Jumat, 07 September 2018

LITERASI SAINS DAN HOAX (Seri 4)


Sofie Dewayani (2017) menggambarkan bagaimana pada umumnya bangsa kita memperlakukan teknologi internet, sebagai berikut :

“Di negara-negara yang memiliki tradisi literasi mapan, melimpah ruahnya informasi yang disajikan oleh internet dapat disikapi dengan bijak. Teks digital dibaca dengan kritis. Media digital digunakan sebagai sarana untuk mewadahi kegiatan menulis dengan ruang dialog yang lebih interaktif ketimbang sebelumnya. Di negara seperti Indonesia, teknologi internet sering kali baru berfungsi untuk memuaskan kebutuhan instan penulisan di sekolah. Teks digital tidak diendapkan dan dipilah, melainkan dijiplak mentah-mentah untuk dikemas sebagai tugas ilmiah. Siswa mencomot tulisan dari internet dalam makalah tanpa rasa bersalah. Di samping itu, sebuah informasi disebarluaskan melalui fitur chat di telepon seluler atau media sosial tanpa diteliti kesahihannya. Gosip dan kabar burung (hoax) menyebar dengan simpang siur dan menjadi sampah dalam perangkat gawai kita”.

Fenomena hoax sudah menjadi permasalahan tersendiri. Aparat pemerintah secara giat memberantas hoax, baik melalui penegakan hukum maupun kampanye internet sehat. Namun, hoax masih saja dengan mudah kita temui.  Tentu saja hal ini sudah merupakan peringatan yang sangat mengkhawatirkan.

Penangkal yang paling ampuh terhadap bahaya hoax adalah : kemampuan memilih informasi ilmiah yang tepat; kemampuan memahami gambar, bagan, dan tabel pada informasi ilmiah; dan menilai kebenaran sebuah temuan dari informasi ilmiah. Kemampuan tersebut merupakan kemampuan yang bisa kita dapatkan dari literasi sains.

Literasi sains adalah kecakapan memahami fenomena alam dan sosial di sekitar kita; yakni, kecakapan untuk mengambil keputusan yang tepat secara ilmiah agar kita dapat hidup dengan lebih nyaman, lebih sehat, dan lebih baik (Kemdikbud, 2017).

Literasi sains berfungsi sebagai imun kita dalam menghadapi serangan hoax, sebagai salah satu ancaman yang sangat berbahaya pada abad 21 ini. Imun yang diberikan oleh literasi sains, berupa : berpikir kritis, menyelesaikan masalah dengan kreatif, bekerjasama dengan orang lain, dan dapat berkomunikasi dengan lebih baik.

--- Bersambung ke seri 5 ---


Aris Munandar. Pegiat di Matahari Pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"