“Lakukan hal-hal kecil yang positif. Kita
tidak tahu bagaimana hal kecil itu bisa bermanfaat bagi yang lain suatu hari
nanti” ~ Debz
Pada
dasarnya, setiap orang memiliki hati yang baik yang mudah tersentuh dan peduli
pada sesama. Hanya mungkin mereka tak paham bagaimana menyalurkan kebaikan
hatinya itu. Banyak yang berpikir bahwa membantu sesama adalah dengan materi.
Padahal berbagi sebenarnya tak harus melulu tentang materi. Berbagi ilmu pun
merupakan suatu kebaikan yang bisa kita lakukan secara mudah dan sederhana.
Yang penting, lakukan semuanya itu dengan tulus tanpa berharap apa pun.
Sejak
kecil, saya sudah terbiasa melihat almarhumah ibu saya mengajar di kelas
gratisnya di sebuah kampung di kota Solo. Walaupun hanya satu kali seminggu,
namun kelas gratis ini mengundang banyak anak-anak kampung untuk datang dan
berkegiatan bersama. Tak hanya belajar Matematika atau baca-tulis, namun ibu
saya juga mengajarkan keterampilan sederhana dan kelas masak yang paling
disukai anak-anak. Aroma bolu kukus hingga aroma klepon yang legit cukup sering
mewarnai kelas memasak yang diadakan oleh ibu saya dengan alat-alat sederhana
yang ada di rumah. Satu hal yang saya tangkap saat itu: anak-anak mampu merekam
serta memahami apa yang diajarkan dengan mudah jika semua itu dilakukan dengan
‘cara senang-senang’ dan terjun langsung mempraktekkannya. Selain itu, saya
juga melihat ketulusan ibu saya dalam melakukannya secara gratis dan sukarela,
bahkan mengeluarkan biaya sendiri dari uang gajinya yang tak seberapa.
Kepindahan
saya ke Bali, mempertemukan saya dengan sosok-sosok baik hati, seperti kak Dewa
Gede Agung Dharmayasa yang akhirnya kami sepakat mendirikan Komunitas
Kanaditya. Walaupun sudah berjalan secara tidak resmi sejak jauh hari, namun
kami tentukan resminya komunitas ini pada Januari 2012. Kanaditya sendiri
berasal dari gabungan dua Bahasa Sanskerta ‘Kanaka’ dan ‘Aditya’ yang bermakna
‘Matahari. Kanaditya focus pada literasi, edukasi dan social works bagi
anak-anak yang membutuhkan dari keluarga kurang mampu. Selain Matahari memiliki
makna menyinari tanpa pamrih, kami juga yakin bahwa setiap anak asuh Kanaditya
bisa menjadi cahaya bagi diri dan sekitarnya suatu hari nanti. Saat ini, selain
di sekolah-sekolah formal yang mengundang kami, Kanaditya juga rutin memberikan
edukasi non-formal pada anak-anak penderita kanker di rumah sakit, pasien anak
serta keluarga pasien di sebuah rumah sakit di Badung, anak-anak buruh suwun di
pasar, anak-anak berkebutuhan khusus hingga anak-anak penyandang cacat fisik di
sebuah sekolah. Tak hanya di Bali, Kanaditya juga cukup sering mendapat
undangan untuk berkegiatan bersama para pengungsi (Afghanistan, Somalia,
Eritrea dan Ethiopia) binaan UNHCR serta anak-anak penderita Thalassemia di Bogor
dan Bekasi.
Tips dari
Kanaditya:
- Tak perlu menunggu untuk melakukan aksi. Semua pasti sudah paham tentang rule nomor 1 ini, namun mungkin banyak yang tak tahu bagaimana melakukan aksi tersebut. Amati lingkungan sekitar dan temukan apa yang diperlukan oleh orang-orang di sekitar kita sepertinya menjadi langkah awal untuk memulai suatu aksi baik.
- Jika memungkinkan, rumah kita bisa menjadi langkah awal untuk memulai aksi, misalnya menjadikannya sebagai sanggar kecil atau perpustakaan mini agar anak-anak di sekitar bisa datang dan berkegiatan.
- Anak-anak sangat suka dengan kegiatan yang melibatkan mereka secara langsung. Jika ada kegiatan storytelling atau read-a-loud, sisipkan kuis berhadiah yang bisa memacu anak untuk bersemangat.
- Kanaditya selalu menyelipkan sesi craft atau ketrampilan dalam setiap kegiatannya. Selama ini, cara ini efektif untuk menarik minat anak untuk membaca dan berinteraksi dengan kita. Jika memungkinkan, sesuaikan craft dengan buku yang kita bacakan atau cerita yang kita dongengkan.
- Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, namun mereka memiliki satu kesamaan: mereka suka mendengarkan cerita. Entah mereka adalah anak-anak para refugee dari negara asing dan anak-anak di sekolah swasta di mancanegara hingga anak-anak di Kelas Pasar Kanaditya, semua memiliki kesamaan yang antusias mendengarkan cerita yang belum pernah mereka dengar sebelumnya.
- Entah untuk event besar atau bahkan hanya kegiatan di Kelas Pasar, Kanaditya selalu membuat ‘activity breakdown’ sebagai semacam ‘pedoman’ agar kegiatan bisa berjalan lancar.
Literasi
dan kegiatan social sebenarnya memiliki kaitan yang cukup erat di mana melalui
kegiatan social biasanya kita bisa melakukan gerakan literasi secara lebih luas
dan menyentuh langsung pada target utama kita. Kegiatan social tentunya
memerlukan orang-orang yang mau terlibat di dalamnya secara sukarela dan tulus.
Di sinilah umumnya tantangan sebuah komunitas social untuk menemukan
sosok-sosok yang memiliki hati dan pemikiran yang sama.
Selain
kegiatan social di mana Kanaditya terjun langsung, Kanaditya juga menerbitkan
majalah online gratis ‘Arkuma Kidz’ sebagai dedikasi Kanaditya kepada gerakan
literasi dan anak-anak Indonesia. Arkuma Kidz merupakan hasil karya bersama
para relawan Kanaditya. Artikel utama dalam Arkuma Kidz ini adalah kisah
inspiratif dari tokoh yang Kanaditya wawancara. Artikel-artikel yang lain
merupakan artikel pengetahuan hingga permainan seru. Majalah ini bisa diunduh
secara gratis dari situs resmi Kanaditya DISINI. Arkuma Kidz juga
menerima kiriman karya anak-anak usia Sekolah Dasar untuk dimuat dan
mendapatkan merchandise seru dari
Arkuma Kidz. Karya tersebut bisa berupa puisi, gambar dan cerita pendek 100
kata.
“Jangan pernah berhenti belajar. Suatu ilmu
pasti akan bermanfaat, sekecil apa pun ilmu itu” ~ Debz.
Debby Lukito Goeyardi - Penulis, Storyteller, Pegiat Literasi & Filantropis.
subhanallah luar biasa ,, banyak ilmu yang didapat dari THE POWER OF LITERACY & SOCIAL WORKS
BalasHapusTerima kasih banyak, mas. Teruslah berbagi kebaikan pada sesama karena Alam Semesta mencatat segala tindakan baik kita . ~ Debby Lukito Goeyardi
Hapus