Minggu, 10 Februari 2019

DUNIA MENANTANG, KITA MENJAWAB LANTANG : BAGIAN KEDUA



Ke generasi muda kita berperi
Bulatkan tekad luruskan hati
Dalam bersaing hendaklah berani
Agar menjadi tuan di rumah sendiri

Bait ke-268 Syair Nasib Melayu.
H Tenas Effendy, 1990.


DUNIA MENANTANG.

Harapan itu adalah Semangat Muda (baca artikelnya DISINI). Namun, semangat saja tidak cukup untuk menjawab tantangan dunia (baca artikelnya DISINI). Jadi, jika kita rangkum tantangan yang dilontarkan dunia, beranikah kita menjadikan literasi sebagai episentrum kehidupan kita?.


KITA MENJAWAB LANTANG.

Semangat itu adalah knowledge sharing atau knowledge transfer yang dapat membentuk sumber daya manusia unggul. Keunggulan sumber daya manusia sendiri, setidaknya memiliki 4 level,  yaitu : (1) cognitive felxibility; (2) system knowledge; (3) management knowledge; dan (4) self-creative motivated.

Cognitive flexibility merupakan pengembangan dari pengetahuan kognitif. Dasarnya adalah mengetahui mengenai “apa” (know-what). Knowledge sharing / knowledge transfer bukan hanya proses untuk mendapatkan pengetahuan, melainkan menjadi ajang untuk dapat menggunakan pengetahuan tersebut. Pada akhirnya, pengetahuan yang dimiliki menjadi berkembang.

Pada proses ini, penggunaan keterampilan berbahasa (membaca, menulis, berbicara, dan menyimak) merupakan integrasi dari proses berpikir (thinking).  Dalam proses berpikir yang dimaksud, khususnya keterampilan membaca sudah meliputi menelaah (viewing) dan menulis merupakan keterampilan menghadirkan gagasan (representing). Sehingga berpikir, dalam konteks berpikir kritis-kreatif disini, merupakan internalisasi dari ilmu pengetahuan. Oleh karenanya,  proses berpikir tersebut memiliki struktur proses logika, gramatika, dan retorika. Tujuan akhirnya adalah menghadirkan kebermaknaan (making meaning).

Pemahaman inilah yang dimaksud dengan system knowledge, yakni memahami bagaimana struktur dan proses suatu pengetahuan. System knowledge membentuk yang dinamakan deep understanding, yakni kemampuan seseorang dalam menangkap hubungan-hubungan yang kompleks dalam sebuah teori atau konsep. Inilah literasi dalam makna kecerdasan. Disanalah growth mindset berada.

Rhenald Kasali (2018) meruntutkan mengenai growth mindset secara gamblang. Growth mindset adalah mindset penerobos, yang memiliki daya juang untuk menghadapi kesulitan, kegagalan dan akhirnya menang. Mindset adalah set of assumption. Oleh karenanya perlu selalu diperbaharui, ditata ulang. hal tersebut harus dilatih, dengan cara melatih muscle memory (myelin). Ciri-ciri growth mindset, yaitu : memiliki semangat untuk terus belajar, siap akan tantangan-tantangan baru, menerima feedback negatif sebagai koreksi, menjadikan orang yang memiliki kelebihan sebagai tempat untuk belajar.

Dengan adanya growth mindset, maka akan terbentuk self-creativity motivated. Tentu saja aspeknya bukan kecerdasan saja, disana turut digandeng pula karakter dan integritas. Menurut Ki Hajar Dewantara, elemen karakter ini terdiri dari : literasi, etika, estetika, dan kinestetik. Sedangkan integritas sendiri memiliki 3 komponen, yakni : (1) inti, terdiri dari jujur, disiplin, dan tanggung jawab; (2) etos kerja, terdiri dari kerja keras, sederhana, dan mandiri; serta (3) sikap, terdiri dari adil, berani, dan peduli. Inilah self-motivated creativity yang berada dalam wilayah care-why.

Pada management knowledge atau pada wilayah know-how, maka disini sudah merangkum 10 future skills, terdiri : problem solving complex, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligent, judgement & decision making, service orientation, negotiation, serta cognitive flexibility. Disini sudah meliputi pula kecerdasan majemuk dan multi literasi. Kompetensi (berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif) serta nilai (mencerahkan, memberdayakan, dan mendidik) literasi ini merasuki jawaban atas tantangan dunia. Kehadiran kita memiliki pijakan kuat relevansi dan kontekstualisasinya.

Apabila terbangun sumber manusia yang unggul, maka level aktivitas knowledge sharing / knowledge transfer ditingkatkan, yang asalnya komunitas sebagai wadah kaderisasi menjadi koalisi perubahan. Dimaksud dengan koalisi perubahan adalah anggota komunitas yang sudah terbangun sebagai sumber manusia unggul berkerja sama sebagai change agent in team. Mereka bekerja sama untuk memberikan dampak berupa the law of few to critical mass transformation, yakni pemicu transformasi dalam skala yang lebih besar lagi.

Apabila komunitas-komunitas sudah memberikan dampak dalam skala besar, maka yang demikian merupakan ciri era transhumanisme sudah terwujud. Era transhumanisme adalah era dimana setiap individu sudah mampu bertransformasi secara mandiri (individual transformatif/INTIF) dan organisasi sudah bisa mentransformasikan dirinya menjadi organisasi yang efektif sebagai budaya unggulnya (organisasional transformatif/ONTIF).

Dari aktivitas knowledge sharing / knowledge transfer para INTIF dan atau ONTIF maka akan suatu penemuan kembali masa depan (reinventing the future), yaitu suatu model kehidupan kal jasad. Model kehidupan demikian bersendikan sharing community, yakni masyarakat yang bersifat madani (civil society), yang akan mendisrupsi model kehidupan masyarakat yang saling menindas (sosial piramid). Sendi kehidupan yang lain berupa sharing economy, yakni terlaksananya konsep koperasi secara paripurna sebagai soko guru perekonomian bangsa (model koperasi yang dimaksud bisa disimak DISINI). Model perekonomian yang demikian akan mendisrupsi model ekonomi kapitalis.

Knowledge sharing / knowledge transfer dalam prosesnya haruslah berbasis teknologi informasi (knowledge process base on IT) untuk memudahkan akses. Pada tahap awal, sebagai prototype seperti website www.mataharipagi.online yang ditunjang oleh berbagai media sosial dan email. Kedepannya, suatu keharusan dalam menghadapi tantangan zaman, dijalankan dengan format massive open online course (MOOC). Meskipun pernah di uji coba, namun tantangan terbesarnya terletak pada pengemasan konten secara menarik.

Terakhir, seluruh lalu lintas ilmu pengetahuan harus terdokumentasikan secara cermat dalam suatu knowledge storage yang berfungsi sebagai perpustakaan, yakni Aris Munandar Library. Dalam perkembangannya, suatu model big data haruslah dikembangkan. Big data ini diperlukan untuk mengolah data dengan volume, velocity, dan variety yang begitu besar. Big data dapat menyajikan akar pemasalahan, trend kebiasaan, perhitungan risiko. Dan hal ini tidak bisa diselesaikan oleh matahari yang merangkak ke senja hari. Kita harus menguras malam hingga terlahir Matahari Pagi penerang esok hari.

Aris Munandar – Matahari Pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"