selaku koordinator panitia pembentukan FTBM Kota dan Kabupaten Sukabumi dan Fajar Sumantri selaku pegiat literasi senior; (4) koordinasi kepada TBM-TBM yang berada dibawah PKBM, sehingga dapat memperkaya keragaman kegiatan literasi di Sukabumi Raya, yang akan dilakukan oleh Ade Saprudin; (5) mengamanatkan FTBM Kabupaten dan Kota Sukabumi harus sudah terbentuk pada bulan Februari 2018; (6) melakukan pendekatan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi yang akan dilakukan oleh Ade Saprudin; (7) Perpusda Kabupaten Sukabumi yang diwakili oleh Dedi Mulyadi dan Nani Nafisah bersedia memfasilitasi dan mendukung penuh terhadap terlaksananya seluruh niatan ini demi bergeliatnya gerakan literasi di Sukabumi Raya.

Dari rangkaian pertemuan tersebut, satu hal utama yang dapat kami pelajari, yaitu silaturahmi yang baik akan membawa kepada kebaikan-kebaikan yang lain. Untaian kebaikan tersebut adalah niat yang tulus dan semangat yang tetap terjaga, sepertihalnya api unggun yang terus menyala. Api unggun abadi yang menghadirkan kehangatan dan penerangan tersebut dinyalakan oleh energi yang terus terbarukan dan memperbaharui diri, seperti yang telah disebut sebelumnya. Sepertihalnya menulis, sebagai salah satu rukun literasi, merupakan suatu proses penalaran logika. Begitu juga kegiatan-kegiatan ini, yang kami lakukan bersama-sama dengan para pegiat literasi Sukabumi Raya, adalah suatu proses penalaran sosial.


Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

Rabu, 17 Januari 2018

SAHABAT PEMBERANI, PEMBELAJARAN KELAS INTEGRITAS

Januari 17, 2018


Akhirnya kick off Kelas Integritas telah dilakukan pada tanggal 15 Janari 2018. Banyak kejutan-kejutan yang terjadi. Dari jumlah siswa yang berminat ternyata melebihi dari yang kami targetkan sebelumnya. Mereka berasal dari berbagai latar belakang. Memang kebanyakan pelajar dan mahasiswa, yang merupakan target sasaran utama kami. Kejutannya justeru dengan adanya pegiat literasi, wirausahawan, PNS, Dosen dan Guru yang tertarik ikut bergabung. Sampai dengan jangkauan domisili siswa Kelas Integritas yang tidak hanya diikuti oleh siswa dari Sukabumi, melainkan juga dari Batam, Ciamis, Bandung dan Purwakarta. Ternyata tawaran pembelajaran kelas digital merupakan hal yang membuat banyak orang penasaran. Hal ini membuktikan juga bahwa dengan adanya jaringan internet membuat jarak dan wilayah semakin tidak relevan.

Hal ini makin menantang dan melecut semangat kami sehingga tidak sabar rasanya menanti feedback seperti apa yang akan tersaji dari materi pembelajaran yang disampaikan. Seperti yang kami rencanakan sebelumnya, jika kelas ini lebih menekankan pada kualitas. Maksudnya ialah para siswa yang mengikuti kelas ini diproyeksikan untuk menjadi penggerak dalam mengkampanyekan nilai-nilai anti korupsi dilingkungannya masing-masing. Kami memang bermaksud menjadikan siswa Kelas Integritas kali ini sebagai pionir terbentuknya Jaringan Integritas, selain dari mengajak entitas literasi yang sudah ada supaya turut serta mengimplementasikan program Tali Integritas.

Untuk Kelas Integritas kali ini, kami menekankankan penerapan metode pembelajaran mandiri. Kami ingin merangsang sikap proaktif para siswa dan meninjau sampai sejauh mana kepedulian mereka terhadap isu-isu antikorupsi yang disampaikan melalui aksi literasi. Terutama bagi siswa yang mengikuti pembelajaran di kelas digital (lebih lanjut mengenai kelas digital, silahkan baca : Kelas Digital,seperti apa?).

Pada kegiatan kesatu ini, kami menyajikan film Sahabat Pemberani : Terdampar di Hutan Lindung sebagai materi pembelajarannya. Oleh karena para siswa bukan anak-anak, tentu saja kegiatan utamanya bukan menonton film tersebut, melainkan didorong untuk menggali mengenai pesan yang terkandung didalam film tersebut. Kegiatan menggali pesan yang terkandung dalam film Sahabat Pemberani dimaksudkan untuk dapat mengeksplorasi kecerdasan majemuk para siswa, terutama aspek linguistik, logika matematika, visual spasial, interpersonal dan intrapersonal. Eksplorasi tersebut bertujuan agar para siswa menjadi terampil untuk mengemukakan pendapat, berkomunikasi, berinteraksi dan memecahkan permasalahan.

Penggalian pesan yang terkandung dalam film Sahabat Pemberani mengunakan teknik analisa terhadap unsur-unsur cerita yang membangun film tersebut. Unsur cerita adalah bagian-bagian yang membangun suatu cerita sehingga pesan cerita tersebut dapat disampaikan kepada audiens. Maksud dari penerapan metode ini adalah supaya para siswa mampu menafsirkan secara lebih utuh dan kemudian menginterpretasikannya kembali pemahamannya tersebut.

Unsur-unsur yang membangun suatu cerita terdiri dari : (1) Karakter tokoh, pelaku dalam cerita; (2) Latar waktu dan tempat, masa dan lokasi cerita tersebut berlangsung; (3) Konflik yang terjadi, masalah dalam cerita / benturan berbagai keinginan yang saling bertentangan; (4) Plot atau alur cerita, berupa urutan kronologis semua kejadian dalam cerita; (5) Paparan atau eksposisi, berupa pembuka cerita dan pengenalan latar serta tokoh cerita; (6) Rising action, berupa pengenalan masalah; (7) Klimaks, puncak dari permasalahan dalam cerita; (8) Falling action, fase dimana masalah mulai terpecahkan; (9) Akhir cerita, penyelesaian dari masalah; dan (10) Tema, pesan yang ingin disampaikan dalam cerita.

Setidaknya ada 3 (tiga) momen menarik dalam film Sahabat Pemberani tersebut, yaitu : (1) ketika Krisna kehabisan jatah makanan sementara masih ada persediaan makanan milik teman-temannya; (2) ketika Panji dan Kirana tiba disuatu kebun pisang, Kirana merasa sangat lapar; (3) ketika pemilik kebun pisang itu memergoki Panji dan Kirana. Ketiga hal tersebut menjadi point yang menarik untuk didiskusikan dalam kerangka nilai-nilai integritas apa yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa tersebut.

Dengan melakukan analisa terhadap unsur-unsur cerita diatas, para siswa diharapkan dapat menginternalisasi pesan dalam fim Sahabat Pemberani secara utuh dan mendalam. Tentu saja disini dibuka ruang yang sangat luas untuk dapat menampung persfektif kritis para siswa. Bukan hanya menguji kedalaman pemahaman para siswa sebagai penerima pesan, juga merangsang kepekaan para siswa dalam posisi outside persfective mengenai pesan dalam film tersebut terhadap anak-anak sebagai sasaran utamanya.

Sebagai project dari pembelajaran ini, para siswa diberi tugas untuk membuat sinopsis film sahabat pemberani berdasarkan hasil analisa terhadap unsur-unsur ceritanya. Hal itu sebagai tahapan eksternalisasi dari pemahaman yang telah diperoleh para siswa dalam pembelajaran ini. Sehingga dengan demikian, nilai-nilai anti korupsi, terutama nilai disiplin, jujur dan tanggung jawab dapat menjadi pengetahuan, kesadaran, karakter dan integritas para siswa. Diadakan project dalam setiap akhir pembelajaran juga dimaksudkan sebagai sebagai indikator untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pembelajaran dilaksanakan. 



Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

KELAS DIGITAL, SEPERTI APA?

Januari 17, 2018


Seperti yang sudah diketahui bahwa dengan terpilihnya Komunitas Matahari Pagi sebagai penyelenggara utama proram Tali Integritas turut mentransformasikan kelas literasi yang selama ini telah berjalan dan kini diperkenalkan dengan nama kelas integritas (baca: Metamorfosa Kelas Matahari Pagi). Kelas literasi yang diselenggarakan oleh Komunitas Matahari Pagi bertujuan untuk membentuk individu transformatif atau pembelajar. Dalam fungsinya sebagai human capital creation tersebut, maka disana tempat pengetahuan dibagikan / ditransfer. Komunikasi memegang peranan penting dalam proses tersebut.

Jika sejenak merujuk kembali pada tema utama dari kelas ini yakni untuk menguatkan fondasi kebahasaan. Kebahasaan sebagai penemuan umat manusia yang paling paripurna dan selalu diperbaharui melalui perkembangan cara berbahasa/berkomunikasi. Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat turut mempengaruhi cara manusia berkomunikasi, termasuk dalam proses transfer pengetahuan. Saat ini kita berada di era internet of things atau era digital, sehingga jika ingin tetap relevan maka sudah seharusnya kita berubah menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Tuntutan untuk segera menyesuaikan diri supaya tetap relevan, mendorong kelas literasi ini hadir dalam format digital. Kelas literasi yang asalnya masih dalam klasifikasi literasi tradisional, sedikit bergeser kearah literasi digital. Meskipun demikian, tetap mempertahankan penguatan fondasi kebahasaan sebagai tema utamanya.

Kami memiliki alasan kuat untuk mempertahankan tema utama tersebut, yakni supaya peserta lebih bisa mengeksplorasi potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Dengan memiliki fondasi kebahasaan yang kuat, maka peserta dapat mengartikulasikan pandangannya secara cermat, cerdas dan bermartabat. Jika kita mau lihat lebih spesifik lagi, misalnya dengan memiliki kemampuan berbicara yang baik maka akan membentuk pemikiran kita lebih terbuka terhadap setiap gagasan (open minded). Keterampilan berbicara dapat dilatih melalui sering melakukan diskusi dan atau brainstoming. Atau kemampuan membaca misalnya, dengan memiliki kemampuan ini kita akan memiliki daya analitis yang kuat sehingga bisa bersikap kritis terhadap teks, mencari latar belakang teks, membandingkan antar teks sehingga dapat melahirkan gagasan mandiri. Selanjutnya dengan kemampuan menyimak, kita akan terlatih untuk dapat lebih menerima, terbuka, empati dan penghargaan. Terakhir, dengan memiliki kemampuan menulis kita akan terbiasa berpikir secara terstruktur, sistematis, runtut/konsisten, koheren/logis, komprehensif dan bertanggungjawab.

Tema tersebut dimaksudkan untuk menyasar kalangan remaja, yang merupakan digital natives. Remaja saat ini dihadapkan pada perubahan dunia yang sangat dinamis disertai dengan segala tantangan dan ancamannya. Remaja perlu dibekali kekuatan untuk bisa menghadapi dunia (baca : Integritas, bekal remaja menghadapi dunia). Dengan dihadirkannya kelas digital, maka diharapkan remaja berkesempatan untuk tetap bisa memperkuat fondasi kebahasaannya ditengah kesibukan mereka.

Hal itu dimungkinkan karena kelas digital sangat fleksibel bagi peserta yang memiliki aktivitas yang cukup padat. Syaratnya, peserta memiliki kemudahan akses internet. Diharapkan kelas digital ini benar-benar dapat mengatasi kendala ruang dan waktu. Pembelajaran dalam kelas digital ini memanfaatkan aplikasi edmodo disertai bantuan layanan pembelajaran TDW connect.

Edmodo adalah sebuah aplikasi edukasi berbasis jejaring sosial. Edmodo dipilih karena selain mudah dan praktis, juga cukup komprehensif sebagai course management system. Aplikasi ini juga memberikan keleluasaan bagi seluruh yang terlibat dalam pembelajaran sehingga bisa dengan leluasa berinteraksi satu sama lain. Hal ini penting karena di kelas literasi ini mengembangkan pola belajar bersama sesuai dengan tagline Komunitas Matahari Pagi itu sendiri, yaitu "bersinar bersama dan menyinari kebersamaan". Nantinya, peserta kelas literasi akan diberikan 6 digit kode grup supaya bisa mengakses 3 modul pembelajaran sesuai dengan minatnya. Namun demikian, dihimbau kepada seluruh peserta agar dapat mengikuti dan menyelesaikan 3 modul pembelajaran tersebut sehingga bisa mengikuti modul ke-4. Modul ke-4 dikhususkan untuk pembelajaran secara langsung bagaimana menerapkan prinsip-prinsip good governance.

Lalu, seperti apakah layanan bantuan pembelajaran TDW connect? Jangan membayangkan TDW connect sepertihalnya aplikasi-aplikasi yang dimiliki beberapa TV swasta. TDW connect hanyalah sebuah WA group sebagai sarana komunikasi interaktif. Karena dalam konteks belajar online, konektivitas merupakan faktor yang sangat penting. TDW connect dimaksudkan sebagai sarana diskusi diantara peserta kelas digital sehingga dapat berbagi pemahaman mengenai konsep, wawasan keilmuan dan membentuk kemandirian belajar.

Meskipun kelas digital ini masih berupa bentuk yang sederhana, namun pesan yang disampaikannya cukup jelas, yakni kita jangan melihat perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat sebagai sebuah ancaman. Sebaliknya, kemajuan teknologi informasi merupakan suatu peluang dan masa depan. Teknologi informasi merupakan bentuk mutakhir dari sarana berkomunikasi kita, sehingga kita jangan terlalu silau dan terlena dengan itu. Sebaliknya, dengan memiliki fondasi kebahasaan yang kuat, maka kita akan dapat dengan leluasa memanfaatkan secara maksimal sarana komunikasi apapun, dalam konteks ini adalah teknologi informasi.



Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

METAMORFOSA KELAS MATAHARI PAGI

Januari 17, 2018


Apa perbedaan Kelas Literasi 2017 dengan Kelas Integritas 2018? Sebenarnya keduanya entitas yang sama. Resminya bernama Kelas Matahari Pagi. Kelas Matahari Pagi merupakan wahana bagi terjadinya proses pembentukan pengentahuan dalam konsep yang kami usung. Tema besar yang kami tawarkan adalah penguatan fondasi kebahasaan. Untuk itu, pada tahun 2017 Kelas Matahari Pagi kami perkenalkan dengan nama kelas literasi. Hal tersebut dimaksudkan agar terlihat adanya kesesuaian dengan tema yang kami usung. 

Kenapa kita harus memperkuat fondasi kebahasaan kita? Pertanyaan sama juga, kenapa minat baca kita rendah? Kedua pertanyaan tersebut konteksnya sama, yaitu kita perlu meningkatkan kualitas kebahasaan kita. Kenapa kualitas kebahasaan kita perlu ditingkatkan? Karena sebenarnya keterampilan berbahasa, terdiri dari menyimak, membaca, menulis dan berbicara merupakan satu kesatuan. Namun banyak fenomena yang sering kita temui dalam keseharian, banyak orang yang pandai berbicara tapi kesulitan ketika harus menulis. Atau sebaliknya, ada orang yang terampil menulis namun kurang lancar ketika berbicara. Fenomena-fenomena tersebut terjadi dikarenakan kita masih memperlakukan 4 elemen kebahasaan tersebut secara parsial. Kita belum mengkonstruksikannya sebagai konsep problem solving. Karenanya, sering informasi yang kita tangkap ketika berkomunikasi (baik secara verbal maupun tekstual) tidak utuh. Supaya menangkap informasi yang utuh ketika kita berkomunikasi, maka kita memerlukan deep understanding.

Deep understanding adalah kemampuan menangkap hubungan-hubungan yang kompleks dalam sebuah konsep. Artinya, kita dituntut untuk berpikir kritis, logis, fleksibel dan kreatif ketika berhadapan dengan suatu wacana. Tanpa adanya fondasi kebahasaan yang kuat, maka hal tersebut tidak dimungkinkan. Akibatnya, hoax menjadi ancaman yang menakutkan dan meracuni kehidupan kita. Dalam konteks ini, integritas menjadi salah satu jawaban atas dampak negatif dari pesatnya perkembangan teknologi informasi dewasa ini.

Sementara itu, kita juga memahami jika kebahasaan (linguistik) merupakan salah satu aspek kecerdasan. Kami anggap jika kecerdasan linguistik sebagai pintu gerbang untuk dapat mengeksplorasi aspek-aspek kecerdasan lainnya. Disinilah bertumbuknya antara kecerdasan dengan karakter. Keduanya bertemu pada titik literasi. Ki Hajar Dewantara telah meletakan filosofi pendidikan karakter, yaitu : olah pikir (literasi), olah raga (kinestetik), dan olah karsa (estetika). Artinya, dengan memperkuat fondasi kebahasaan sama dengan kita memperkuat karakter. Jika sudah berbicara kecerdasan dan karakter, maka belum paripurna jika kita tidak membahas integritas.

Integritas adalah keutuhan pikiran, wacana dan perilaku yang memancarkan kecerdasan dan karakter. Untuk itu pada tahun 2018, kami ingin penguatan fondasi kebahasaan tidak hanya membentuk kecerdasan dan karakter saja, tetapi juga bisa membangun integritas.  Maka terwujudlah kelas integritas yang merupakan transformasi dari Kelas Matahari Pagi setelah kami mengadopsi Program Tali Integritas kedalam konsep kami sebelumnya.


Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

BERLITERASI BERSAMA KAK UPI

Januari 17, 2018


Judul                   : Antri Bersama Kak Riri
Penulis                : Palupi Mutiasih
Penerbit              : Asas Upi, 2017
ISBN                   : 478-602-6675-02-6
Sinopsis              :
“Rino bersiap pergi jalan-jalan bersama kak Riri. Ia ingin sekali melihat pertunjukan  lenong Betawi. Ia pergi dengan gembira. Namun sesampainya disana antrian sudah mengular. Rino tak sabar. Panjangnya antrian membuat Rino belajar. Rino belajar mengantri bersama kak Riri”.

Membaca buku ini, saya tergoda untuk memahami lebih dalam mengenai isi yang tersirat didalamnya. Saya tidak bisa menahan diri untuk memperlakukan buku ini lebih dari sekedar buku bacaan untuk anak-anak. Setidaknya ada 2 (dua) hal yang melatar-belakangi hal ini. Pertama, adanya pesan mengenai pembentukan karakter dan pengenalan budaya daerah dalam buku ini dan keduanya masih merupakan tema besar bagi bangsa Indonesia. Kedua, faktor keberadaan penulisnya yang melahirkan karya ini.

Persoalan manusia saat ini bukan lagi sekedar menjaga eksistensinya, tetapi juga harus mampu memberikan nilai agar keberadaannya tersebut selalu relevan dengan kebutuhan zaman. Dimasa depan, Jacob Oetama meramalkan dengan terjadinya revolusi teknologi informasi, maka tantangan utama yang akan dihadapi berupa gaya hidup, pola hidup dan intinya berupa pertaraungan pandangan hidup. Oleh sebab itu, rilis The World Economic Forum berupa Human Capital Report dengan sub-judul : “Preparing People for the Future of Work”, menjadi bahan diskusi dibanyak kalangan.

Literasi diyakini mampu memberdayakan masyarakat dalam menghadapi tantangan zaman tersebut. Geliat gerakan literasi yang terasa semakin menguat belakangan ini diharapkan membawa banyak perubahan-perubahan. Jika membaca, menurut Jacob Oetama, berarti mengambil jarak, bersikap aktif dan kritis, berpikir dan bergulat. Maka kemampuan seseorang untuk bisa mengkonversikan pandangan yang demikian kompleks menjadi sesuatu yang sederhana dan mudah dipahami akan menjadi faktor penentu keberhasilan seseorang. Salah satu contoh kongkrit misalnya bagaimana sebuah buku dengan isi yang bagus bisa dikemas secara menarik sehingga dapat memikat para pembaca. Khususnya untuk buku anak telah banyak bertransformasi, baik secara tampilan maupun penyampaian menjadi bentuk yang lebih inovatif. Buku berjudul “Antri Bersama Kak Riri” ini sebagai salah satu buku anak yang menanamkan karakter dan pengenalan budaya lewat pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam buku ini, disiplin tidak ditanamkan secara dogmatis maupun melalui petatah petitih yang membosankan, melainkan melalui hubungan hangat antara kakak dengan adiknya. Kak Riri tampil dengan profile sangat manusiawi sebagai seorang kakak dalam membimbing adiknya, Rino. Sebaliknya, sosok Rino tidak kehilangan ciri khas anak seusianya, yakni aktif dan energik. Disiplin sebagai salah satu fondasi karakter sudah seharusnya diperkuat sejak dini dengan kegiatan yang menyenangkan bagi si anak.

Karakter menjadi suatu masalah yang demikian serius karena kita saat ini sedang mengalami transisi generasi dari generasi analog ke generasi digital. Dimana generasi yang lebih tua, yakni generasi analog yang bermigrasi ke generasi zaman digital, yang selama ini dianggap mendapat tanggung jawab moral membentuk karakter generasi berikutnya sering mendapat kesulitan dan bahkan gagal memahami fenomena yang terjadi. Dampaknya, generasi muda sebagai digital natives semakin rentan terjebak pada kebingungan-kebingungan dalam menghadapi tantangannya. Hal ini perlu dijembatani semenjak dini sebelum terjadi kesalahpahaman yang dapat memperparah keadaan. Salah satu jembatan itu adalah buku sebagai media untuk mentransfer pengetahuan melalui kegiatan literasi. Buku ini merupakan salah satu contoh jembatan yang baik.

Keunikan lain dari buku ini, menampilkan budaya daerah (Betawi) yang diceritakan secara ringan dan natural. Selain bersetting tempat di Setu Babakan yang merupakan cagar budaya betawi, juga pertunjukan lenong digambarkan cukup lengkap dengan adanya tari cokek sebagai pembuka dan ondel-ondel sebagai maskot Betawi.  

Kita mesti cermat dalam menempatkan budaya sebagai warisan agung leluhur kita. Gempuran budaya pop dari luar demikian gencar dan hampir mustahil untuk dibendung, sedikit banyak akan menimbulkan goncangan. Buku ini seakan dapat membaca persoalan tersebut, sehingga budaya daerah (dalam buku ini diwakili oleh budaya betawi) disajikan secara aktual dan menjadi faktor penguat dalam pesannya dalam membangun karakter anak semenjak dini.

Semua kelebihan buku ini tidak lepas dari kecerdasan penulisnya, Palupi Mutiasih. Bagaimana tidak, Upi (demikian ia akrab disapa) sebagai seorang penulis muda mampu mengelola kegelisahan-kegelisahannya sehingga terlahir karya ini. Hal ini tidak mengherankan karena latar belakang Upi sebagai sarjana pendidikan, pendiri Fun Garden of Literacy, duta Gemari Baca Dompet Dhuafa 2016, mahasiswa berprestasi 3 Universitas Negeri Jakarta, Mawapres Terinspiratif 2016, serta peraih silver medal dan best education World Young Investors Exhibition di Malaysia tahun 2017. Tidak dapat disangkal lagi jika literasi sanggup melahirkan figur generasi muda sepertihalnya Upi yang memiliki daya  dan mengambil tanggung jawab terhadap generasinya. Melihat hal tersebut, tentunya kita sangat berharap literasi dapat lebih banyak melahirkan figur yang semakin bekualitas kedepannya. Karena bangsa Indonesia membutuhkan banyak penulis muda yang menghasilkan buku-buku sejenis ini untuk memperteguh jati diri sedari dini.



Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

Senin, 15 Januari 2018

BERPETUALANG DENGAN CARA BARU

Januari 15, 2018


“Hidup bagaikan latihan beban” kutipan tersebut diambil dari buku Monster Motivasi karya Anthoni Dio Marthin. Memang benar ketika pertama kali kita mengangkat tabung gas elpiji 3 kilo saja sudah cukup melelahkan, namun ketika tidak punya pilihan, hanya mencoba menerima dan berlatih, kita menjadi terbiasa, beban yang tadinya terasa berat pun menjadi ringan. Begitulah ujian dalam hidup, ketika Ia (ujian) datang pertama kali terasa begitu menyesakan, kita perlu beradaptasi hingga pada akhirnya penerimaan serupa obat penghancur dahak agar nafas kita lancar kembali.

Itulah yang terjadi pada tokoh utama dalam film Coleteral Beauty, Ia merupakan seorang ayah yang tadinya optimis menjalani hidup, Ia berkeyakinan pada 3 faktor yakni; cinta, waktu dan kematian yang membuat ia berhasil di bidang periklanan. Ia percaya tiga aspek tersebutlah yang menghubungkan semua insan di bumi; semua hal yang kita dambakan, semua hal yang kita khawatirkan tidak termiliki, semua hal yang pada akhirnya mau tidak mau harus kita beli adalah karena kita menginginkan cinta dan kita berharap kita punya banyak waktu juga kita takut mati. Namun kejayaan tokoh utama dalam film ini terenggut saat ia dihadapkan pada ujian hidup yang membuatnya jatuh ke dasar jurang terdalam, anak semata wayangnya yang berusia 6 tahun meninggal. Ia runtuh seketika, kehilangan arah dan tujuan, rumah tangganya kandas karena sama-sama tidak bisa menangani duka. Fase penyangkalan digambarkan dengan tokoh utama tidak lagi menjalani rutinitasnya, ia berubah menjadi sosok “mati enggan, hidup tak mau”. Tidak lagi berinteraksi dengan orang lain, tidak bekerja.

Kehilangan menimbulkan beragam emosi yang kadang-kadang membuat kita bersikap kurang lazim, kita marah karena sedih dan kecewa, perasaan abstrak yang pada awalnya kurang terpetakan, membuat kita frustasi bahkan kalap. Pada dasarnya emosi tersebut muncul karena zona nyaman terenggut dan kita belum siap. Rasa nyaman bukanlah kondisi yang ideal, namun lebih merupakan kebiasaan, kita terbiasa dengan keberadaan ibu dan ayah yang tinggal bersama, kita terbiasa tidur dengan memeluk boneka besar dan lampu dinyalakan, jadi ketika tiba-tiba saja ayah tidak ada di rumah, boneka besar kita hilang maupun lampu padam kita merasa khawatir, hampa, juga takut, karena memang kita tidak biasa.
Kehilangan yang lebih ekstrim membawa kita pada rangkaian proses panjang, perjalanan abstrak ini bisa mendewasakan namun tak jarang pula mematikan. Dalam kehilangan, kesadaran memegang peranan penting, Dialah tiket jalan dalam menepuh fase penolakan, kemarahan, penyangkalan, penerimaan dan pemahaman. Tanpa kesadaran kita hanya akan hanyut pada fase penolakan dan kemarahan, sulit menerima apalagi memahami bahwa setiap ujian yang kita tempuh menghadiahkan kedewasaan.  

Dalam keseharian ini, tidak banyak orang menyadari bahwa untuk memecahkan masalah dibutuhkan kemampuan mengelola rasa frustasi yang kuat dan kemampuan diasah melalui pengalaman dan jam terbang. Karena dalam hidup masalah tak pernah surut dan pengambilan keputusan tidak bisa dihapalkan, maka yang bisa kita lakukan adalah menerima lalu beradaptasi dengan kondisi baru, ini memang sulit namun bangkit adalah cara terbaik untuk melanjutkan hidup.


Hazar Widiya Sarah. Penulis adalah Wakil Kepala Sekolah dan Guru Bahasa Indonesia di salah satu SMA Swasta, Co-founder Komunitas Matahari Pagi, Pengelola Aris Munandar Library, Chief of Editor Penerbit Matahari Pagi.

Minggu, 07 Januari 2018

UNTUK APA JEJARING INTEGRITAS

Januari 07, 2018


Jejaring Integritas merupakan salah satu implementasi Program Taman Literasi (Tali) Integritas yang dilakukan oleh Komunitas Matahari Pagi diperuntukan bagi entitas literasi yang peduli akan upaya pemberantasan korupsi melalui aksi literasi, selain dari Kelas Literasi yang diperuntukan bagi individu / perorangan, dengan tajuk yang sama : yaitu Cerdas Berintegritas. Tali Integritas itu sendiri merupakan program yang digagas oleh KPK melalui Pusat Edukasi Anti-korupsi bersama Forum TBM. KPK melalui Pusat Edukasi Anti-korupsi bersama Forum TBM telah memilih 40 TBM / lembaga literasi di seluruh Indonesia sebagai Panglima Integritas dan menjadi penyelenggara utama Program Tali Integritas, dimana Komunitas Matahari Pagi salah satu diantaranya.

Kita sudah sama-sama mengetahui jika korupsi sebagai salah satu kejahatan luar biasa dan sudah menjangkiti hampir seluruh sendi kehidupan, sehingga menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa Indonesia. Dilain pihak, entitas literasi merupakan motor utama dalam menghadirkan harapan akan masa depan yang lebih baik, untuk itu sangat berkepentingan dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Untuk itu, Komunitas Matahari Pagi melalui Jejaring Integritas mengajak entitas literasi untuk bergerak bersama dalam memperkuat penanaman nilai-nilai anti korupsi dimasyarakat.

Belum lagi jika kita mendefinisikan korupsi sebagai sebuah persekongkolan, baik itu oknum maupun sistem. Maka untuk menghadapinya diperlukan lebih dari sekedar jejaring, tetapi sudah membutuhkan kekuatan bersama, suatu gerakan yang masif. Namun demikian, dalam kaitan gerakan literasi merupakan suatu gerakan budaya, sehingga hal ini perlu dipandang sebagai sesuatu yang strategis, suatu usaha jangka panjang, usaha yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Semestinya, jika gerakan literasi ini berhasil melahirkan generasi yang literat, maka korupsi dan kejahatan-kejahatan luar biasa lainnya akan teratasi dengan sendirinya. Anggap saja Jejaring Integritas ini sebagai suatu usaha rintisan menuju kearah sana, sebagai suatu ikhtiar menjadikan literasi sebagai gerakan fungsional yaitu yang mengajak kita untuk yang rasional, kritis terhadap gelombang informasi, memiliki kepekaan sosial dan memiliki integritas yang tinggi.

Jejaring Integritas dirancang sebagai sarana interaksi entitas literasi dalam membentuk persepsi yang sama mengenai nilai-nilai anti korupsi untuk kemudian dapat dikembangkan menjadi berbagai kegiatan sesuai dengan ciri khas / karakteristik, sasaran maupun kondisi masing-masing entitas tersebut. Secara sederhana, misalnya persepsi mengenai 9 (sembilan) sifat integritas yaitu : kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, keberanian, keadilan, kerja keras, tanggung jawab dan kesederhanaan. Nantinya dari kesembilan sifat tersebut, masing-masing entitas dapat memaknainya menjadi nilai-nilai yang aktual dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hasil memaknai 9 (sembilan) sifat integritas tersebut, setiap entitas dapat menggali lebih dalam pesan yang terkandung dalam bahan pustaka yang telah disediakan oleh KPK. Dengan pemahaman yang lebih dalam (deep understanding) kita bukan saja sekedar memanfaatkan bahan pustaka KPK, yang lebih penting dari itu, kita menularkan semangat anti korupsi kepada audiens di entitas literasi kita.

Jejaring Integritas sebagai wadah untuk mempersamakan persepsi mengenai nilai-nilai anti korupsi akan suguhkan dalam bentuk kelas interaktif. Kelas tersebut tersedia dalam format kelas reguler dan kelas digital. Kelas reguler merupakan format interaksi secara langsung / tatap muka yang bertempat di sekretariat Komunitas Matahari Pagi. Kelas digital merupakan format online yang memanfaatkan aplikasi Edmodo. Peserta dapat mengikuti kelas secara fleksibel, baik waktu maupun tempat.

Jejaring Integritas akan mulai dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2018 dan akan menjadi agenda utama Komunitas Matahari Pagi sepanjang tahun 2018. Komunitas Matahari Pagi telah menyiapkan 4 (empat) modul sebagai panduan dalam memahami Integritas dalam konteks pemberantasan korupsi. Pertama, modul pengenalan mengnai “Program Tali Integritas” yang terdiri dari 4 (empat) sub modul yaitu : mengenal Program Tali Integritas, mengenal bahan pustaka Tali Integritas, contoh kegiatan Tali Intgeritas dan rencana aksi Program Tali Integritas. Kedua, modul “Siap Beraksi” terdiri dari 5 (lima) sub modul yakni : Aku Ingin Indonesia Tanpa Korupsi, Dampak Masif dan Biaya Korupsi, Pengertian, Bentuk-Bentuk, Contoh Kasus dan Rencana Aksi Berantas Korupsi, Strategi Pemberantasan dan Rencana Aksi Berantas Korupsi, Mimpi Indonesia Tanpa Korupsi. Ketiga, modul “Cermin Integritas” yang terdiri dari 3 (tiga) sub modul yaitu : Aksi Integritas untuk Berantas Korupsi, Contoh Tokoh Berintegritas, Refleksi Integritas Diri. Keempat, pada akhir tahun diharapkan bisa terselanggara Festival Integritas yang menampilkan kegiatan-kegiatan dari masing-masing peserta Jejaring Integritas.

Aris Munandar. Pegiat di Komuitas Matahari Pagi

*)   Tulisan ini pertama kali dimuat di www.mataharipagi.tk.

BIARLAH MALAIKAT YANG MENJAGA KITA

Januari 07, 2018


Judul tulisan ini tentu saja diambil dari judul buku Novel Baswedan : “Biarlah Malaikat yang Menjaga Saya”. Buku biografi Novel, salah seorang penyidik senior KPK, ditulis oleh Zaenuddin HM atau ZHM dan diterbitkan oleh Mizan. Dengan mengganti kata “saya” menjadi “kita” dimaksudkan untuk menghadirkan sosok Novel sepertihalnya kita, namun memiliki integritas yang kokoh meskipun dihujani berbagai teror. Tulisan ini berdasarkan pengalaman saya mengikuti pelatihan Tali Integritas, pengalaman menghadiri bedah buku dan pengalaman membaca bukunya itu sendiri.

Menurut ZHM bahwa teror yang dihadapi oleh Novel dimulai jauh sebelum menjadi penyidik KPK dan ZHM menjanjikan dalam buku yang ditulisnya ini akan banyak mengungkap hal mengenai Novel yang belum diketahui publik. Dalam prolognya, Haris yang menegaskan bahwa buku ini bukan sekedar mengupas sosok Novel yang pantas dijadikan sebagai role model, melainkan juga perlawanan terhadap korupsi sebagai kejahatan luar biasa harus menjadi perjuangan setiap orang.

Buku ini dimulai dengan gambaran yang dramatis mengenai penggeledahan yang dilakukan oleh KPK terhadap Direktur Korlantas Polri. Dimana peristiwa itu ditengarai sebagai asal muasal adanya teror terhadap Novel dan merupakan pemicu kasus Cicak vs Buaya jilid 2. Hal tersebut, senada dengan uraian dari Haris.

Saya punya penemuan lain ketika membaca buku ini. Mungkin iya, penggeledahan yang dilakukan oleh KPK (didalamnya ada Novel yang memimpin penyidikan kasus simulator SIM) terhadap Direktur Korlantas Polri. Sehingga dengan itu, Novel dianggap “berkhianat” terhadap “korps” oleh sebagian koleganya (halaman 35). Perlu diketahui jika Novel merupakan penyidik KPK yang berasal dari unsur Polri. Tetapi, temuan lain saya itu, adalah adanya teror yang diterima oleh Novel merupakan risiko dari integritas yang dimilikinya. Dari mana integritas tersebut berasal? Dijawab dengan flashback pada masa ketika Novel dilahirkan.

Integritas yang dimiliki oleh Novel merupakan buah dari pendidikan keluarga. Novel bukan saja salah seorang keturunan pahlawan nasional, AR Baswedan, tapi standar pendidikan di keluarga Baswedan banyak melahirkan sosok-sosok yang berintegritas. Pendidikan keluarga yang seperti apa sehingga dapat melahirkan sosok berintegritas? Pendidikan yang berpijak pada kesederhanaan, empati dan religius. Hal tergambar dari mulai masa kecil Novel, masa sekolah, Akpol, menjadi polisi, hingga memutuskan memilih sebagai pegawai tetap di KPK (Bab 2-5). Yang ingin saya katakan adalah integritas bisa dimiliki siapa saja, dari institusi mana saja, bahkan oleh orang biasa seperti kita sekalipun.

Kenapa saya berani menyimpulkan demikian? Karena jauh sebelum menjadi penyidik KPK pun Novel telah sering diteror. Sebut saja ketika Novel memberantas perjudian dan illegal logging, keduanya di Bengkulu. Dikisahkan dalam buku ini, setelah Novel di KPK, teror itu semakin menjadi-jadi karena banyak kasus besar yang berhasil diungkap oleh Novel, seperti kasus suap pemilihan Deputi Gubernur BI, kasus Hambalang, kasus simulator SIM, dan yang paling hangat adalah korupsi e-KTP (Bab 6 & 8). Apa rahasia keberhasilan Novel dalam mengungkap kasus-kasus besar tersebut?

Bambang Widjojanto – mantan komisioner KPK mengungkapkan rahasia keberhasilan Novel dan juga penyidik-penyidik KPK lainnya dalam mengungkap kasus. Yaitu : teamwork; proses dilakukan secara cermat, terperinci utuh, matang dan prudent. Hal tersebut ditunjang oleh komitmen yang tinggi terhadap upaya pemberantasan korupsi, independen, pengetahuan dan kompetensi yang memadai (Bab 7).

Dalam wawancaranya dengan ZHM, Novel mengungkapkan bahwa dia menemukan adanya oknum pengusaha besar yang mengendalikan negara, mengendalikan pejabat-pejabat utama di eksekutif, legislatif dan yudikatif (Bab 16). Bahkan, dalam epilognya, Prof Mochtar menyampaikan secara tajam bahwa ketidakseriusan penanganan kasus Novel bisa dilihat sebagai sebuah persekongkolan jahat.

Sedikit mengutip materi presentasi Firman Hadiansah – Ketua Forum TBM yang berjudul “Membangun Generasi “L” melalui Pendidikan Antikorupsi” bahwa salah satu karakteristik TBM adalah gerakan budaya. Yang dimaksud disini bukan sekedar kekuatan untuk unjuk rasa, bahkan lebih dahsyat dari itu. TBM-TBM dapat melahirkan generasi baru yang juga sanggup menghantam “kelainan” integritas generasi alay, sekaligus akan menggerus persekongkolan jahat tindakan korupsi. Karena kelemahan integritas generasi muda sama berbahayanya dengan kejahatan luar biasa seperti korupsi dan atau narkoba, yaitu sama-sama mengancam masa depan bangsa.

Generasi baru tersebut adalah generasi literat atau Gen L. Yaitu generasi yang rasional, kritis terhadap gelombang informasi, memiliki kepekaan sosial dan memiliki INTEGRITAS yang tinggi. Tinggal masalahnya bagaimana kita bisa bersinergi dalam menghadapi minat baca yang masih rendah dan kemampuan menulis yang apa adanya, sedangkan tantangan zaman sudah menuntut kita beraksi dengan literasi fungsional. Seperti jawaban Prof Mochtar atas pertanyaan saya, kita harus terus menempa diri dengan ilmu pengetahuan hingga menemukan kesalehan sosial. Itulah semangat yang bisa melintasi generasi, yaitu nyala abadi semangat anti korupsi.

Aris Munandar. Pegiat di Komuitas Matahari Pagi

*)   Tulisan ini pertama kali dimuat di www.mataharipagi.tk.
"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"