Tantangan Anak Zaman.
Hadiah terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan” – Carol
Dweck, The New Psichology of Success.
Tantangan seperti apa
yang dihadiahkan oleh orangtua untuk dihadapi oleh anak-anaknya (selanjutnya
disebut remaja) dewasa ini? Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengelompokan,
setidaknya ada, 6 tantangan yang dihadapi remaja saat ini, yaitu : (1)
harmonisasi pengembangan potensi remaja yang belum optimal, baik itu
pengembangan potensi olah hati (etik), olah pikir (literasi) maupun olah raga
(kinestetik); (2) besarnya populasi remaja yang tersebar diseluruh Indonesia;
(3) belum optimalnya sinergi tanggungjawab antara sekolah, orangtua dan
masyarakat; (4) tantangan globalisasi berupa pengaruh negatif teknologi
informasi dan komunikasi terhadap gaya hidup remaja, serta pudarnya nilai-nilai
religiusitas dan kearifan lokal bangsa; (5) terbatasnya pendampingan orangtua
yang mengakibatkan krisis identitas dan disorientasi tujuan hidup anak; (6)
keterbatasan sarana belajar dan infrastruktur.
Remaja sebagai fase
ambiguitas, apabila tidak dibekali / dipersiapkan untuk menghadapi
tantangan-tantangan tersebut diatas maka akan mengalami kebingungan-kebingungan
yang akan berlanjut kepada ketidak stabilan emosi. Ketidakstabilan emosi dan
stimulasi-stimulasi sosial negatif lainnya, seperti: social disorganization
(berkurangnya pranata-pranata masyarakat), strain (tekanan besar dalam
masyarakat), differential association (salah pergaulan), labelling, dan male
phenomenon.
Untuk itu, remaja
perlu dibekali kecerdasan sebagai bekal utamanya sehingga akan memunculkan
eksplorasi personal, kemandirian, self control.
Kecerdasan Majemuk.
Namun sebelum lebih
lanjut berbicara kecerdasan, ada baiknya kita menyimak apa yang dijelaskan oleh
Prof. Dr. Nasution, M.A mengenai kemampuan belajar seseorang yang terdiri dari
3 aspek, yaitu : aspek afektif (berkaitan dengan nilai dan sikap), aspek
psikomotorik (berkaitan dengan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental) dan
aspek kognitif (berkaitan dengan kegiatan berpikir).
Hal tersebut penting
diketahui karena pendidikan kita 99% berisi hafalan, artinya remaja mendapat
tekanan beban kognitif. Menurut MacLean, LeDoux dan Goleman, ketika otak
menerima ancaman atau tekanan maka kapasitas otak untuk berpikir rasional mengecil
atau dikenak dengan istilah downshifting. Apabila hal ini terus-menerus terjadi
maka akan mengakibatkan cognitive shutdown, yaitu berhentinya proses belajar di
otak.
Betolak belakang
dengan yang demikian, hakikat seorang remaja dapat memiliki beberapa kecerdasan
sekaligus. Kecerdasan tersebut sederajat meskipun dengan kriteria yang berbeda.
Kercerdasan itu dinamis. Setiap kecerdasan memiliki banyak indikator. Indikator
dari kecerdasan yang berbeda saling bekerjasama hampir disetiap aktifitas
(Armstrong, 2004).
Kecerdasan yang
dimaksud adalah kecerdasan majemuk, yang terdiri dari 8 kecerdasan, yaitu : (1)
kecerdasan kinestetik, mereka mempunyai kecerdasan gerakan tubuh di atas
rata-rata senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan,
keseimbangan, ketangkasan dan keanggunan dalam bergerak, dan mengeksplorasi
dunia dengan otot-ototnya. Komponen inti: Kepekaan kontrol gerak motorik dan
keseimbangan. Kemampuan : kontrol gerak tubuh, kemahiran mengola objek, respon,
dan reflek; (2) kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk bisa memahami
dan berkomunikasi dengan orang lain, serta mampu membentuk dan menjaga
hubungan, dan mengetahui berbagai peran yang terdapat dalam suatu lingkungan
sosial. Komponen inti: kepekaan mencerna dan merespon secara tepat suasana
hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain. Kemampuan: bergaul,
memimpin, kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerja sama, dan mempunyai
empati yang tinggi; (3) kecerdasan verbal/linguistik adalah kemampuan menggunakan
kata secara efektif. Pandai berbicara, gemar bercerita dan dengan tekun
mendengarkan cerita atau membaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan
linguistik yang menonjol. Komponen inti: kepekaan pada bunyi, struktur, makna,
fungsi kata dan bahasa. Kemampuan: membaca, menulis, berdiskusi,
berargumentasi, berdebat; (4) kecerdasan logis-matematis, remaja dengan
kecerdasan ini adalah remaja yang selalu yakin bahwa semua pertanyaaan memiliki
suatu penjelasan rasional yang masuk akal sehingga sering lebih merasa nyaman
berhadapan dengan sesuatu yang dapat dikategorisasi, diukur, dianalisa dan
ditilik kuantitasnya dalam berbagai cara. Komponen inti: kepekaan pada memahami
pola-pola logis atau numeris, dan mengolah alur pemikiran yang panjang. Kemampuan:
berhitung, menalar dan berfikir logis, memecahkan masalah; (5) kecerdasan
naturalis, remaja dengan kecerdasan naturalis yang tinggi pada usia sangat dini
telah memiliki daya tarik yang besar terhadap lingkungan alam sekitar termasuk
pada binatang. Di usia yang lebih besar, remaja tersebut sangat berminat pada
biologi, botani, ilmu hewan, geologi, meteorologi, palentologi atau astronomi. Komponen
inti: kepekaan meneliti, mengklasifikasi, identifikasi gejala-gejala alam. Kemampuan:
kepekaan meneliti, mengklasifikasi, identifikasi gejala-gejala alam; (6)
kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan seseorang untuk memahami diri
sendiri, mengetahui siapa dirinya, apa yang dapat dilakukan, apa yang ingin ia
lakukan, bagaimana reaksi diri terhadap suatu situasi dan memahami situasi
seperti apa yang sebaiknya ia hindari serta mengarahkan dan mengintrospeksi
diri. Komponen inti: kepekaan memahami perasaan sendiri dan membedakan emosi. Kemampuan:
mengenali diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri,
penyendiri, sensitif terhadap nilai diri dan tujuan hidup; (7) kecerdasan visual
spasial, mereka ini tampaknya mengetahui letak semua barang di dalam rumah.
Mereka berfikir dalam bentuk visualisasi dan gambar. Merekalah yang paling
pertama dapat menemukan barang-barang hilang atau salah taruh. Mereka akan peka
terhadap perubahan interior rumah dengan memberikan reaksi suka atau tidak
suka. Banyak diantara mereka mengagumi aneka mesin dan peralatan aneh. Komponen
inti: kepekaan memahami perasaan sendiri dan membedakan emosi. Kemampuan: mengenali
diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri,
sensitif terhadap nilai diri dan tujuan hidup; (8) kecerdasan musikal, remaja
dengan kecerdasan musikal mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga
dapat mentrans formasi kata-kata menjadi lagu dan menciptakan berbagai
permainan musik. Merekapun pintar melantunkan bait lagu dengan baik dan benar,
menggunakan kosa kata musikal, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau
warna suara dalam sebuah potongan komposisi musik.
Kecerdasan majemuk
merupakan teori kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Lebih lanjut
dia menjelaskan bahwa kemampuan intelektual manusia itu tentunya memiliki
seperangkat keterampilan yang dipakai untuk memecahkan masalah – yang
memungkinkan individu untuk memcahkan aneka masalah atau kesulitan dasar yang
dia hadapi dan apabila pemecahan masalah tepat, dan bisa mendatangkan hasil
yang efektif – tentunya akan membawa potensi untuk menemukan atau menciptakan
berbagai masalah – disitulah terletak dasar bagi perolehan pengetahuan baru.
Self Control.
Sehingga kapasitas untuk
berubah dan beradaptasi dengan diri sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih
baik secara optimal antara diri dan dunia, yang disebut sebagai self control (Rothbaum,
2004). Self control terdiri dari aspek-aspek, yaitu : behavior control
(pengendalian perilaku), cognitive control (pengendalian kegiatan otak), dan decisional
control (pengendalian keputusan).
Behavior control
(pengendalian perilaku) adalah suatu tindakan langsung terhadap lingkungan,
terdiri dari : komponen mengatur pelaksanaan (regulated administration) adalah
kemampuan individu untuk menentukan siapa yang akan mengendalikan situasi atau
keadaan dirinya atau sesuatu diluar dirinya, dan komponen memodifikasi stimulus
(stimulus modifiability) adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan
stimulus yang tidak dikehendaki datang.
Cognitive control
(pengendalian kegiatan otak) adalah kemampuan individu untuk mengolah informasi
yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasikan, menilai, atau
menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi
psikologi untuk mengurangi tekanan. Cognitive control (pengendalian kegiatan
otak) terdiri dari komponen memperoleh informasi (information gain) dan
melakukan penilaian (apraisal). Informasi yang dimiliki individu atas suatu
kejadian yang tidak menyenangkan dapat diantisipasi dengan berbagai
pertimbangan, serta individu akan melakaukan penilaian dan berusaha untuk
menafsirkannya melalui segi-segi positif secara subjektif.
Decisional control
(pengendalian keputusan) adalah kemampuan untuk memilih hasil yang diyakini
individu dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu
kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih
kemungkinan tindakan. Terdiri dari komponen mengantisipasi peristiwa dan
komponen menafsirkan peristiwa, dimana individu dapat menahan dirinya.
Tingkat self control ditentukan oleh kemahiran
mengkombinasikan ketiga aspek self control tersebut.
Matahari Pagi sebagai Institusi Konseling
Matahari Pagi sebagai
institusi konseling dalam arti sebagai pendukung utama bagi remaja dalam
mendefinisikan dan mengaktualisasikan konsep diri. Masa remaja merupakan masa
awal bagi seseorang dalam menapaki kdewasaan, spertihalnya hari diwaktu pagi.
Pagi merupakan waktu kita selalu mengawali aktifitas. Keluarga merupakan tempat
awal aktifitas itu berpusat. Tempat dimana kita saling berbagi dan menguatkan
satu sama lain, sebagai bekal kita mengarungi hari. Sebagai suatu energi
penggerak mewujudkan mimpi. Suatu sumber kehangatan. Matahari pagi.
Matahari Pagi adalah
simbol harapan, simbol perubahan, simbol transformasi. Harapan akan
kegemilangan Indonesia. Matahari Pagi digagas dalam rangka menyonsong Indonesia
Emas 2045, Indonesia yang mengujudkan meritokrasi dan keadilan sosial. Untuk
itu, Matahari Pagi merupakan gerakan perubahan untuk mampu menghasilkan
agen-agen perubahan dan merayakan persamaan kesempatan dengan karya.
Matahari Pagi adalah
sebuah keluarga yang senantiasa bertransformasi. Proses transformasi tersebut
kami beri nama TDW : grow up together program atau disingkat TDW program. TDW
program merupakan suatu program rekayasa kecerdasan bagi individu maupun
organisasi.
Karena kecerdasan
merupakan komponen utama yang diperlukan oleh umat manusia untuk beradaptasi
dalam menghadapi tantangan zaman, maka Matahari Pagi sebagai garda terdepan
dalam mengkampanyekan pentingnya melakukan transformasi bagi individu dan
organisasi. Dalam menghadapi era internet of things, perubahan itu memusnahkan,
sehingga transformasi (baik individu maupun organisasi) adalah syarat mutlak
agar kita bisa beradaptasi dan menjaga eksistensi. Matahari Pagi
mengkampanyekan transformasi dengan melakukan ajakan untuk melihat, bergerak
dan menyelesaikan permasalahan, kesemuanya merupakan satu proses berkarya.
TDW : Grow up together.
TDW : Grow up together
yang digagas Matahari Pagi merupakan suatu program rekayasa kecerdasan supaya
kecerdasan dapat memandu teknologi agar manusia dapat lebih adaptif dalam
menghadapi tantangan zaman. Lebih menarik lagi, TDW
bukan hanya program untuk merekayasa kecerdasan individu manusia (individual
transformatif/INTIF), melainkan juga dapat merekayasa kecerdasan yang dimiliki
oleh suatu institusi (baik itu komunitas/msayarakat, korporat, maupun
organisasi – organisasional transformatif/ONTIF).
TDW dalam aktifitasnya menjadikan literasi sebagai
penghantar. Literasi, kemampuan untuk membaca, menulis dan memcahkan masalah
dengan memahami dan menafsirkan informasi dan menerapkan berbagai teknik
berpikir kompleks, kritis dan kreatif.
Dapatkan artikel ini dalam format ebook disini.
Aris
Munandar. Penulis, founder dan kontributor utama Matahari
Pagi.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar