Rabu, 19 Juni 2019

Pentingnya Mental Pembelajar Bagi Orangtua

Juni 19, 2019


Sebagai orangtua, kita memang memikul tanggung jawab besar, tentang bagaimana mendampingi mereka sehingga siap berkompetisi dalam kehidupan yang bergejolak ini. Menjadi orangtua adalah profesi paling penting di dunia, alam memang memberikan impuls alamiah yaitu memberikan kapasitas kepada orangtua untuk mencintai anak-anaknya, namun kenyataannya saat ini kita butuh lebih dari sekadar dorongan kasih sayang untuk mengemban tanggung jawab sebagai orangtua. Kita butuh pengetahuan sebagai modal untuk membuat konsep pendidikan yang runut dan terarah, seperti halnya profesi lain, yaitu desainner, koki, guru, pilot, sutradara, dibutuhkan pengetahuan dan jam terbang, begitupun menjadi orangtua, kita tidak otomatis menjadi orantua saat anak lahir, perlu terus belajar dan tentu saja butuh jam terbang.

Menjadi orangtua merupakan tugas yang sangat kompleks, menurut Charlotte Mason, idealnya setiap orangtua wajib menguasai dasar-dasar fisiologi dan psikologi sebagai bekal minimal untuk mengasuh anak. Bagaimana menjalani kehamilan yang sehat, bagaimana menyediakan standar emas makanan untuk bayi, bagaimana mencukupi kebutuhan fisiknya akan sinar matahari dan udara segar, pengetahuan fisiologis seperti ini  memfasilitasi anak bertumbuh optimal. Bagaimana merespon tangisan anak semasa bayi, bagaimana menghadapi kenakalannya di periode terrible two, bagaimana membantunya mengelola emosi-emosi negatif seperti sedih, marah, benci tanpa sikap destruktif, pengetahuan psikologis semacam ini akan mencegah orangtua frustasi, sekaligus membuat jiwa anak berkembang sehat.

Namun seperti yang Charlotte Mason sebutkan tadi, pemahaman fisiologis dan psikologis adalah bekal minimum, sedangkan pada abab 21 ini, kita butuh pemahaman mengenai kondisional terkini, yakni medan yang akan dihadapi oleh anak kita; serba bergejolak dan serba tidak pasti, dan untuk bisa bertahan dalam kondisi seperti ini anak wajib memiliki keberanian dan terlatih dalam menghadapi tantangan, hal ini penting agar anak-anak kita tidak masuk dalam golongan yang disebut-sebut sebagai generasi wacana, yang bisanya ribut di media sosial, membuat meme namun tidak berani bertindak. Apalagi, mengambil keputusan.

Permasalahannya, terkadang kita tidak sadar mengambil jatah hak anak kita dalam berlatih mengambil keputusan, kita terlalu over protective dan cenderung memaksakan, menjejali anak kita dengan berbagai les tambahan, membatasi pertemanan mereka, memaksakan jurusan yang orangtua anggap keren, masuk kelas IPA saja karena biasanya yang masuk kelas IPA pintar-pintar, padahal setiap jurusan punya rute masing-masing untuk mengantarkan anak kita ke gerbang cita-citanya. Bahkan tak jarang anak belum tamat SMA, mereka sudah dikejar-kejar, mau kuliah di mana? Swasta atau negeri? Dan akhirnya orangtua pun ikut menentukan, takut jika anaknya salah mengambil jalan. Maka tidak heran anak menjadi sering galau, galau mengambil jurusan sarjana nuklir tapi akhirnya berkarier di bank, sarjana pertanian jadi wartawan, susah-susah kuliah di fakultas kedokteran, tetapi begitu lulus maunya jadi motivator.

Menjadi orangtua nyatanya jauh lebih kompleks dari yang kita duga, butuh kesadaran tinggi bahwa hidup kita bukanlah hidup anak kita, sehingga tidak perlu menjejalkan harapan kita pada anak. Kembali kepada fungsi utama orangtua yaitu menemani anak kita dalam proses latihannya sehingga kelak anak dapat berdiri tegap menghadapi rintangan hidup dan menelurkan karya-karya dengan bahagia.

Seperti halnya dalam dunia game, keseruan tersebut bisa kita ciptakan dalam dunia nyata. Dunia game bagi anak sangat apresiatif, ketika anak kita bergabung dalam suatu game, mereka langsung disambut dengan meriah. “Selamat datang. Inilah pahlawan yang akan membebaskan bangsa kita dari cengkeraman mahkluk jahat.” Begitulah sambutannya, kemudian anak kita diberi pengarahan dengan jelas tentang musuh-musuh yang akan mereka hadapi. Siapa saja mereka, apa saja kehebatannya dan sebagainya. Untuk menghadapi para musuh anak kita juga dibekali dengan berbagai senjata ampuh dan amunisi lainnya. Dan dalam game anak diperbolehkan memilih senjata atau perlengkapan lain yang sesuai dengan kebutuhan, selain canggih dan imajinatif, momen seperti itu penting sekali bagi anak, mereka diperbolehkan mengambil keputusan. Memilih perlengkapan yang sesuai kebutuhan itu sebenarnya sederhana, sesederhana memilih baju yang ingin dikenakan, tapi proses itu penting, anak kita belajar mengambil keputusan. Selain itu, dunia game menyajikan petualangan bagi anak, keseruan ketika beraksi, apresiasi ketika berhasil, dan dorongan untuk mencoba lagi ketika anak kita gagal.

Sejujurnya apa yang anak butuhkan tidaklah mahal, mereka hanya butuh ruang untuk mengembangkan imajinasinya, membuat segala sesuatu menjadi seru dan menyenangkan, karena sejatinya mereka butuh gairah untuk menyelesaikan tantangan. Bukanlah petuah mengenai ini dan itu, namun ruang untuk uji coba, lebihnya apresiasi serta dorongan untuk mencoba lagi. Kita memang membutuhkan waktu untuk berproses menjadi orangtua yang memahami kebutuhan anak, yang terpenting bukan kesiapan namun semangat untuk terus belajar dan membuka komunikasi dengan anak-anak kita, sehingga kita bisa lebih tepat dalam memberikan bekal dan rangsangan.


Hazar Widiya SarahPenggagas Paradise

Selasa, 04 Juni 2019

Orisinalitas, Kata Kunci Menghadapi Hari Esok

Juni 04, 2019


Orisinalitas menjadi kata kunci dalam proses pembentukan konsep diri anak, mengapa demikian? Proses orisinalitas bermula pada kreativitas, artinya membetuk sebuah konsep yang baru dan bermanfaat. Namun tidak hanya sampai di situ saja, anak yang berpikir orisinal akan mengambil inisiatif untuk mewujudkan visinya. Hal ini menjadi sangat penting, karena proses merealisasikan ide yang ada dalam benaknya itulah yang menjadi ladang untuk tumbuh dan berkembang. Daniah Farrah merupakan anak pertama kami, dan ketika Daniah lahir, kami sepakat untuk memberinya hadiah berupa “kesempatan yang sama dan ruang untuk bereskplorasi”.

Kendati pun dalam kehidupan, yang disebut orisinal itu adalah ide yang muncul dari hasil pembelajaran yang anak serap di berbagai sumber. Anak akan selalu meminjam pemikiran-pemikiran yang sudah ada baik disengaja maupun tidak, anak memang rentan terhadap  “Kleptomnesia”- secara tidak sengaja mengingat ide-ide orang lain sebagai ide sendiri. Contohnya beberapa tahun yang lalu saat Daniah berumur 3 tahun, dia sedang gemar menonton Disney Junior, salah satu tayangannya Winnie The Pooh, dan Sofia the First, tapi dalam tayangan tersebut bukan Sofia yang menjadi sumber inspirasinya melainkan sosok Putri Amber yang sering membuat pesta minum teh. Upaya Putri Amber untuk membuat pesta yang sempurna itulah yang menjadi spirit utamanya, Daniah pun bertekad ketika dia mencoba membuat sesuatu maka harus diupayakan sempurna. Itu terbukti ketika dalam serial Winnie the Pooh ada adegan Winnie dan teman-temannya membuat museum, Daniah pun sama membuat proyek yang dinamakan museum batu dan galeri seni. Pagi-pagi Daniah berkeliling perumahan untuk mencari batu atau ranting pohon yang sudah jatuh, kemudian dicat warna-warni dan dijemur, besoknya dia mulai melukis di atas keramik yang tidak terpakai, bapaknya menjadi asisten kala itu, membantu mencuci keramiknya sebelum dilukis. Kami tidak pernah mencoba menggurui, memberitahu hal ini dan itu, kami hadir hanya untuk membantu dan mengawasi. Proyek yang dia buat dengan tekun selesai satu minggu. Oleh Daniah hasil karyanya di pajang di ruang keluarga, hal tersebut menjadi kebanggaan karena telah berhasil merealisasikan idenya, dengan cara menyadur dan mengolaborasikan dari berbagai serial kartun yang dia tonton dan akhirnya menjadi sesuatu yang baru, yaitu museum dan galeri seni ciptaanya. Jika demikian orisinal berarti mengambil, menggabungkan lalu merenovasinya menjadi bentuk yang baru.

Adam Grant, memetakan ada dua jalan menuju keberhasilan yaitu konformitas dan orisinalitas. Konformitas artinya mengikuti orang kebanyakan di jalur konvensional dan biasanya juga menjaga status quo. Sedangkan orisinalitas adalah memilih jalur yang jarang dilalui, memperjuangkan ide-ide baru yang melawan arus, tetapi akhirnya membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.

Dua jalur di atas tadi menjadi gambaran umum mengenai medan yang akan dihadapi anak kita kedepannya, saat anak dewasa dan mulai hidup mandiri. Jika demikian konsep pendampingan orangtua menjadi sangat penting peranannya, anak kita perlu dilatih untuk berpikir kreatif alih-laih hanya menjejalkan hapalan saja dan memaksa anak untuk memusatkan energinya melahap pengetahuan yang kita sodorkan, tetapi abai melatih anak untuk menghasilkan sesuatu yang baru.

Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya menjadi bintang yang cemerlang, berhasil memenangkan hidupnya, namun kondisional saat ini dengan adanya iklim globalisasi mengharuskan kita memasang strategi baru dalam hal mendampingi anak, kita tidak lagi bisa menerapkan cara berpikir aman-aman saja (statis). Cerdas dalam hal menghapal saja belum menjadi jaminan anak kita akan berhasil menghadapi setiap ujian dalam hidupnya. Anak kita wajib diberi ruang untuk menuangkan segala idenya, dan dalam prosesnya anak butuh dikuatkan ketika hasil yang dibuat tidak sesuai dengan ekspektasi, terlebih anak kita butuh lahan untuk setiap proses gagal-berhasil agar kelak ketika anak kita dewasa, dia menjadi petarung yang berbahagia.


Hazar Widiya Sarah – Cofounder Matahari Pagi dan Penggagas Paradise

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"