Kemandirian adalah faktor penting dalam membentuk rasa percaya diri. Kemandirian adalah suatu kondisi yang terdiri dari gabungan kecerdasan dan tata nilai. Pada akhirnya, kemandirian menentukan daya saing seseorang. Kualitas inilah merupakan impian setiap orangtua untuk dimiliki anak-anaknya.
Kualitas
yang dimaksud bisa kita indentifikasi, sebagai berikut : (1) naluri untuk
bertahan ketika menghadapi masa-masa sulit; (2) keyakinan diri untuk
mengungkapkan ide-ide baru, inovatif, dan berpotensi besar; (3) kesabaran untuk
berhenti, berefleksi, dan membuat keputusan dengan bijaksana saat menghadapi
dilema yang tak terduga; (4) kemampuan untuk berpikir lateral dan menemukan
solusi yang mengejutkan atas masalah-masalah yang pelik; (5) keinginan untuk
menyelesaikan masalah dengan pikiran terbuka dan cerdik; (6) keberanian untuk
bertaruh pada saat yang tepat dan kekuatan untuk bangkit kembali serta mencoba
lagi ketika menghadapi kegagalan (Simister, 2009).
Tak
dapat disangkal lagi jika suatu kualitas dilahirkan dari seuatu yang
berkualitas juga. Dimaksud disini adalah sebuah keluarga sebagai lingkungan
terdekatnya. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi, komunikasi yang dibangun, dan
pola asuh dalam keluarga akan sangat berpengaruh akan menjadi seperti apa
seorang anak nantinya.
Orangtua
dapat mengoptimalkan fungsinya dalam mengasuh anaknya dengan menjadi contoh
bagi anak-anaknya, mendorong mereka untuk senantiasa berproses dengan
memberikan apresiasi terhadap setiap progress yang dicapainya, dan tetap fokus
pada pola asuh dengan memulai sejak awal serta dari hal kecil (Simister, 2009).
Memberikan
contoh kepada anak, dapat dilakukan dengan membiasakan tidak berbohong ketika
membujuk anak. John Ruskin mengatakan bahwa membuat anak-anak berkata jujur
adalah permulaan pendidikan. Untuk itu, dalam berkomunikasi, kita sebagai
orangtua harus menunjukan gestur, bahasa tubuh, raut muka, pilihan kata dan
intonasi yang mudah dipahami oleh mereka. Sehingga komunikasi yang dilakukan
harus dapat membangun citra diri yang positif. Komunikasi yang positif dapat
mengembangkan kepercayaan diri anak. Anak yang memiliki kepercayaan diri yang
tinggi akan lebih mampu menghargai dan berempati terhadap orang lain (Dewayani,
2016).
Menanamkan
kepercayaan diri menjadi bagian penting dalam proses tumbuh kembang anak.
Kepercayaan diri anak sangat ditentukan oleh persepsi mereka mengenai bagaimana
orang lain memandang diri mereka. Untuk itu, dengan memberikan kepercayaan
bahwa mereka kreatif, kritis, terampil dalam memecahkan masalah dan membuat
keputusan, akan mengasah mereka (Simister, 2009). Memberikan apresiasi terhadap
keberanian mereka untuk mencoba dan mengimplementasikan kepercayaan kita,
sangatlah berarti bagi mereka. Perlihatkan gambaran kepada mereka mengenai
progress yang telah mereka lakukan dan bandingkan apabila mereka tidak
melakukannya. Hal tersebut dapat menstimulasi anak untuk memotivasi dirinya
agar terus berkreasi (self-creative
motivated).
Pola
asuh yang demikian dapat membentuk konsep diri bermuatan positif, sehingga anak
tersebut merasa dicintai oleh orang-orang terhebat dalam hidupnya, merasa
memiliki kemampuan untuk berhasil dan pada akhirnya mampu mengendalikan
hidupnya sendiri, menjadi anak mandiri (Cline & Fay, 2009).
Bagaimanapun
kemandirian adalah bekal dari orangtua kepada anak-anaknya dalam menyongsong
masa depan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orangtua kepada
anak-anaknya agar dapat mengembangkan inisiatif dan memilki pemikiran
berorientasi masa depan. Kita harus dapat membuka mata anak-anak kita untuk
melihat berbagai pilihan, mengajari mereka untuk menyusun tujuan-tujuan yang
jelas, mendorong agar mereka mengenali dirinya sendiri, memberikan banyak
kesempatan untuk mengambil tanggung jawab dan menunjukan inisiatif, serta
apapun hasilnya harus tetap menunjukan bahwa kita memercayai mereka sepenuhnya
(Simister, 2009).
Mengingat
luasnya kesempatan yang ada didunia ini, maka sangat mengejutkan penemuan dari Higher Education Statistic Agency (HESA)
yang menunjukan bahwa betapa kurangnya informasi mengenai pilihan pendidikan
yang dapat dipilih oleh anak-anak kita. Hal ini berkenaan dengan temuan lainnya
dari World Economic Forum 2015 bahwa
sistem pendidikan formal bisa menggerus potensi kecerdasan dan kreatiftas anak
kita hingga tinggal tersisa 3% saja pada usia 25 tahun. Sehingga disini
menunjukan betapa pentingnya peran orangtua dalam melatih anak-anaknya untuk
dapat terus berpikir kritis sehingga mereka dapat terus melihat berbagai
pilihan dalam hidupnya.
Pada
usia 1-3 tahun dapat mulai belajar untu mandiri. Pada rentang usia ini,
anak-anak sudah dapat membuat pilihan. Pada saat meninginkan sesuatu, mereka
akan berusaha mengendalikan diri guna mencapai keinginannya tersebut. Namun,
anak-anak yang tidak bisa mandiri pada rentang waktu ini, akan tumbuh jadi
pemalu dan tidak percaya diri (Erikson, 1902). Mengingat sangat pentingnya
pembelajaran tentang kemandirian pada kurun usia tersebut. Artinya, orangtua
harus memanfaatkan masa batita (bawah tiga tahun) sebaik mungkin dengan, antara
lain, melatih mereka untuk membuat keputusan sendiri. Tujuannya, seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, tak lain agar mereka terbiasa berpikir kritis.
Terhadap
pilihan-pilihan yang dimilikinya, maka anak-anak ini harus diajari bagaimana
menyusun tujuan-tujuan yang jelas, sehingga mereka memiliki gambaran dan
berbagai pendekatan terhadap pilihan-pilihannya tersebut menurut tujuan yang
telah mereka tetapkan. Saat mereka bertambah besar, secara bertahap, dampingi
mereka dalam menyusun tujuan. Ajari mereka skala prioritas, berdasarkan ukuran
seberapa penting dan frame waktu pengerjaannya. Dengan dibiasakan memiliki tujuan
sejak dini, akan membantu mereka untuk mengenali potensi dirinya sendiri.
Orangtua
yang membekali anak-anaknya dengan kemandirian adalah orangtua yang memberi
kesempatan mereka untuk mempersiapkan masa depannya yang bahagia, produktif dan
bertanggung jawab. Selain itu, dengan pola asuh ini, orangtua juga dapat tetap
mersakan tumbuh dan berkembang bersama mereka, orangtua yang menjadi sahabat
anak-anaknya.
Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar