You've gotta help me, I'm losing my mind
Keep getting the feeling you want to
leave this all behind
Thought we were going strong
I thought we were holding on
Aren't we?
(History, One Direction).
Novel “Kamukah Itu Ai” terbitan Matsnupea Publishing
adalah novel pertama Bunda Yulismar (demikian penulis memanggilnya). Namun,
setiap kali saya membaca sebuah karya, saya selalu memberi jarak dengan
penulisnya. Sehingga, saya tidak akan menceritakan siapa beliau. Yang jelas, Bunda Yulismar merupakan
merupakan pegiat literasi yang gigih.
Langsung kita bahas karya beliau. Berikut sinopsis
novel “Kamukah Itu Ai” yang diambil dari blurb
bukunya:
“Aku seorang guru yang berdedikasi dan mempunyai
loyalitas yang tinggi terhadap tugasnya. Baginya menjadi guru adalah suatu
anugerah yang harus disyukuri. Rasa syukur itu dia wujudkan dengan mengerjakan
tugas-tugasnya dengan baik dan melayani semua stakeholder sekolahnya dengan
ramah. Makanya tak heran Aku menjadi guru yang disayangi oleh para siswa,
terutama bagi siswa yang bernama Kesha.
Namun, tidak begitu dengan kehidupan pribadinya. Pengalaman
pahit berumah tangga selama lima belas tahun membuat dia lebih selektif memilih
mereka yang ingin berteman dengannya. Suatu hari Aku bertemu dengan mantan
pacarnya. Pertemuan itu menumbuhkan kembali bibit cinta di antara keduanya.
Tapi hubungan itu tidak semulus seperti yang
diharapkan. Ai berjanji akan kembali apabila masalah rumah tangganya sudah
selesai. Laki-laki yang telah merebut hatinya untuk pertama kali itu pun
meminta Aku menunggunya dengan setia. Dalam penantian yang tak berujung itu,
hadir sosok Fahri yang mengundang simpatinya. Ketika hatinya akan dijatuhkan
pada Fahri, tiba-tiba Ai yang ternyata papa Kesha meninggal dunia. Ketika itu
pula Fahri mengetahui bahwa sahabatanya Ai adalah mantan pacar dari orang yang
akan dinikahinya. Sejak saat itu Fahri mulai berubah. Sikapnya yang semula
manis berubah menjadi kasar dan arogan.
Apakah Aku akan tetap melabuhkan hatinya pada Fahri
atau akan hadirkah laki-laki laindalam kehidupan Aku? Lalu kepada siapakah Aku
akan menambatkan hatinya?”
Dalam mendefinisikan karyanya, blurb tersebut sepertinya kurang kokoh. ia terombang-ambing menempatkan
sosok sentral cerita diantara “Aku” atau “dia”. Yang paling mengganggu ada pada kalimat: “Suatu
hari Aku bertemu dengan mantan pacarnya semasa SMA.” dan “Lalu kepada siapakah
Aku akan menambatkan hatinya?”. Selain itu, blurb
ini terlalu “gamblang” mengumbar alur cerita. Sebagai pembaca, kita tentu tidak
akan sulit untuk menebak bagaimana isinya.
Lalu, bagaimanakah isinya? Pada dasarnya cerita ini
memiliki modal yang cukup kuat. Apalagi asal mula cerita ini dari cerpen yang
diposting Bunda Yulismar pada akun medsosnya. Dengan mendapatkan respon luar
biasa, itu menunjukan bahwa cerita ini memiliki modal yang cukup baik. Namun sayang,
sepertinya, keluasan imajinasi Bunda Yulismar tidak begitu terelaborasi dengan
cukup di novel ini.
Pertama, sosok Kesha dengan permasalahannya seharusnya
bisa menjadi sub alur yang memperkuat alur utama. Kedua, perubahan sikap Fahri
setelah mengetahui sosok “Aku” adalah mantan pacarnya Ai tidak memiliki latar
yang kuat. Seperti pada point pertama, seharusnya ini juga bisa menjadi sub
alur yang mempererat alur utama. Misalnya, ada “sesuatu” antara Fahri dengan Ai
dimasa lalu. Dengan demikian, kecemburuan Fahri bisa menemukan alasan yang
kuat, apalagi sampai mengubah sikap kepada perempuan yang akan dinikahinya. Ketiga,
sosok Pak Prof bisa dihadirkan “membayangi” dari awal cerita hingga menjadi
pelabuhan terakhir tokoh “Aku”. Hal ini untuk menghilangkan kesan ‘sim salabim’,
serta memperkuat pesan jika sebenarnya orang yang tepat itu kadang ada didekat
kita. Namun, sering kali luput dari perhatian kita.
Sebagai penutup, romantika di novel ini membayang,
kurang utuh membentuk ujudnya. Seharusnya masih bisa membayang, seperti
rama-rama dipagi cerah yang terbang dan hinggap dari satu kuntum ke bunga lain.
Aris Munandar - Matahari Pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar