“Hadiah terindah dari orangtua pada
anak-anaknya adalah tantangan” – Carol Dweck, The New
Psichology of Success.
Tantangan
seperti apa yang dihadiahkan oleh orangtua untuk dihadapi oleh anak-anaknya
(selanjutnya disebut remaja) dewasa ini? Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengelompokan, setidaknya ada, 6 tantangan yang dihadapi remaja saat ini, salah
satunya adalah harmonisasi pengembangan potensi remaja yang belum optimal, baik
itu pengembangan potensi olah hati (etik), olah pikir (literasi) maupun olah
raga (kinestetik).
Remaja sebagai
fase ambiguitas, apabila tidak dibekali / dipersiapkan untuk menghadapi
tantangan tersebut diatas maka akan mengalami kebingungan-kebingungan yang akan
berlanjut kepada ketidakstabilan emosi dan stimulasi-stimulasi sosial negatif
lainnya, seperti: social disorganization
(berkurangnya pranata-pranata masyarakat), strain
(tekanan besar dalam masyarakat), differential
association (salah pergaulan), labelling,
dan male phenomenon.
Kebingungan-kebingungan
pada remaja banyak disebabkan karena kurangnya bekal yang mereka miliki dalam
menghadapi dunia baru mereka. Dunia peralihan dari fase anak-anak menuju fase
dewasa. Pendidikan yang didapatkan pada umumnya tidak berkesinambungan dengan
realita yang mereka hadapi. Belum lagi mereka dijadikan sebagai target utama oleh
para pemilik kapital dengan menawarkan modernitas dalam bentuk identitas anak
gaul dan kekinian.
Tantangan
tersebut tidak hanya hadir dalam dunia nyata, justeru sebaliknya, dunia maya
menghadirkan tantangan yang jauh lebih besar bagi remaja. Celakanya, generasi
yang lebih dulu atau sering disebut digital
immigrants, seringkali gagal memahami fenomena ini. Sehingga remaja sebagai
digital natives, semakin rentan
terjebak pada kebingungan-kebingungannya dalam era internet of things dewasa ini. Sungguh suatu tantangan yang sangat
berat dan tak terhindarkan.
Menurut The Future Jobs Report terdapat 3
keterampilan utama yang harus dimiliki dalam menghadapi revolusi industri
keempat sebagai masa depan bagi remaja saat ini, yaitu : complex problem solving, berpikir kritis dan kreatifitas. Remaja
wajib memiliki ketiga keterampilan tersebut sebagai bekal menghadapi tantangannya.
Lebih dari itu, dalam menghadapi masa depan yang sangat dinamis, remaja tidak
cukup dengan dibekali kompetensi tadi. Dalam memaknai eksistensinya, remaja
juga harus memiliki nilai-nilai religius, nasionalis, mandiri serta gotong-royong
dan nilai-nilai tersebut harus dijadikan sebagai konsep diri yang ajeg. Tidak
kalah penting juga, sebagai jangkar agar tidak terombang-ambing gelombang di tengah
samudera globalisasi, remaja harus memiliki kualitas diri berupa integritas.
Integritas
adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkaan kewibawaan; kejujuran (Badudu
& Zain, 1996). Didalam integritas sudah termaktub karakter dan kecerdasan,
karena merupakan suatu keutuhan antara pikiran, wacana dan perilaku. Dengan
memiliki integritas, dipastikan seseorang telah memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Singkatnya, integritas akan mengharmonisasikan
perkembangan remaja, baik itu potensi olah hati (etik), olah pikir (literasi)
maupun olah raga (kinestetik).
Literasi
merupakan karpet merah bagi seseorang untuk memantapkan integritasnya. Literasi
sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah menggunakan berbagai keterampilan
dan pengetahuan dalam kehidupan. Dalam arti, dengan literasi seseorang bukan
saja hanya akan memperoleh pengetahuan, melainkan juga mengetahui bagaimana
pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut harus digunakan. Melalui literasi,
pengetahuan tidak lagi berada dimenara gading, tapi sudah menjejak pada
persoalan dan realita yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh
permasalahan yang ada dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah
korupsi. Korupsi merupakan permasalahan serius yang mengancam kelangsungan kehidupan
bangsa kita. Untuk itu, Program Taman Literasi (Tali) Integritas yang digagas
oleh KPK melalui Pusat Edukasi Anti-korupsi bersama Forum Taman Bacaan
Masyarakat (FTBM) merupakan sebuah terobosan yang sangat patut diapresiasi. Selain
menyajikan persoalan yang riil dihadapi dalam keseharian, yaitu perlunya
penyembaran dan penguatan nilai-nilai anti-korupsi, juga menggunakan literasi
sebagai sarana penyajiannya.
Menangkap pesan
ini, Komunitas Matahari Pagi sebagai salah satu Panglima Integritas dan penyelenggara
utama Program Tali Integritas, merepresentasikannya dalam Kelas Literasi : Cerdas Berintegritas. Salah
satu terobosannya, kelas tersebut disajikan dalam format kelas digital, selain
kelas reguler seperti yang sudah dilaksanakan selama ini. Kelas digital ini
merupakan pembelajaran secara online dengan memanfaatkan platform pembelajaran
digital Edmodo. Tujuannya, selain menyebarkan nilai-nilai anti-korupsi agar
dapat dijangkau lebih luas, juga mengenalkan konsep literasi digital. Literasi
digital merupakan kemampuan berkomunikasi dan menggunakan konten positif
melalui dunia digital secara bijak. Sehingga kemajuan teknologi informasi
jangan lagi dijadikan sebagai suatu ancaman bagi remaja. Diharapkan, remaja
lebih leluasa merentangkan cakrawala masa depannya. Cakrawala yang dapat
mengembalikan mimpi dan harapan seluruh bangsa Indonesia yang sekarang seolah
terenggut akibat korupsi. Dengan demikian, remaja harus ambil bagian sejak dini
dalam mewujudkan Indonesia bebas korupsi.
Aris
Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.
Menyinari diri menjadi bagian dari proses cerdas berintegritas
BalasHapusCerdas membaca tantangan menjadi peluang kesuksesan
BalasHapus