Ke generasi muda kita berperi
Bulatkan tekad luruskan hati
Dalam bersaing hendaklah berani
Agar menjadi tuan di rumah sendiri
Bait ke-268 Syair Nasib Melayu.
H Tenas Effendy, 1990.
DUNIA MENANTANG.
Harapan itu adalah Semangat Muda (baca artikelnya DISINI). Namun, semangat saja tidak
cukup untuk menjawab tantangan dunia (baca artikelnya DISINI). Jadi, jika kita rangkum tantangan yang dilontarkan dunia,
beranikah kita menjadikan literasi sebagai episentrum kehidupan kita?.
KITA MENJAWAB LANTANG.
Semangat itu adalah knowledge sharing atau knowledge
transfer yang dapat membentuk sumber daya manusia unggul. Keunggulan sumber
daya manusia sendiri, setidaknya memiliki 4 level, yaitu : (1) cognitive felxibility; (2) system
knowledge; (3) management knowledge;
dan (4) self-creative motivated.
Cognitive flexibility merupakan pengembangan dari pengetahuan kognitif.
Dasarnya adalah mengetahui mengenai “apa” (know-what).
Knowledge sharing / knowledge transfer bukan hanya proses
untuk mendapatkan pengetahuan, melainkan menjadi ajang untuk dapat menggunakan
pengetahuan tersebut. Pada akhirnya, pengetahuan yang dimiliki menjadi
berkembang.
Pada proses ini, penggunaan keterampilan berbahasa
(membaca, menulis, berbicara, dan menyimak) merupakan integrasi dari proses
berpikir (thinking). Dalam proses berpikir yang dimaksud,
khususnya keterampilan membaca sudah meliputi menelaah (viewing) dan menulis merupakan keterampilan menghadirkan gagasan (representing). Sehingga berpikir, dalam
konteks berpikir kritis-kreatif disini, merupakan internalisasi dari ilmu
pengetahuan. Oleh karenanya, proses
berpikir tersebut memiliki struktur proses logika, gramatika, dan retorika.
Tujuan akhirnya adalah menghadirkan kebermaknaan (making meaning).
Pemahaman inilah yang dimaksud dengan system knowledge, yakni memahami
bagaimana struktur dan proses suatu pengetahuan. System knowledge membentuk yang dinamakan deep understanding, yakni kemampuan seseorang dalam menangkap
hubungan-hubungan yang kompleks dalam sebuah teori atau konsep. Inilah literasi
dalam makna kecerdasan. Disanalah growth
mindset berada.
Rhenald Kasali (2018) meruntutkan mengenai growth mindset secara gamblang. Growth mindset adalah mindset penerobos, yang memiliki daya
juang untuk menghadapi kesulitan, kegagalan dan akhirnya menang. Mindset adalah set of assumption. Oleh karenanya perlu selalu diperbaharui, ditata
ulang. hal tersebut harus dilatih, dengan cara melatih muscle memory (myelin).
Ciri-ciri growth mindset, yaitu :
memiliki semangat untuk terus belajar, siap akan tantangan-tantangan baru,
menerima feedback negatif sebagai
koreksi, menjadikan orang yang memiliki kelebihan sebagai tempat untuk belajar.
Dengan adanya growth
mindset, maka akan terbentuk self-creativity
motivated. Tentu saja aspeknya bukan kecerdasan saja, disana turut
digandeng pula karakter dan integritas. Menurut Ki Hajar Dewantara, elemen
karakter ini terdiri dari : literasi, etika, estetika, dan kinestetik.
Sedangkan integritas sendiri memiliki 3 komponen, yakni : (1) inti, terdiri
dari jujur, disiplin, dan tanggung jawab; (2) etos kerja, terdiri dari kerja
keras, sederhana, dan mandiri; serta (3) sikap, terdiri dari adil, berani, dan
peduli. Inilah self-motivated creativity
yang berada dalam wilayah care-why.
Pada management
knowledge atau pada wilayah know-how,
maka disini sudah merangkum 10 future
skills, terdiri : problem solving
complex, critical thinking, creativity, people management, coordinating with
others, emotional intelligent, judgement & decision making, service
orientation, negotiation, serta cognitive flexibility. Disini sudah
meliputi pula kecerdasan majemuk dan multi literasi. Kompetensi (berpikir
kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif) serta nilai (mencerahkan,
memberdayakan, dan mendidik) literasi ini merasuki jawaban atas tantangan
dunia. Kehadiran kita memiliki pijakan kuat relevansi dan kontekstualisasinya.
Apabila terbangun sumber manusia yang unggul, maka
level aktivitas knowledge sharing / knowledge transfer ditingkatkan, yang
asalnya komunitas sebagai wadah kaderisasi menjadi koalisi perubahan. Dimaksud
dengan koalisi perubahan adalah anggota komunitas yang sudah terbangun sebagai
sumber manusia unggul berkerja sama sebagai change
agent in team. Mereka bekerja sama untuk memberikan dampak berupa the law of few to critical mass
transformation, yakni pemicu transformasi dalam skala yang lebih besar
lagi.
Apabila komunitas-komunitas sudah memberikan dampak
dalam skala besar, maka yang demikian merupakan ciri era transhumanisme sudah
terwujud. Era transhumanisme adalah era dimana setiap individu sudah mampu
bertransformasi secara mandiri (individual transformatif/INTIF) dan organisasi
sudah bisa mentransformasikan dirinya menjadi organisasi yang efektif sebagai
budaya unggulnya (organisasional transformatif/ONTIF).
Dari aktivitas knowledge
sharing / knowledge transfer para
INTIF dan atau ONTIF maka akan suatu penemuan kembali masa depan (reinventing the future), yaitu suatu
model kehidupan kal jasad. Model kehidupan demikian bersendikan sharing community, yakni masyarakat yang
bersifat madani (civil society), yang
akan mendisrupsi model kehidupan masyarakat yang saling menindas (sosial
piramid). Sendi kehidupan yang lain berupa sharing
economy, yakni terlaksananya konsep koperasi secara paripurna sebagai soko
guru perekonomian bangsa (model koperasi yang dimaksud bisa disimak DISINI).
Model perekonomian yang demikian akan mendisrupsi model ekonomi kapitalis.
Knowledge sharing / knowledge
transfer dalam prosesnya haruslah berbasis teknologi informasi (knowledge process base on IT) untuk
memudahkan akses. Pada tahap awal, sebagai prototype seperti website
www.mataharipagi.online yang ditunjang oleh berbagai media sosial dan email.
Kedepannya, suatu keharusan dalam menghadapi tantangan zaman, dijalankan dengan
format massive open online course
(MOOC). Meskipun pernah di uji coba, namun tantangan terbesarnya terletak pada
pengemasan konten secara menarik.
Terakhir, seluruh lalu lintas ilmu pengetahuan harus
terdokumentasikan secara cermat dalam suatu knowledge
storage yang berfungsi sebagai perpustakaan, yakni Aris Munandar Library.
Dalam perkembangannya, suatu model big data haruslah dikembangkan. Big data ini
diperlukan untuk mengolah data dengan volume,
velocity, dan variety yang begitu besar. Big data dapat menyajikan akar
pemasalahan, trend kebiasaan, perhitungan risiko. Dan hal ini tidak bisa
diselesaikan oleh matahari yang merangkak ke senja hari. Kita harus menguras
malam hingga terlahir Matahari Pagi penerang esok hari.
Aris Munandar – Matahari Pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar