Selamat datang di Kelas
Literasi!.
Ada 2 kebutuhan dasar kita
yang coba kita penuhi disini, yaitu : tetap relevan dan selalu eksis. Keduanya bisa
dipenuhi dengan jalan berpikir dan memaknai. Alatnya berupa kemampuan
linguistik. Kenapa kemampuan linguistik?.
Mungkin kita pernah
mengenal trivium, yang terdiri dari : logika, retorika, dan gramatika. Berbicara
logika kita akan mengurai pertimbangan akal pikiran kita. Retorika sebagai
teknik penyampaian dari logika kita secara persuasif sehingga diterima orang
lain. Sedangkan gramatika menjadi panduan dalam membaca, menulis, dan
menginterpretasikan teks.
Secara sederhana kita
dapat uraikan sebagai berikut :
Berbicara yang dituangkan
dalam kegiatan diskusi dan brainstroming
berguna untuk membentuk pemikiran yang terbuka terhadap setiap gagasan (open minded).
Membaca merupakan
penguatan daya analitis dalam kritis terhadap teks, mencari latar belakang
teks, membandingkan antar teks sehingga dapat melahirkan gagasan mandiri.
Sehingga tidak berlebihan jika banyak penulis atau pembicara mengatakan bahwa
penulis/pembicara yang baik adalah pembaca yang baik.
Menyimak merupakan
kegiatan untuk membentuk penerimaan, empati dan penghargaan.
Menulis sebagai pembiasaan
berpikir secara terstruktur, sistematis, runtut/konsisten, koheren/logis,
komprehensif dan bertanggungjawab.
Fondasi keterampilan
linguistik tersebut mendorong untuk dapat mengartikulasikan pendapat dengan
cermat, cerdas dan bermartabat.
Lingkupnya terdiri dari 2,
yakni : 6 literasi dasar dan humaniora. 6 literasi dasar seperti yang sudah
kita kenal, meliputi : baca-tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta
budaya dan kewargaan. Sedangkan humaniora, meliputi : teologi, filsafat, hukum,
sejarah, filologi, linguistik, sastra, seni, psikologi, arkeologi, antropologi,
dan kajian budaya.
Kenapa humaniora? Karena humaniora
memberikan bingkai bagi kita untuk bisa merefleksikan akar budaya kita dalam
kehidupan saat ini. Untuk dapat merefleksikan maka dibutuhkan kognitif yang
fleksibel. Pengetahuan (know-what)
bukan semata penggudangan, melainkan penyajian berbagai alternatif argumentasi
dan kemungkinan.
Semakin reflektif (know-why) maka pemahaman kita akan
semakin mendalam (deep understanding),
pemikiran semakin bertumbuh (growth
mindset). Pada akhirnya, kita akan semakin peduli (care-why) dan termotivasi (self-creative
motivated).
Tentu saja kita tidak akan
membahas secara mendalam hal-hal tersebut diatas. Hal ini diuraikan hanya
sekadar memberikan konteks terhadap konten yang akan kita dalami. Apa kontennya?
Kontennya adalah diri dan fenomena disekitar kita. Pasti setiap kita akan
berbeda, namun dengan adanya konteks seperti yang telah disebut, maka hal itu
akan menjadi benang merah dan pengikat diantara kita. Dialektika diantara kita
diharapkan bisa mereproduksi pengetahuan.
Kelas ini bukan kelas
belajar mengajar, guru-murid. Kelas ini adalah kelas dialog dan saling berbagi.
Pada dasarnya masing-masing kita telah memiliki kecerdasan (majemuk), karakter
(yang dibentuk oleh literasi, etika, estetika, dan kinestetik), dan integritas
(inti : jujur, disiplin, tanggung jawab; etos kerja : kerja keras, sederhana,
mandiri; sikap : adil, berani, peduli). Setiap kita juga pastinya memiliki
kompetensi : berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif.
Untuk itu, kita disini
untuk berinteraksi. Untuk saling peduli, berempati.
Salam literasi!
Matahari Pagi :
Transforming Spectrum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar