Tiap kali hujan datang, sebagian warga di wilayah Kecamatan Baleendah bisa dipastikan terkena banjir. Jalanan macet, warga yang mengungsi, perahu ban dan kayu milik warga, bahkan perahu tim SAR sudah menjadi pemandangan biasa. Terutama di lokasi 'langganan banjir' seperti Andir dan Dayeuhkolot. Seperti yang terjadi akhir akhir ini.
Menurut Tati Haryati, warga kampung Cigosol, Andir, banjir parah dan terus menerus tiap hujan baru terjadi mulai tahun 2003. Sebelumnya, hanya dialami warga 5 tahun sekali. Sejak adanya pemindahan letak 'gorong gorong' yang tadinya di taruh di permukaan tanah sungai cisangkuy ke bawah tanah.
" Kalo dulu kan, sungai meluap baru terjadi banjir. Sekarang,sungainya belum penuh sudah banjir duluan. Karna lubang gorong gorongnya kan di bawah," ungkap Tati sambil mengenang kondisi kampungnya yang dulu. Kalau dulu warga senang meski hujan datang. Sekarang, hujan datang serasa dikejar hantu.
Kondisi yang menahun inilah yang mendorong komunitas relawan dan donatur Berbagi Matahari yang disingkat K-BM Kabupaten Bandung dan Persaudaraan Muslimah (Salimah) Baleendah senantiasa bersiap memberi bantuan kala musim hujan melanda. Kedua komunitas yang berbasis di Baleeendah ini aktif memberi donasi berupa nasi bungkus dan kebutuhan warga langsung ke bagian dalam yang biasanya jarang terjangkau oleh masyarakat umum yang juga memberi bantuan.
Siang hingga menjelang sore, Jumat (1/3) diantara lebat dan petir yang menyambar nyambar, relawan K-BM dan Salimah Baleendah membagikan donasi berupa ratusan nasi bungkus di beberapa titik antara lain kampung Ciputat dan Parunghalang. Sebelumnya, mereka juga sdh membagikan ke desa desa lain seperti bolero, cigosol, bantara sungai citarum, cikarees yang warganya selalu cemas setiap musim hujan tiba.
"Kami tadi maju kena mundur kena. Masuk lewat GPA gak bisa tembus. Balik lagi ke jembatan. Di sana ada perahu dan untuk menjangkau bagian dalam, kita harus dua kali naik perahu," cerita Reni Wulandari, salah satu relawan Salimah. Kesaksian yang sama diungkap relawan K-BM, Rumawat. Dari titik kumpul donasi, mereka berangkat dengan mobil pribadi. Melihat kondisi, akhirnya menyewa angkot untuk ke lokasi dalam. Delman atau yg orang sunda sebut 'kretek' yang biasanya banyak digunakan juga tidak terlihat. Dan akhirnya bantuan dibawa memakai perahu warga. " Maju kena mundur kena, kita sudah bertekad siap basah dan kotor demi saudara saudara kita yang kebanjiran. Semoga bantuan kecil kami manfaat meringankan," ujar Mawat yang diamini rekan rekannya. (*)
Yusrianti Y Ponto - Komunitas Berbagi Matahari.
ah keren luar biasa.. semoga selalu berlanjut kegiatan ini.. dan mudah2an bermanfaat untuk yg menerimanya.. amiin
BalasHapusSemangat terus menebar kebaikan... Itu menular..
BalasHapusAllah membersamai.
Allahuakbar!!!