Minggu, 28 Oktober 2018

MENJADI PENULIS YANG MEMBACA DAN PEMBACA YANG MENULIS

Oktober 28, 2018

Setelah mengidentifikasi gaya belajar dan kecerdasan majemuk, kita mulai masuk pada teks sebagai media dalam menguji nalar kritis kita. Terhadap teks tersebut kita coba mengambil dua dari empat keterampilan linguistik, yaitu menulis dan membaca.

Tulisan ini sendiri diambil dari Kegiatan bertajuk Sharing Online FTBM diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Forum Taman Bacaan Masyarakat (PP FTBM) dengan narasumber Maman Suherman. Selain itu, dilengkapi juga dengan beberapa informasi tambahan oleh penulis.

Maman Suherman yang kita kenal sebagai notulen dalam acara Indonesia Lawak Klub (ILK) atau dalam program terbarunya Q&A adalah sosok yang tidak pernah berhenti menebar inspirasi. Meskipun memiliki latar belakang pendidikan kriminologi, Kang Maman (begitu beliau akrab disapa) telah berkecimpung di media selama 18 tahun, termasuk 16 tahun diantaranya di Kelompok Kompas-Gramedia.

Kombinasi apik tersebut dapat kita nikmati dalam novel berjudul “Re:”. Hasil proses kreatif tersebut sangat mengagumkan, bagaimana tidak? Naskah yang awalnya berupa skripsi Kang Maman dapat ditransformasikan menjadi novel fiksi. Kedalam cerita tersebut bukan hanya didapat dari riset yang sangat mendalam, melainkan juga sensitifitas dan empati yang dimiliki oleh Kang Maman.

Dalam menulis, Kang Maman menjadikan Arswendo Atmowiloto dan Jacob Oetama sebagai patronnya. Menurut Kang Maman bahwa Arswendo menjadikan adanya tokoh, konflik dan lokasi sebagai modal awal dalam menulis. Tentu saja hal tersebut harus ditambah oleh kreativitas, need for achievement, sharing, profesional, pantang menyerah dan konsistensi. Tambahan tersebut sangat diperlukan oleh seorang penulis. Sedangkan Jacob Oetama, lanjut Kang Maman, menekankan pada output dari tulisan yang dihasilkan. Tulisan haruslah bisa mencerahkan (to enlight) dan memperkaya (to enrich) pembacanya.

Mencerahkan dan memperkaya sudah menjadi ciri khas dari Kang Maman. Kita bisa simak hal itu dalam notulen dalam acara ILK, meskipun acara tersebut bertemakan komedi. Ini tidak terlepas dari sandaran filosofis yang jadi pegangan Kang Maman.

Dengan pendekatan filosofis mengenai tulisan, Kang Maman menjabarkan makna mengenai 4 benda di tangan Dewi Saraswati. Tangan pertama memegang kitab suci, hal itu bermakna jika tulisan harus mengandung kebenaran dan pengetahuan. Tangan kedua memegang tasbih, mengandung arti tulisan harus mempunyai nilai spiritualitas. Tangan ketiga memegang pot air, dimaknai menjadi tulisan harus menyajikan kejernihan pemikiran. Tangan keempat memegang vina/alat musik : tulisan harus mempunyai nilai estetika. Dengan kata lain, suatu tulisan harus memiliki kemanfaatan, kemenarikan, dan kelayakan.

Seseorang tergerak untuk menulis pastinya didorong oleh suatu motivasi. Motivasi setiap orang dalam menulis tentunya sangat beragam. Diantara motivasi untuk menulis menurut Kang Maman, diantaranya : sebagai ekspresi diri dan pemikiran, keinginan untuk mengubah dunia, membangun reputasi, atau hanya tuntutan pekerjaan.

Menulis adalah memaparkan gagasan, menyampaikan pesan (komunikasi). Sehingga, tulisan pada hakikatnya bentuk dialog dan dengan sendirinya ia tidk pernah final. Selalu ada celah untuk mempertentangkan, mempertanyakan, dan atau mengubahnya. Proses kreatif itulah yang menuntun kita memasuki celah-celah tersebut.

Kang Maman memberikan panduan mengenai alur utama tulisan, yakni : prolog – dialog – konflik – epilog. Alur tulisan diperlukan sebagai panduan kita untuk memastikan hubungan logis atau kronologis dari hal-hal yang akan kita kemukakan.

Pilih diksi serta kalimat sederhana dan efektif adalah point yang digaris bawahi oleh Kang Maman dalam menulis. Kalimat sederhana dan efektif akan membantu penulis dalam menyampaikan gagasannya dengan jelas sehingga bisa dipahami oleh pembacanya dengan jelas pula. Ini menjadi penting dan strategis karena antara penulis dan pembaca tidak saling berhadapan secara langsung, sehingga harus menghindari terjadinya kesalahan pemahaman. Keberhasilan menyusun kalimat sederhana dan efektif sangat dipengaruhi oleh pemahaman kita terhadap konsep, kiat dan keterampilan memilih kata (diksi).

Gorys Keraf (1983) menyatakan bahwa pemilihan dan pendayagunaan kata mengacu pada kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan penulis. Kesanggupan tersebut dapat dipenuhi oleh kaidah ketepatan dan kaidah kecocokan. Kaidah ketepatan dapat diukur dari keberterimaan gagasan yang akan disampaikan penulis oleh pembaca. Kaidah kecocokan diukur dengan kelaziman penggunaan kata, termasuk juga konteks luar kalimat. Konteks luar kalimat terdiri dari : topik, tujuan, situasi komunikasi, mitra tutur, dan jenis wacana.

Dalam tulisan, konteks utama yang harus diperhatikan adalah pembaca. Tes pasar adalah langkah yang harus dilakukan oleh penulis untuk memahami karakter pembaca dan media yang digunakan. Hal ini karena pembaca merupakan penerima pesan dan sasaran yang dituju.

Kunci menulis selain 5W1H, adalah 5R. 5 W1H adalah who, what, where, when, why, how.  Rumusan ini biasa digunakan untuk mengembangkan ide cerita. Dikarenakan rumusan tersebut merupakan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang dapat mengelaborasi suatu persoalan secara lebih mendalam. Selain itu, menurut Kang Maman, kunci lainnya adalah 5R yakni : read, research, reliable, reflecting, dan w(R)ite. W(R)ite memiliki arti jika menulis itu harus rite dan right, harus memenuhi kaidah-kaidahnya secara benar.

Read atau membaca merupakan kegiatan yang sangat mendasar ketika kita ingin menulis. Kegiatan baca-tulis sangat erat kaitannya, bahkan para ahli menyebutkan jika baca-tulis menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis.

Penulis sebagai pembaca artinya bahwa pembaca pertama suatu tulisan adalah penulis itu sendiri. Selain itu, dengan membaca karya penulis lain, dia akan memperoleh ide dan informasi, menemukan, memperjelas, memecahkan masalah, serta bagaimana cara menyajikan dan mengemas suatu tulisan. Sering dikatakan jika penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula.

Pembaca sebagai penulis artinya pembaca melakukan aktivitas seperti yang dilakukan oleh penulis. Pembaca tersebut mencari topik, tujuan, gagasan, dan keterkaitan uraian. Sehingga dia dapat mengorganisasikan, menganalisis, merekonstruksi dan mengambil kesimpulan dari bacaaannya. Hasil bacaan yang telah kita endapkan dapat dijadikan tesis bagi tulisan kita.

Research atau penelitian berkedudukan sebagai anti tesis dari tesis yang telah kita dapatkan. Penelitian ini adalah teks sosial atau realita kehidupan sebagai pembanding, intertekstual. Sehingga tulisan dapat kita bangun sebagai sintesis yang merekonstruksikan atau mereproduksi ide/gagasan. Sebelumnya telah diajukan contoh novel “Re;” sebagai karya yang memiliki penelitian mendalam.

Reliable artinya penulis harus dapat mempertanggungjawabkan tulisannya. Kemampuan penulis menjadi kuncinya. Untuk itu, kuncinya penulis harus benar-benar menguasai topik yang ditulis dan topik tersebut memiliki cakupan ruang lingkup yang jelas.

Reflecting merupakan hasil dari proses penalaran (reasoning). Secara umum, penalaran dibedakan menjadi penalaran induktif dan penalaran deduktif. Corak penalaran induktif, yaitu : generalisasi, analogi, dan kausalitas. Sedangkan ragam penalaran deduktif terdiri dari : silogisme, entimem, dan penyandaran terhadap prestise seseorang.

Yang harus diperhatikan disini, kita sebagai penulis jangan sampai terjebak dalam salah nalar (logical fallacy). Kesalahan tersebut bisa disebabkan oleh karena : generalisasi terlalu luas, kerancuan analogi, kekeliruan kausalitas, dan kesalahan relevansi. Kesalahan generalisasi pada umumnya berupa generalisasi sepintas (hasty or sweeping generalization) atau generalisasi apriori. Sedangkan kesalahan relevansi dapat disebabkan oleh : pengabaian persoalan (ignoring the question), penyembunyian persoalan (hiding the question), dan kurang memahami persoalan.

Kenapa biasanya suatu persoalan disembunyikan oleh penulis (hiding the question) sehingga menyebabkan salah nalar? Hal itu karena adanya : pertama, keinginan untuk menyederhanakan persoalan rumit dari dua sudut pandang yang bertentangan (either/or thinking). Kedua, karena gagal dalam menilai kebenaran asumsi atau gagasan yang mendasari suatu premis (non sequitur). Ketiga, karena bermaksud menampilkan argumentasi dengan tujuan untuk membangkitkan empati atau belas kasihan (argumentum ad misericodiam). Keempat, karena penulis merasa tidak enak, terancam, atau mengharapkan sesuatu (argumentum ad baculum). Terakhir, karena pendapat disampaikan bukan atas dasar alasan rasional, tetapi karena faktor kekuasaan (argumentum ad otoritatis).

Menulis merupakan sebuah proses, baik itu dilihat dari pendekatan frekuensi, gramatikal, koreksi, maupun formal. Untuk itu hendaknya kita dalam menulis harus siap menerima kritik, disiplin, dan fokus. Ayo kita saling berbagi pengalaman membaca dan menulis di KELAS LITERASI dengan mendaftar pada tautan pendaftaran dibawah.

KELAS LITERASI
Pendaftaran disini

Kontak :
WA. 0815-4683-3404

Media sosial :
FP. @mataharipagi.online
IG. @mataharipagi.on

MENULIS ARTIKEL

Oktober 28, 2018


Artikel adalah karya jurnalistik berupa tulisan yang berisi pendapat (opini), gagasan (ide), pemikiran, serta fakta (Romli, 2005). Tujuannya untuk memberi tahu (informatif), mempengaruhi (persuasif), meyakinkan (argumentatif), atau menghibur (rekreatif) pembaca (Sumadiria, 2005). Sehingga artikel memiliki sifat : faktual, berisi gagasan dan fakta, meyakinkan, mendidik, memecahkan masalah, dan menghibur.

Anatomi atau komposisi artikel terdiri dari : judul (head), nama penulis (by line), pendahuluan (intro), uraian sebagai isi (body), dan penutup (ending) berupa kesimpulan, ajakan, atau pernyataan tanpa jawaban. Ragam artikel terdiri dari : artikel praktis, artikel ringan, artikel opini, dan artikel analisis.

Tahapan menulis artikel terdiri dari pra-tulis, penulisan, dan pasca-tulis. Pada tahap pra-tulis dilakukan penggalian dan pengujian ide, serta mengumpulkan referensi. Ide dapat diuji melalui : seberapa aktual ide tersebut? Apa kegunaannya? Apakah pengetahuan dan referensi yang dimiliki dapat menunjang ide tersebut? Apakah kita memiliki sudut pandang lain (angle) jika ide tersebut pernah ditulis orang lain? Media apa yang sesuai untuk memuat artikel tersebut?.

Selanjutnya, menulislah. Biarkan ide tersebut mengalir. Tips untuk penulisan intro dapat dimuali dengan cara : mengutip berita, mengemukakan pepatah, memberi ungkapan, menyampaikan pendapat seseorang, atau mendeskripsikan suasana. Kemudian, rangkaikan intro dengan identifikasi masalah.

Terakhir, yang perlu dilakukan pada tahap pasca-penulisan adalah membaca kembali tulisan secara bottom-up untuk mendeteksi jika ada kesalahan (baik secara substansi, bahasa, maupun struktur), revisi kembali kesalahan yang ditemukan (dengan cara menambah, menghilangkan, atau mengubah), pertimbangkan kembali anatomi/komposisi artikel yang telah kita tulis, dan sempurnakan.

Ayo kirim artikel kamu untuk dimuat di mataharipagi.online melalui email yang ada pada kontak dibawah. Dapatkan pembahasan intensif dengan cara mendaftar pada tautan pendaftaran.


KELAS LITERASI
Pendaftaran disini

Kontak :
WA. 0815-4683-3404
Email. mataharipagimail@gmail.com

Media sosial :
FP. @mataharipagi.online
IG. @mataharipagi.online

MENULIS RESENSI

Oktober 28, 2018


Kata resensi merupakan serapan dari bahasa Belanda, yaitu recensie. Kata tersebut berasal dari kata kerja Latin, yakni recensere. Kata tersebut terdiri dari prefiks re dan kata censere. Prefiks re berarti ‘lagi’ atau ‘sekali lagi’. Sedangkan censere berarti ‘menaksir’, ‘menimbang’, atau ‘menilai’. Jadi, recensere berarti ‘menimbang-nimbang’ atau ‘menilai (lagi)’. Arti ini sepadan maknanya dengan ‘menghakimi’, ‘mengadili’ (Kusumah dkk, 2008).

Meresensi berarti menanyakan manfaat karya yang dapat dipetik bagi perkembangan pribadi pembaca maupun masyarakatnya. Penulis resensi harus menyampaikan dua lapis penilaian/pertimbangan, yaitu : nilai literer dan manfaat untuk hidup. Tujuan membuat resensi adalah : ungkapan penhayatan terhadap sebuah buku, menyingkap pesona buku sehingga menambah ruhnya, dan mengapresiasi kebutuhan masyarakat terhadap buku tersebut. Resensi dapat dilakukan terhadap karya fiksi maupun non-fiksi.

Seperti pada proses menulis pada umumnya, menulis resensi juga terdiri dari tahap pra-tulis, penulisan, dan pasca-tulis. Pada tahap pra-tulis, kita dapat memilih buku yang akan diresensi. Kemudian kita deskripsikan buku tersebut berdasarkan pengindraan, penalaran, dan penikmatan bahasa. Hal-hal yang dideskripsikan, meliputi : jenis buku, topik, bahasan khusus dalam buku, tujuan penulisan, tesis atau tema yang diajukan, metode penulisan atau alur cerita, nada tau sikap penulis buku tersebut terhadap topik dan pembaca, suasana yang diciptakan (tema dan gaya pengungkapan), latar belakang penulis buku, dan ringkasan isi buku.

Pada tahap penulisan, tinjauan yang sudah dirumuskan pada deskripsi diekspresikan kedalam tulisan. Adapun strukturnya terdiri dari : pembuka, ringkasan, tanggapan, dan kesimpulan. Pada pembuka diinformasikan jenis buku, mengenai identitas buku tersebut, kebutuhan masyarakat terhadap topik yang disajikan, sasaran pembaca, riwayat hidup dan reputasi penulis buku, serta perbandingan dengan buku sejenis. Pada bagian ringkasan disajikan tujuan penulisan buku, tema buku, intisari isi buku, serta sikap pengarang terhadap topik dan pembaca berikut nadanya. Pada bagian tanggapan disampaikan bagaimana tanggapan penulis resensi dalam membaca buku tersebut, yang meliputi : bahasanya, pengalaman pengindraan, dan pengalaman penalaran. Pada tahap pasca-tulis, penulis resensi dapat mengoreksi dan merevisi bagian-bagian yang diperlukan sehingga dapat diyakini hasilnya telah sempurna.

Ayo kirim resensi kamu untuk dimuat di mataharipagi.online melalui email yang ada pada kontak dibawah. Dapatkan pembahasan intensif dengan cara mendaftar pada tautan pendaftaran.


KELAS LITERASI
Pendaftaran disini. 

Kontak :
WA. 0815-4683-3404
Email. mataharipagimail@gmail.com

Media sosial :
FP. @mataharipagi.online
IG. @mataharipagi.online

MENULIS ESAI

Oktober 28, 2018


Apakah itu esai? Esai dapat kita definisikan sebagai tulisan singkat yang berisi pendapat/argumen mengenai suatu persoalan/permasalahan. Sesingkat apa tulisan tersebut? Esai bisanya terdiri dari 500 sampai dengan 1500 kata. Meskipun berupa tulisan ringkas, esai tetap harus bisa menyampaikan gagasan penulisnya secara runtut, logis dan menarik.

Mengorganisasikan gagasan menjadi hal penting dalam menulis esai karena kita harus menyelaraskan gagasan kita secara logis sehingga memudahkan pembaca mengikuti aluran pikiran kita. Untuk itu, esai ditulis dengan struktur : pendahuluan, isi dan penutup.

Pendahuluan memuat gagasan utama esai dan menyatakan tujuan penulisan. Gagasan yang ditulis dalam paragraf pendahuluan memberikan gambaran umum tentang gagasan atau argumen yang akan ditulis pada bagian isi esai. Unsur yang paling penting dalam paragraf pendahuluan adalah kalimat tesis (thesis statement) atau sering juga disebut kalimat topik dan beberapa kalimat lain yang menguraikan kalimat tesis ini.  Kalimat tesis merupakan gagasan utama esai yang dinyatakan secara jelas (tidak ambigu) dan eksplisit. Kalimat tesis ini berfungsi sebagai pengontrol gagasan yang hendak disampaikan dalam isi esai. Kalimat tesis dan kalimat-kalimat lain yang menyertainya ini secara kolektif disebut sebagai “pendahuluan” esai.

Bagian isi esai merupakan penjabaran dari gagasan utama yang dinyatakan dalam kalimat tesis. Penjabaran gagasan utama ini diwujudkan dalam beberapa paragraf. Umumnya isi esai terdiri atas beberapa gagasan utama (minimal dua). Setiap gagasan utama ditulis dan dijabarkan dalam satu paragraf.  Setiap paragraf isi mendiskusikan gagasan-gagasan yang lebih spesifik dan lebih detil agar argumen menjadi lebih meyakinkan. Gagasan-gagasan yang lebih spesifik ini merupakan kalimat-kalimat pendukung yang berfungsi sebagai penjelasan yang logis atas argumen yang disampaikan penulis. Oleh karena itu, argumen dalam paragraf-paragraf isi ini harus diorganisasi atau dikelola dengan cermat. Penulis esai harus memastikan bahwa setiap kalimat penjelas yang ditulis memiliki relevansi yang erat dengan gagasan. Selain itu, perpindahan antara satu paragraf isi dengan paragraf isi lainnya harus pula dirancang dengan seksama. Pengaturan paragraf-paragraf isi ini dapat disusun berdasarkan urutan kronologis, logis, atau kepentingan.

Penutup esai diwujudkan dalam satu paragraf simpulan yang dimaksudkan untuk mengakhiri pembahasan topik esai. Paragraf ini biasanya berisi rangkuman dari pokok pikiran yang telah disampaikan penulis. Paragraf penutup juga bisa berupa penegasan atas argumen yang telah dijabarkan di bagian isi dengan maksud agar pembaca mengetahui secara persis posisi penulis atas suatu masalah. Menutup esai dengan paragraf yang efektif akan memberikan kesan ketuntasan (sense of closure) bagi pembaca sehingga apa yang telah disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.

Yang harus diperhatikan juga dalam menulis esai adalah paragraf. Walaupun tidak ada aturan baku mengenai panjang sebuah paragraf, Patokan yang biasa digunakan mensyaratkan bahwa paragraf esai tidak lebih dari sepuluh kalimat dan tidak kurang dari dua kalimat. Panjang paragraf ini bervariasi antara satu esai dengan esai lainnya, tergantung pada jenis esai yang kita tulis. Misalnya, panjang paragraf esai bisnis (niaga) umumnya terdiri atas 4-5 kalimat sementara esai akademik memiliki rata-rata 8-10 kalimat. Esai akademik cenderung lebih panjang karena penulis harus menyatakan pendapat, mendukung pendapat itu dengan data riset, dan menyampaikan kesimpulan. Esai yang demikian memerlukan lebih banyak hal yang harus ditulis.

Oleh karena esai berisi argumen penulisnya, maka sebenarnya ada 2 (dua) teknik yang dapat digunakan untuk mengembangkan tulisan tersebut. Pertama, teknik induktif. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengemukakan terlebih dahulu bukti-bukti dan kemudian diambil kesimpulannya. Bukti-bukti tersebut dapat berupa contoh-contoh, fakta-fakta, pengalaman, laporan-laporan, data statistik dan lainnya. Hal yang harus diperhatikan dalam mengajukan bukti-bukti tersebut, yaitu : bukti-bukti harus sesuai dengan topik esai sehingga kesimpulannya tidak menyimpang dan bukti-bukti tersebut harus cukup banyak sehingga dapat mendukung kesimpulan.

Kedua, teknik deduktif. Teknik ini dimulai dengan mengajukan kesimpulan terlebih dahulu dan baru kemudian disusul oleh bukti-buktinya. Sistem penalaran deduktif disebut juga silogisme. Bentuk ini terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu : permis mayor, premis minor dan kesimpulan. Permis mayor berupa pernyataan umum dan mengandung kebenaran yang dapat diterima oleh umum. Premis minor merupakan proposisi yang mengidentifikasikan fenomena khusus dan merupakan bagian dari golongan premis mayor. Kemudian kesimpulan, pada silogisme merupakan perluasan logis (logical extention) dari ide yang ada dalam premis, sehingga kesimpulan tersebut dapat dianggap sahih (valid).

Terakhir, meninjau atau menulis ulang esai. Hal ini sangat diperlukan ketika kita telah berhasil menyelesaikan tulisan kita. Ada baiknya kita kesampingkan esai kita selama beberapa jam dan kita baca ulang kemudian. Penting sekali untuk membaca secara teliti setiap paragraf untuk memastikan gagasan kita masuk akal dan bahwa kita telah menyampaikannya secara jelas dan logis. Juga penting kita pastikan bahwa gagasan yang kita tulis tidak bergeser dari pokok utama persoalan yang ingin kita sampaikan. Masing-masing paragraf harus relevan dengan tesis. Jika kita temukan gagasan yang kurang atau tidak relevan dengan tesis, menghapus atau menulis ulang gagasan itu mungkin akan bermanfaat.

Ayo kirim esai kamu untuk dimuat di mataharipagi.online melalui email yang ada pada kontak dibawah. Dapatkan pembahasan intensif dengan cara mendaftar pada tautan pendaftaran.


KELAS LITERASI

Pendaftaran disini

Kontak :
WA. 0815-4683-3404
Email. mataharipagimail@gmail.com

Media sosial :
FP. @mataharipagi.online
IG. @mataharipagi.online

Senin, 22 Oktober 2018

MENULIS TANPA KATA

Oktober 22, 2018

 “Seeing comes before words. The child looks and recognizes before it can speak” (Berger, 1972).

IMAJINASI YANG HIDUP.


‘Petualangan Anna’ adalah buku anak dalam arti yang sebenarnya. Bagaimana tidak, selama ini buku anak kerap diartikan sebagai buku ditulis oleh orang dewasa yang ditujukan untuk pembaca anak-anak. Buku ini berbeda, karena ‘penulis’-nya masih anak-anak.

Daniah, sebagai penulisnya, berhasil menyelesaikan buku ini menjelang ulang tahunnya yang ke-6 pada tanggal 11 Desember nanti. Bagaimana bisa seorang anak usia 6 tahun yang belum mengenal satu huruf-pun bisa menerbitkan buku? Buku ‘Petualangan Anna’ bisa dipesan disini

Proses ini bermula dari suatu acara diskusi pada tanggal 6 Mei 2018 di Bandung. Kami mendapatkan inspirasi dari bedah buku ‘Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas’ karya Sofie Dewayani. Namun, bukan kelas sebagai ruang yang akan kami hidupkan. Melainkan, keluarga.

KETERAMPILAN MASA DEPAN.


Sejatinya seorang anak dianugerahi kreatif mindset. Hal tersebut menyebabkan keingintahuan mereka sangat tinggi. Tidak heran jika kita sering dibuat kewalahan dengan pertanyaan-pertanyaan mereka. Belum lagi ketertarikan untuk mengeksplorasi hal-hal baru yang ditemuinya.

Fase tersebut merupakan fase krusial bagi anak-anak. Eksplorasi yang mereka lakukan akan menjadi pengalaman yang terpatri dalam benak mereka. Nantinya akan terbentuk pengetahuan latar (background knowledge) yang akan berguna bagi perkembangan intelektualitasnya kelak.

Pada fase tersebut seharusnya orangtua fokus untuk membentuk dasar-dasar keterampilan pemecahan masalah, kreatifitas, dan kolaborasi. Setidaknya 3 (tiga) keterampilan tersebut menempati posisi teratas dalam 10 keterampilan yang  dibutuhkan pada tahun 2020. Setidaknya itu yang dirilis oleh The Future Jobs Report dalam World Economic Forum.

LITERASI VISUAL.


Bagi seorang anak, berekspresi dengan bahasa visual sangat membantu dalam mengembangkan kemampuan intelektualnya, sebelum anak tersebut menguasai bahasa tulis.

Visual memiliki fungsi yang cukup penting dalam perkembangan proses berpikir. Hal tersebut terlihat dalam tahapan perkembangan kognitif dan pembelajaran menurut Bruner. Pertama, enactive sebagai aktivitas memahami sekitar/pengalaman langsung. Kedua, iconic merupakan penggunaan objek dan visualisasi untuk membantu proses berpikir/memahami. Ketiga, simbolic sebagai kemampuan menghasilkan ide-ide/gagasan abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuan bahasa dan logika (Nurannisaa, 2017).

Fungsi visual secara lebih kongkrit, yaitu : (1) Mengklasifikasi pengetahuan; (2) Mengklarifikasi informasi; (3) Mengintegrasikan pengetahuan baru; (4) Mengasah berpikir kritis (Nurannisaa, 2017). Mengingat vitalnya fungsi visual, maka dalam Konferensi Unesco tahun 2013 merumuskan literasi visual sebagai bagian dari literasi informasi (Dewayani, 2017). Literasi visual itu sendiri adalah kemampuan memahami, menganalisis, dan menggunakan bahasa visual dalam menyampaikan gagasan.
Dalam pemaparannya, Sofie Dewayani (2017) menggambarkan seorang guru PAUD ketika memberikan tugas menggambar dengan memanfaatkan funds of knowledge murid-muridnya dalam pembelajaran. Funds of knowledge merupakan pengetahuan yang didapatkan anak dari pengalaman keseharian mereka di rumah dan di lingkungan sosial mereka. Pengetahuan tersebut dipadukan oleh Bu Sri, guru tersebut, dengan scaffolding. Scaffolding adalah metode pengajaran yang mengajak anak mencoba sesuatu untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya. Bu Sri berhasil menghadirkan proses belajar yang menyenangkan dan bermakna bagi murid-muridnya. Sehingga, murid-muridnya dapat berkonsentrasi, fokus, berekspresi, dan berkomunikasi dengan bahasa visual. Yang lebih mengharukan, murid-muridnya adalah anak-anak jalanan.

BEKERJA UNTUK KEABADIAN.


Menulis adalah proses yang menuntut pemikiran kita untuk terus berkembang. Karena menulis merupakan kerja untuk keabadian, maka jadikanlah kegiatan tersebut sebagai medium untuk mengaktualisasikan diri kita. Bukan hanya untuk eksis (sekadar ‘ada’), karena tak jarang yang terjebak dengan plagiasi dan hoaks. Sedangkan untuk menjadi aktual (benar-benar ‘ada’) harus memenuhi syarat relevan dan kontekstual.



Tim Kreatif The Daniah Way.
Web. www.mataharipagi.online
FP. @mataharipagi.online
IG. @mataharipagi.online
WA. 0815-4683-3404
Email. mataharipagimail@gmail.com
"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"