Minggu, 10 Februari 2019

DUNIA MENANTANG, KITA MENJAWAB LANTANG : BAGIAN KESATU



Ke generasi muda kita berperi
Bulatkan tekad luruskan hati
Dalam bersaing hendaklah berani
Agar menjadi tuan di rumah sendiri

Bait ke-268 Syair Nasib Melayu
H Tenas Effendy, 1990.


DUNIA MENANTANG.

Bedakan antara ancaman dan tantangan. Ancaman dunia dewasa ini adalah eksploitasi kesadaran kemanusiaan manusia secara masif. Disana ada yang disebut post truth dan framing-nya, ada moral hazard pendidikan kita, ada tirani kapitalis yang mengendarai globalisasi, dan lain-lainnya, dan sebagainya.

Tantangan menawarkan suatu peluang. Apabila kita berhasil mengatasi tantangan tersebut, maka kita meraih peluang/kesempatan. Jika tidak? Habislah kita (baca artikel sebelumnya DISINI).

Dunia dalam rupa internet of things, dalam era Revolusi Industri 4.0 melontarkan tantangan. Apa itu? Dunia menantang : (1) beranikah kita memiliki kemampuan berbahasa ( baik itu menulis, membaca, menyimak dan berbicara, maupun pemahaman akan teks, konteks dan konten) sebagai kemampuan mendasar dalam peradaban manusia?; (2) beranikah kita menguasai teknologi informasi?; (3) beranikah kita memiliki kemampuan manajerial yang baik, yakni yang dapat menjadikan kita sebagai trasformator baik secara individual maupun organisasional?.

Kenapa tantangan itu mempertanyakan keberanian kita? Karena kita memiliki latar yang beragam, itu modal yang sangat berat untuk melangkah. Bagaimana tidak? Ketika bicara literasi sebagai kunci jawaban dari segala macam permasalahan, literasi kita dalam kondisi bertumpukan. Masyarakat kita (menurut Ong, 1982; 2012 dalam Saryono, -) ada yang masih berkutat dalam zaman kelisanan primer/murni (orality), zaman naskah atau khirografis (manuscript, chirographic), zaman literasi atau tipografis (literacy, typographic), dan malah sudah ada yang berada dalam zaman kelisanan sekunder (secondary orality).

Untuk memahami hal ini, baiknya kita mengelaborasi paparan yang sangat baik dari Prof. Djoko Saryono dalam tulisannya berjudul : “Literasi sebagai Episentrum Kemajuan Kebudayaan dan Peradaban”.  Suatu masyarakat yang masih bertumpu pada kelisanan primer dan naskah akan sulit berkembang serta kikuk dalam merespon berbagai perubahan. Sebaliknya, masyarakat yang meskipun yang sudah berada pada zaman kelisanan sekunder, tetap harus memenuhi syarat mutlak, yakni fondasi literasi yang kuat. Jadi, jika kita rangkum tantangan yang dilontarkan dunia, beranikah kita menjadikan literasi sebagai episentrum kehidupan kita?.


KITA MENJAWAB LANTANG.

Mendasarkan pergerakan pada ilmu pengetahuan dan iklim intelektualitas merupakan langkah yang tepat. Itu juga yang menjadi inti di Matahari Pagi, yaitu aktivitas knowledge sharing atau knowledge transfer, yang merupakan porses dialektika ilmiah atau interaksi intelektual diantara anggota komunitas.

Knowledge sharing / knowledge transfer mensyaratkan perlakuan ilmiah terhadap ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan (what to be), lebih jauhnya dapat menggerakan atau mentransformasikan seseorang (baca : individu) dan atau organisasi menjadi lebih efektif, efisien, fleksibel dan adaptif (how to be) terhadap perubahan yang serba cepat.

Knowledge sharing / knowledge transfer ini bisa dilakukan melalui 2 pendekatan. Pertama, pendekatan kodifikasi yang interaktif. Kedua, pendekatan personalisasi yang interaktif. Kedua pendekatan ini hendaknya dipadupadankan secara seimbang. Kedua pendekatan itu tak lepas dari 4 keterampilan berbahasa, yaitu, membaca, menulis, berbicara, dan menyimak.

Proses berbicara-menyimak, baik masih dalam tahap kelisanan primer maupun kelisanan sekunder, sandarannya ada pada aktivitas baca-tulis. Kemampuan baca-tulis sesungguhnya memiliki sukma berpikir kritis-kreatif. Hal itu pada hakikatnya merupakan human capital creation, proses pembangunan aset sumber daya manusia yang unggul. Keunggulan sumber daya manusia tersebut, setidaknya memiliki 4 level, yaitu : (1) cognitive felxibility; (2) system knowledge; (3) management knowledge; dan (4) self-creative motivated.

Seperti apa 4 level keunggulan sumber daya manusia tersebut? Bagaimana hal tersebut bisa membuat perubahan? Hal apa yang dibutuhkan? Simak lebih lanjut DISINI.


Aris Munandar – Matahari Pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"