Kamis, 28 Februari 2019

Pendidikan Sabar, Syukur (S2)


Pendidikan bukan sekedar proses pembelajaran pengetahuan saja yang ditempuh hingga pendidikan tinggi seperti S1, S2 maupun S3. Namun, pendidikan rohani pun tidak bisa dihilangkan dan diabaikan begitu saja. Hal ini perlu diamalkan secara matang dan lebih banyak kembali pelajar dari para Rasul dan Sahabatnya, hingga menerapkan nasehat dari para ulama.

Pendidikan rohani ini diantaranya yang bisa di tarik yakni "Sabar, Syukur". Ketiga hal tersebut sangat penting diaplikasikan dalam kehidupan manusia yang masih hidup sementara di dunia ini. Menerapakan tiga sifat tersebut terbilang sulit dan bisa pula muda, itu bagaimana cara pandang pemikiran yang dijalankan oleh setiap manusianya itu sendiri.

Untuk sabar sendiri kadang pemikiran manusia masih sulit dan lemah, dan yang selalu terucap, "sabar melulu tetap seperti ini" dan lain lain yang terlontar dari lidah yang tak bertulang. Bentuk kasih sayang Allah swt terhadap hambanya dengan cara memberikan ujian, seperti halnya ketika menempuh pendidikan jika pendidikan tinggi yang dicapai maka harus melalui proses ujian diantaranya yang ditempuh.

Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh semakin sulit ujian yang dihadapi, hal tersebut tergantung kepada manusia yang menghadapi ujian tersebut. Ini pun sama halnya dengan kehidupan, semakin tinggi keimanan manusia maka akan semakin tinggi pula ujian yang menerpa, tinggal bagaimana sikap dalam menghadfapi ujian tersebut. Hanya sebuah kesabaran, tidak lemah, dan memohon petunjuklah kepada Sang Pencipta.

Jelas diterangkan dalam firman Allah swt 

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ 
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu...." (QS. Al-Baqarah: 45)

Dalam ayat tersebut sudah jelas bahwa memintya pertolongan baik dalam tertimpa musibah ataupun kesulitan, untuk mendapatkan pertolongan dengan cara bersabar dan shalat.

Allah swt tidak bosan nya dan terus memberikan nikmat kepada hambanya, nikmat iman maupun nikmat islam. Bernafas, melihat, mendengar itupun bagian dari nikmat yang telah diberikan Allah swt kepada kita. Rasa nikmat itu tinggal kita syukuri dan berterima kasih, kepada yang telah memberi nikmat. Jangan lalai apalagi hanya sekedar dinikmati saja kenikmatannya hingga lupa terhadap pemberi nikmat.

Dalam hal ini, lupa hingga meninggalkan shalat, tidak membaca Al-qur'an, tidak berbakti kepada kedua orang tua dan lainnya. Orang - orang yang jauh lebih sempurna dari kita sdelalu bersyukur seperti yang tidak bisa melihat tetapi mampu menghafal Al-qur'an, tidak memiliki tangan tetapi mampu mengembangkan kreatifitasnya dengan melukis menggunakan kaki.

Sebagaimana dalam firman Allah swt

فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar-Rahman : 55)

Maka kita jangan jadi manusia pendusta dan ingkar tetapi jadi manusialah yang banyak bersyukur dan beramal sholeh. Selain itu, jika masih tertimpa masalah dan doa belum terkabulkan maka teruslah bersabar dan memohon petunjuk agar dimudahkan jalan keluar saat ditimpa masalah. Juga teruslah bersyukur kepada Allah swt meski apa yang kita dapatkan tidak sepenuhnya didapatkan, jika belum terkabul doa nya suatu saat terkabul di akherat kelak.


Panji Setiaji, A.Md.Kom 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"