Rabu, 27 Maret 2019

KAMUKAH ITU AI : SEBUAH ROMANTIKA YANG MEMBAYANG



You've gotta help me, I'm losing my mind
Keep getting the feeling you want to leave this all behind
Thought we were going strong
I thought we were holding on
Aren't we?

(History, One Direction).

Novel “Kamukah Itu Ai” terbitan Matsnupea Publishing adalah novel pertama Bunda Yulismar (demikian penulis memanggilnya). Namun, setiap kali saya membaca sebuah karya, saya selalu memberi jarak dengan penulisnya. Sehingga, saya tidak akan menceritakan siapa  beliau. Yang jelas, Bunda Yulismar merupakan merupakan pegiat literasi yang gigih.

Langsung kita bahas karya beliau. Berikut sinopsis novel “Kamukah Itu Ai” yang diambil dari blurb bukunya:

“Aku seorang guru yang berdedikasi dan mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap tugasnya. Baginya menjadi guru adalah suatu anugerah yang harus disyukuri. Rasa syukur itu dia wujudkan dengan mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik dan melayani semua stakeholder sekolahnya dengan ramah. Makanya tak heran Aku menjadi guru yang disayangi oleh para siswa, terutama bagi siswa yang bernama Kesha.

Namun, tidak begitu dengan kehidupan pribadinya. Pengalaman pahit berumah tangga selama lima belas tahun membuat dia lebih selektif memilih mereka yang ingin berteman dengannya. Suatu hari Aku bertemu dengan mantan pacarnya. Pertemuan itu menumbuhkan kembali bibit cinta di antara keduanya.

Tapi hubungan itu tidak semulus seperti yang diharapkan. Ai berjanji akan kembali apabila masalah rumah tangganya sudah selesai. Laki-laki yang telah merebut hatinya untuk pertama kali itu pun meminta Aku menunggunya dengan setia. Dalam penantian yang tak berujung itu, hadir sosok Fahri yang mengundang simpatinya. Ketika hatinya akan dijatuhkan pada Fahri, tiba-tiba Ai yang ternyata papa Kesha meninggal dunia. Ketika itu pula Fahri mengetahui bahwa sahabatanya Ai adalah mantan pacar dari orang yang akan dinikahinya. Sejak saat itu Fahri mulai berubah. Sikapnya yang semula manis berubah menjadi kasar dan arogan.

Apakah Aku akan tetap melabuhkan hatinya pada Fahri atau akan hadirkah laki-laki laindalam kehidupan Aku? Lalu kepada siapakah Aku akan menambatkan hatinya?”

Dalam mendefinisikan karyanya, blurb tersebut sepertinya kurang kokoh. ia terombang-ambing menempatkan sosok sentral cerita diantara “Aku” atau “dia”.  Yang paling mengganggu ada pada kalimat: “Suatu hari Aku bertemu dengan mantan pacarnya semasa SMA.” dan “Lalu kepada siapakah Aku akan menambatkan hatinya?”. Selain itu, blurb ini terlalu “gamblang” mengumbar alur cerita. Sebagai pembaca, kita tentu tidak akan sulit untuk menebak bagaimana isinya.

Lalu, bagaimanakah isinya? Pada dasarnya cerita ini memiliki modal yang cukup kuat. Apalagi asal mula cerita ini dari cerpen yang diposting Bunda Yulismar pada akun medsosnya. Dengan mendapatkan respon luar biasa, itu menunjukan bahwa cerita ini memiliki modal yang cukup baik. Namun sayang, sepertinya, keluasan imajinasi Bunda Yulismar tidak begitu terelaborasi dengan cukup di novel ini.

Pertama, sosok Kesha dengan permasalahannya seharusnya bisa menjadi sub alur yang memperkuat alur utama. Kedua, perubahan sikap Fahri setelah mengetahui sosok “Aku” adalah mantan pacarnya Ai tidak memiliki latar yang kuat. Seperti pada point pertama, seharusnya ini juga bisa menjadi sub alur yang mempererat alur utama. Misalnya, ada “sesuatu” antara Fahri dengan Ai dimasa lalu. Dengan demikian, kecemburuan Fahri bisa menemukan alasan yang kuat, apalagi sampai mengubah sikap kepada perempuan yang akan dinikahinya. Ketiga, sosok Pak Prof bisa dihadirkan “membayangi” dari awal cerita hingga menjadi pelabuhan terakhir tokoh “Aku”. Hal ini untuk menghilangkan kesan ‘sim salabim’, serta memperkuat pesan jika sebenarnya orang yang tepat itu kadang ada didekat kita. Namun, sering kali luput dari perhatian kita.

Sebagai penutup, romantika di novel ini membayang, kurang utuh membentuk ujudnya. Seharusnya masih bisa membayang, seperti rama-rama dipagi cerah yang terbang dan hinggap dari satu kuntum ke bunga lain.

Aris Munandar - Matahari Pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"