Minggu, 31 Desember 2017

INTEGRITAS : BEKAL REMAJA MENGHADAPI DUNIA



“Hadiah terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan” – Carol Dweck, The New Psichology of Success.

Tantangan seperti apa yang dihadiahkan oleh orangtua untuk dihadapi oleh anak-anaknya (selanjutnya disebut remaja) dewasa ini? Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengelompokan, setidaknya ada, 6 tantangan yang dihadapi remaja saat ini, salah satunya adalah harmonisasi pengembangan potensi remaja yang belum optimal, baik itu pengembangan potensi olah hati (etik), olah pikir (literasi) maupun olah raga (kinestetik).

Remaja sebagai fase ambiguitas, apabila tidak dibekali / dipersiapkan untuk menghadapi tantangan tersebut diatas maka akan mengalami kebingungan-kebingungan yang akan berlanjut kepada ketidakstabilan emosi dan stimulasi-stimulasi sosial negatif lainnya, seperti: social disorganization (berkurangnya pranata-pranata masyarakat), strain (tekanan besar dalam masyarakat), differential association (salah pergaulan), labelling, dan male phenomenon.

Kebingungan-kebingungan pada remaja banyak disebabkan karena kurangnya bekal yang mereka miliki dalam menghadapi dunia baru mereka. Dunia peralihan dari fase anak-anak menuju fase dewasa. Pendidikan yang didapatkan pada umumnya tidak berkesinambungan dengan realita yang mereka hadapi. Belum lagi mereka dijadikan sebagai target utama oleh para pemilik kapital dengan menawarkan modernitas dalam bentuk identitas anak gaul dan kekinian.

Tantangan tersebut tidak hanya hadir dalam dunia nyata, justeru sebaliknya, dunia maya menghadirkan tantangan yang jauh lebih besar bagi remaja. Celakanya, generasi yang lebih dulu atau sering disebut digital immigrants, seringkali gagal memahami fenomena ini. Sehingga remaja sebagai digital natives, semakin rentan terjebak pada kebingungan-kebingungannya dalam era internet of things dewasa ini. Sungguh suatu tantangan yang sangat berat dan tak terhindarkan.

Menurut The Future Jobs Report terdapat 3 keterampilan utama yang harus dimiliki dalam menghadapi revolusi industri keempat sebagai masa depan bagi remaja saat ini, yaitu : complex problem solving, berpikir kritis dan kreatifitas. Remaja wajib memiliki ketiga keterampilan tersebut sebagai bekal menghadapi tantangannya. Lebih dari itu, dalam menghadapi masa depan yang sangat dinamis, remaja tidak cukup dengan dibekali kompetensi tadi. Dalam memaknai eksistensinya, remaja juga harus memiliki nilai-nilai religius, nasionalis, mandiri serta gotong-royong dan nilai-nilai tersebut harus dijadikan sebagai konsep diri yang ajeg. Tidak kalah penting juga, sebagai jangkar agar tidak terombang-ambing gelombang di tengah samudera globalisasi, remaja harus memiliki kualitas diri berupa integritas.

Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkaan kewibawaan; kejujuran (Badudu & Zain, 1996). Didalam integritas sudah termaktub karakter dan kecerdasan, karena merupakan suatu keutuhan antara pikiran, wacana dan perilaku. Dengan memiliki integritas, dipastikan seseorang telah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap. Singkatnya, integritas akan mengharmonisasikan perkembangan remaja, baik itu potensi olah hati (etik), olah pikir (literasi) maupun olah raga (kinestetik).

Literasi merupakan karpet merah bagi seseorang untuk memantapkan integritasnya. Literasi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah menggunakan berbagai keterampilan dan pengetahuan dalam kehidupan. Dalam arti, dengan literasi seseorang bukan saja hanya akan memperoleh pengetahuan, melainkan juga mengetahui bagaimana pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut harus digunakan. Melalui literasi, pengetahuan tidak lagi berada dimenara gading, tapi sudah menjejak pada persoalan dan realita yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh permasalahan yang ada dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah korupsi. Korupsi merupakan permasalahan serius yang mengancam kelangsungan kehidupan bangsa kita. Untuk itu, Program Taman Literasi (Tali) Integritas yang digagas oleh KPK melalui Pusat Edukasi Anti-korupsi bersama Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) merupakan sebuah terobosan yang sangat patut diapresiasi. Selain menyajikan persoalan yang riil dihadapi dalam keseharian, yaitu perlunya penyembaran dan penguatan nilai-nilai anti-korupsi, juga menggunakan literasi sebagai sarana penyajiannya.

Menangkap pesan ini, Komunitas Matahari Pagi sebagai salah satu Panglima Integritas dan penyelenggara utama Program Tali Integritas, merepresentasikannya dalam  Kelas Literasi : Cerdas Berintegritas. Salah satu terobosannya, kelas tersebut disajikan dalam format kelas digital, selain kelas reguler seperti yang sudah dilaksanakan selama ini. Kelas digital ini merupakan pembelajaran secara online dengan memanfaatkan platform pembelajaran digital Edmodo. Tujuannya, selain menyebarkan nilai-nilai anti-korupsi agar dapat dijangkau lebih luas, juga mengenalkan konsep literasi digital. Literasi digital merupakan kemampuan berkomunikasi dan menggunakan konten positif melalui dunia digital secara bijak. Sehingga kemajuan teknologi informasi jangan lagi dijadikan sebagai suatu ancaman bagi remaja. Diharapkan, remaja lebih leluasa merentangkan cakrawala masa depannya. Cakrawala yang dapat mengembalikan mimpi dan harapan seluruh bangsa Indonesia yang sekarang seolah terenggut akibat korupsi. Dengan demikian, remaja harus ambil bagian sejak dini dalam mewujudkan Indonesia bebas korupsi.


Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

2 komentar:

  1. Menyinari diri menjadi bagian dari proses cerdas berintegritas

    BalasHapus
  2. Cerdas membaca tantangan menjadi peluang kesuksesan

    BalasHapus

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"