CATATAN KECIL ATAS PUISI-PUISI CINTA KELAS MATAHARI
PAGI
SERI INDIVIDUAL TRANSFORMATIF
ARIS MUNANDAR
Puisi-Puisi Cinta.
Menarik
untuk mencermati puisi-puisi karya para siswa Kelas Matahari Pagi. Satu hal
yang saya apresiasi adalah keberanian untuk mengungkapkan apa yang menjadi
keresahannya. Namun seperti yang dikatakan oleh Jim Collins, “Good enough is not enough. It would be better or even be great”.
Dalam rangka itulah catatan kecil ini ditulis.
Secara
tema, para siswa Kelas Matahari Pagi, menyuguhkan persoalan khas remaja, mulai
dari mengenai diri sendiri, empati, kesendirian, keluarga atau orangtua dan
yang terbesar tentu saja persoalan cinta.
Catatan
ini ingin fokus menggaris bawahi mengenai puisi-puisi yang bertemakan cinta.
Bukan saja karena secara kuantitas paling banyak, tetapi persoalan cinta adalah
fenomena yang tidak mungkin dihindari oleh para remaja, pada konteks ini siswa
Kelas Matahari Pagi. Saya ingin menunjukan bahwa persoalan cinta tidak hanya
bisa dimaknai dengan pendekatan kegalauan yang menyesatkan para pencari jati
diri ini (baca: remaja). Kegalauan seseorang dengan jelas dapat tergambar dalam
puisinya, hal itu ditunjukan dengan ciri-ciri : tidak reflektif, tidak ada
standar nilai yang jelas, tidak ajeg dalam sikap antara satu bait dengan bait
lainnya, paradoks, ambigu, diksi kurang kreatif dan metafora tidak tajam.
Hal
tersebut, secara teknis, disebabkan kurang pengalaman dalam membaca. Perlu
diingatkan kembali bahwa menulis sebagai keterampilan berbahasa tidak bisa
berdiri sendiri. Untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis, perlu dukungan
mutlak dari keterampilan berbahasa lainnya. Karena semua keterampilan tersebut
merupakan satu kesatuan dan saling memperngaruhi.
Berikut
penjelasan singkat mengenai hubungan keterampilan menulis dengan keterampilan
berbahasa lainnya.
Menulis
dengan berbicara.
Keduanya
merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif, yaitu sebagai
penyampai atau pengirim pesan kepada pihak lain dan harus mengambil keputusan
berkaitan dengan topik, tujuan, jenis informasi yang akan disampaikan, serta
cara penyampaian sesuai dengan kondisi sasaran atau penerima pesan dan corak
teksnya (eksposisi, deskripsi, narasi, argumentasi, dan pesuasi). Kalaupun ada
perbedaan, hal itu lebih disebabkan karena perbedaan kecaraan dan medianya.
Menulis
dengan menyimak.
Hubungan
antara menulis dengan menyimak dapat dilihat pada kontribusi atau dukungan yang
diberikan oleh keterampilan menyimak terhadap keterampilan menulis.
Menulis
dengan membaca.
Menulis
dan membaca adalah kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang disampaikan penulis dan
diterima oleh pembaca dijembatani melalui lambang bahasa yang dituliskan.
Baca-tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan
pembaca sebagai penulis (Goodman, 1987; Tierney, 1983).
Agar
dapat terus berkembang dan menggali pengalaman, saya sarankan kepada para siswa
Kelas Matahari Pagi untuk sering membaca karya-karya penyair besar dan
membedahnya untuk menambah pengalaman dan wawasan.
Dari
persoalan non teknis, sekedar mengingatkan, bahwa puisi sebagai bagian dari
karya sastra bertujuan untuk memperhalus dan mempertajam rasa. Sehingga puisi
yang baik sebagai hasil dari proses berpikir. Cinta, sebagai tema dalam bahasan
ini, harus didekati dengan kegelisahan oleh si penulis. Sehingga si penulis
terangsang untuk memikirkan kembali, mempertanyakan kembali, bersikap kritis
mengenai hal ihwal cinta yang dirasakannya.
Dengan
pendekatan kegaulaun, cinta hanyalah membawa kita pada kedangkalan dan sensasi
sekilas saja. Sebaliknya, dengan pendekatan kritis, kita akan dapat merekam dan
mendokumentasikan cinta yang sering dianggap sebagai suatu keajaiban. Lebih
jauhnya, jika kita kritis terhadap cinta maka akan memperkuat konsep diri kita
sebagai manusia yang ajeg, tangguh.
Apakah
mungkin pengalaman jatuh/patah cinta dapat membawa seseorang dalam kesadaran
jati dirinya?. Bagaimana dengan Kaisar Shah Jahan membangun Taj Mahal untuk
dipersembahkan kepada isterinya, Mumtaz Mahal. Atau Petrach yang menemukan genre
baru puisi, yaitu soneta ditujukan untuk Laura, gadis yang tak pernah
dimilikinya.
Menurut
Saut Situmorang, persoalan cinta
adalah persoalan klise
dalam dunia sastra.
Beribu puisi telah tercipta
sejak manusia pintar
berkata-kata sampai zaman hyperreal saat
ini yang berkisah
tentang indahnya cinta
dan malangnya mereka yang dikecewakan
hatinya. Namun demikian, Chairil Anwar dalam hidupnya yang singkat
berhasil memberikan pengaruh besar dalam kesusastaraan Indonesia. Hal ini dikarenakan,
seperti yang digambarkan A Teeuw : "satu hal yang dimiliki oleh
keseluruhan karya Chairil Anwar adalah intensitasnya, obsesinya yang radikal
atas hidup dalam semua bentuk dan penampakannya". Dalam hal ini, termasuk
cinta, seperti bisa dilihat pada puisi berikut :
Sia-Sia
Penghabisan
kali itu kau datang
membawa
karangan kembang
Mawar
merah dan melati putih:
darah
dan suci
Kau
tebarkan depanku
serta
pandang yang memastikan: Untukmu.
Sudah
itu kita sama termangu
Saling
bertanya: Apakah ini? Cinta?
Keduanya
tak mengerti.
Sehari
itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri.
Ah!
Hatiku yang tak mau memberi
Mampus
kau dikoyak-koyak sepi.
Chairil
Anwar menunjukan imaji baru berupa seorang pemuda yang marah dan gelisah, sebagai
interpretasi dari pengalaman hidupnya akan cinta dan sunyi yang dituliskannya
secara jujur. Saya hanya ingin menunjukan bahwa kejujuran dalam menulis puisi
tanpa disertai dengan interpretasi atau refleksi pengalaman hidup, menjadikan
puisi seakan polos.
Belum
mempunyai konsep diri sebagai standar dalam menyikapi cinta, mungkin remaja
tersebut masih polos. Namun, terlalu lama menjadi polos ketika sudah remaja
bukanlah merupakan pilihan baik. Karena tanpa keajegan dalam menyikapi
ketertarikan terhadap lawan jenis hanya menjadikan kita remaja yang galau. Dengan
adanya kejelasan sikap, walaupun kita tidak mendapatkan hasil terbaik, tapi
setidaknya tidak mendapatkan yang terburuk. Lalu, bagaimana meraih keajegan
bagi remaja yang masih dalam tahap transisi perkembangan?.
Beauty is nothing
without brain.
Kecantikan/ketampanan
tidak berarti apa-apa tanpa kecerdasan. Kecerdasan dimiliki oleh orang-orang
dengan growth mindset. Growth mind set adalah mindset untuk
berjuang menghadapi kesulitan untuk menang. Seseorang yang cerdas akan selalu
menemukan jalan keluar dari setiap tantangan yang dihadapinya. Seperti yang
dikatakan oleh Alexander Graham Bell, yaitu : "Ketika satu pintu tertutup,
pintu-pintu lain terbuka. Namun, acap kali otak kita terpaku begitu lama
menyesali pintu-pintu yang tertutup itu sehingga tidak mampu melihat
pintu-pintu yang dibukakan".
Untuk
bisa mencapai kondisi demikian (cerdas), maka terdapat 3 (tiga) syarat yang
harus dimiliki, yaitu : (1) memiliki keterampilan hidup; (2) konsep diri
sebagai self regulation atau standar
hidup; (3) terbiasa membuat keputusan atau menjadi self driving.
Salah
satu keterampilan hidup yang mendasar dan harus dimiliki pada era internet of things dewasa ini adalah
keterampilan berbahasa, sesuai konteks tulisan ini yang merupakan catatan atas
puisi-puisi karya siswa Kelas Matahari Pagi. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan menyebutkan dalam Konsep Penguatan Pendidikan Karakter bahwa
literasi dasar, dalam hal ini keterampilan berbahasa, sebagai kebutuhan pokok
menuju Generasi Indonesia Emas tahun 2045.
Definisi
literasi menurut Evelyn Williams English sebagai kemampuan memahami dan
menafsirkan informasi dan menerapkan berbagai teknik berpikir yang kompleks,
kritis dan kreatif pada saat membaca, menulis, berbicara, menyimak dan
memecahkan masalah. Deep understading
bisa diperoleh melalui kemampuan literasi, salah satunya keterampilan
berbahasa. Yang dimaksud dengan deep
understanding adalah kemampuan menangkap hubungan-hubungan yang kompleks
dalam sebuah konsep. Deep understanding
akan membentuk kemampuan berpikir kritis, logis, fleksibel dan kreatif. Fleksibilitas
berpikir dilatih dengan mempraktekan ilmu pengetahuan.
Keterampilan
hidup akan memberikan konsep diri, sebagai self
regulation atau standar hidup, yang baik bagi seseorang. Konsep diri, yang
berisi asumsi-asumsi, harus terus diperbaharui untuk tetap kompatible dengan
tantangan yang dihadapi. Cara memperbaharuinya adalah dengan bersikap terbuka
terhadap masukan dan kritik. Dengan memandang hidup sebagai suatu perubahan, selalu
tumbuh dan berkembang, maka setiap saat kita harus terus memperbaharui
asumsi-asumsi kita. Menjalani hidup dengan asumsi-asumsi yang statis sama
dengan kita mematikan pikiran kita.
Keterampilan
hidup dan konsep diri merupakan rujukan bagi kita dalam membuat keputusan.
Semakin mahir keterampilan hidup kita, semakin kokoh konsep diri kita, maka
akan semakin baik kita dalam membuat keputusan. Semakin terbiasa kita membuat
keputusan, maka keputusan yang diambil selanjutnya akan semakin matang. Tanpa
keberanian mengambil keputusan, kita hanya menjadi manusia wacana.
Tanpa
berani mengambil keputusan, sepertihalnya galau, kita akan kehilangan waktu.
Sehingga kembali saya mengajak kepada para siswa Kelas Matahari Pagi untuk
terus menerus meningkatkan level tulisan kita. Bukan saja untuk mengasah dan
mempertajam rasa, juga untuk membentuk mentalitas kita, karakter kita menjadi
mentalitas transformator, karakter transformator.
Menjadi Transformator dan Dian Sastro.
Menjadi
transformator tentu saja tidak mudah. Hal-hal yang mudah hanya menjadikan kita
biasa-biasa saja. Sedangkan untuk menjadi transformator, kita memerlukan
kegigihan, disiplin, berpikiran terbuka, selalu siap belajar dan mempunyai
tekad kuat untuk memperjuangkan masa depan.
Contoh
baik untuk menggambarkan hal tersebut ada dalam diri Dian Sastrowardoyo. Kita
semua tentu mengenal Dian Sastrowardoyo bukan? Kisah hidupnya patut kita
teladani, seperti disarikan dari Net.Z berikut :
Hidup
itu keras.
Dian
menuturkan bahwa hidup itu keras, jadi jangan manja. Apalagi jika kita berasal
dari kalangan biasa-biasa saja, sehingga pasti membutuhkan perjuangan untuk
meraih apa yang kita inginkan.
You
should read more.
Sedari
kecil Dian dibiasakan untuk membaca, bahkan bacaannya tergolong buku-buku
berat, seperti : cerita Lima Sekawan karya Enid Blyton, Catatan Pinggir-nya
Goenawan Mohamad, sampai Burung-Burung Manyar karangan YB Mangunwijaya. Dian
juga membaca Seven Habits for Highly
Effective Teens yang memberikannya panduan masalah behavior. Dian juga
selalu membuat paper dari buku yang
telah dibacanya. Hal tersebut menjadikan Dian sosok yang kritis dan cerdas.
Harus
punya ambisi.
Dian
berprinsip bahwa hidup bukan untuk sekedar hidup, tapi harus punya ambisi dan
tujuan yang dikejar dengan serius. Dian belajar membuat goal untuk 10 tahun kedepan dan action plan untuk mewujudkanya step by step.
Berkaca
kepada pengalaman hidup Dian Sastrowardoyo, maka beranilah bermimpi. Sebagai
persiapan masa depan, paling tidak, dengan menentukan dari awal dimana kita
akan kuliah? Jurusan apa yang akan kita ambil?. Dengan demikian, kita bisa
mengidentifikasi syarat dan ketentuan untuk dapat masuk ke perguruan tinggi dan
atau jurusan yang kita inginkan. Termasuk berapa biaya pendidikan dan biaya
hidupnya. Akan lebih bagus kita mempersiapkan keuangannya dari sekarang. Di era
internet of things saat ini, banyak sekali peluang untuk menghasilkan uang.
Atau, pilihan lainnya dengan menjajaki beasiswa. Biasanya, beasiswa
mensyaratkan track record prestasi
akademik dan non akademik minimal dari kelas 10.
Kelas Matahari Pagi dan Mimpi Besar Hari Esok.
"Semua
orang yang dilahirkan dimuka bumi ini pada dasarnya genius. Masalahnya, mereka
selalu diukur kecerdasannya berdasarkan hal-hal yang tidak mereka miliki, bukan
atas apa yang mereka miliki" Albert Einstein. Maka, mari kita temukan apa
yang kita miliki untuk ditunjukan pada dunia.
Untuk
bisa menunjukan siapa diri kita kepada dunia, kita harus memiliki : (1)
kemampuan berbahasa ( baik itu menulis, membaca, menyimak dan berbicara, maupun
pemahaman akan teks, konteks dan konten) sebagai kemampuan mendasar dalam
peradaban manusia; (2) penguasaan akan teknologi informasi; (3) kemampuan
manajerial yang baik, yakni yang dapat menjadikan kita sebagai trasformator
baik secara individual maupun organisasional.
Kemampuan
tersebut tentu saja tidak akan didapat begitu saja secara tiba-tiba, melainkan
harus melalui suatu proses pembentukan. Untuk itu, komunitas Matahari Pagi
menawarkan suatu konsep yang disebut dengan Matahari Pagi System, seperti tergambar dalam pola berikut :
Inti dari Matahari Pagi System adalah aktivitas knowledge sharing atau knowledge transfer, yang merupakan
porses dialektika ilmiah atau interaksi intelektual diantara anggota komunitas.
Knowledge sharing / knowledge
transfer mensyaratkan perlakuan ilmiah terhadap ilmu pengetahuan sehingga
ilmu pengetahuan tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan (what to be), lebih jauhnya dapat
menggerakan atau mentransformasikan seseorang (baca : individu) dan atau
organisasi menjadi lebih efektif, efisien, fleksibel dan adaptif (how to be) terhadap perubahan yang serba
cepat.
Cara bagaimana untuk dapat memperlakukan ilmu
pengetahuan secara ilmiah bisa didapatkan dengan cara mengikuti TDW program,
yang didalamnya terdiri program bagaimana untuk bisa menjadi individu dan
organisasi yang transformatif.
Untuk bisa mengikuti TDW program dengan baik, terlebih
dahulu siswa harus mengikuti Kelas Matahari Pagi sebagai forum perkenalan
kepada bentuk interaksi intelektual, seperti misalnya bagaimana cara
mempelajari suatu pengetahuan secara mendasar dan komprehensif, atau bagaimana
membangun struktur berpikir suatu argumen/tulisan/karya lainnya, dan atau
bagaimana untuk bisa tetap berpikiran terbuka dan kritis.
Kelas Matahari Pagi dan TDW program pada hakikatnya
merupakan human capital creation,
proses pembangunan aset sumber daya manusia yang unggul. Apabila terbangun
sumber manusia yang unggul, maka level aktivitas knowledge sharing / knowledge
transfer ditingkatkan, yang asalnya komunitas sebagai wadah kaderisasi
menjadi koalisi perubahan. Dimaksud dengan koalisi perubahan adalah anggota
komunitas yang sudah terbangun sebagai sumber manusia unggul berkerja sama
sebagai change agent in team. Mereka
bekerja sama untuk memberikan dampak berupa the
law of few to critical mass transformation, yakni pemicu transformasi dalam
skala yang lebih besar lagi.
Apabila Komunitas Matahari Pagi sudah memberikan
dampak dalam skala besar, maka yang demikian merupakan ciri era transhumanisme
sudah terwujud. Era transhumanisme adalah era dimana setiap individu sudah
mampu bertransformasi secara mandiri (individual transformatif/INTIF) dan
organisasi sudah bisa mentransformasikan dirinya menjadi organisasi yang
efektif sebagai budaya unggulnya (organisasional transformatif/ONTIF).
Dari aktivitas knowledge
sharing / knowledge transfer para
INTIF dan atau ONTIF maka akan suatu penemuan kembali masa depan (reinventing the future), yaitu suatu
model kehidupan kal jasad. Model kehidupan demikian bersendikan sharing community, yakni masyarakat yang
bersifat madani (civil society), yang
akan mendisrupsi model kehidupan masyarakat yang saling menindas (sosial
piramid). Sendi kehidupan yang lain berupa sharing
economy, yakni terlaksananya konsep koperasi secara paripurna sebagai soko
guru perekonomian bangsa. Model perekonomian yang demikian akan mendisrupsi
model ekonomi kapitalis.
Knowledge sharing / knowledge
transfer dalam prosesnya haruslah berbasis teknologi informasi (knowledge process base on IT) untuk
memudahkan akses. Pada tahap awal, sebagai prototype
berupa website www.mataharipagi.tk yang
ditunjang oleh berbagai media sosial dan email. Kedepannya, suatu keharusan
dalam menghadapi tantangan zaman, dijalankan dengan format massive open online course (MOOC).
Terakhir, seluruh lalu lintas ilmu pengetahuan harus
terdokumentasikan secara cermat dalam suatu knowledge storage yang berfungsi
sebagai perpustakaan, yakni Aris Munandar Library.
Sebagai penutup catatan ini, saya hanya menyarankan :
“jika tak tahu kemana cinta bermuara, desirannya”. Untuk bisa menikmati
desriannya, maka rasa kita harus peka dan tajam. Teruslah meninkatkan level
hidup kita. Kelas Matahari Pagi mengajak kita untuk bersinar bersama dan
menyinari kebersamaan.
Aris Munandar. Penulis, Kontributor utama www.mataharipagi.tk,
Pendiri Komunitas Matahari Pagi, Pengelola Aris Munandar Library, Penggagas TDW
Program, CEO CV Matahari Pagi, editor di Penerbit Matahari Pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar