Minggu, 03 Mei 2020

SEKSUALITAS & LiTERASI, Sebuah Pratinjau

Semilir adalah sebuah ajang mengorganisasikan gagasan dan mendiskusikannya. Gagasan tersebut ditulis dalam bentuk esai. Sebelum diterbitkan, gagasan esai tersebut akan didiskusikan terlebih dahulu. Untuk itu, pratinjau ini dimaksudkan sebagai bahan pemantik terhadap diskusi tersebut. Pratinjau ini merupakan tinjauan terhadap gagasan esai yang terdiri dari 2 (dua) bagian. Bagian pertama, memotret gagasan-gagasan dan poin menarik yang ada dalam esai menjadi sebuah ikhtisar. Bagian kedua, catatan-catatan editor terhadap hal-hal yang terkait dengan bagian pertama.

Pemantik diskusi ini sengaja disajikan dalam bentuk pratinjau, karena untuk menjaga originalitas karya penulis. Diskusi kali ini akan menyajikan judul “Seksualitas & Literasi” dengan narasumber Nurhayati, selaku penulisnya. Esai ini nanti akan bisa dibaca dalam buku SEMILIR: Literasi-Kita-Kini yang akan diterbitkan oleh Matahari Pagi.

Ikhtisar 

Ada hal menarik yang perlu digarisbawahi pada pembahasan kita  kali ini, yaitu: (a) terjadinya tren peningkatan kasus pelecehan seksual pada anak dan seks pranikah pada remaja; (b) anak dan remaja sebagai kelompok yang rentan terhadap pelecehan seksual; (c) keluarga, sekolah, dan masyarakat masih menganggap tabu pendidikan seks; dan (d) peran orangtua dalam pengasuhan yang kurang dan berlebihan cenderung memperbesar kemungkinan perilaku seksual berisiko pada remaja.

Dalam esai ini, Nur lebih banyak menyoroti seksualitas pada anak dan remaja, serta bagaimana literasi seharusnya berperan.

Secara garis besar, Nur dalam esainya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, fenomena pelecehan seks dan rendahnya tanggung jawab lingkungan.

Kedua, peningkatan korban kekerasan seksual pada anak sebagai pelanggaran UU no. 4/1979 tentang Kesejahteraan Anak dan UU no. 39/1999 tentang HAM.

Ketiga, peningkatan korban kekerasan seksual pada anak sebagai ancaman masa depan bangsa.

Keempat, pentingnya literasi seksualitas di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, disamping peranan pemerintah.

Kelima, masih banyak orangtua menganggap seksualitas tabu untuk dibahas pada anak dan menganggap sebagai pembahasan hanya untuk orang dewasa.

Keenam, pengertian literasi dan seksualitas.

Ketujuh, perkembangan seksualitas menurut Freud.

Kedelapan, literasi dipandang dapat menanggulangi sisi negatif seksual.

Kesembilan, penulis mendorong orangtua, sekolah, dan masyarakat untuk lebih masif menggerakan literasi seksualitas.


Pratinjau 

Apa peranan yang bisa kita lakukan untuk menanggulangi rendahnya tanggung jawab lingkungan terhadap fenomena pelecehan seksual?  

Apakah tingkat pendidikan dan ekonomi memiliki pengaruh terhadap terjadinya kekerasan seksual?

Apa yang terjadi jika peningkatan kekerasan dan pelecehan seksual terus terjadi?

Apa yang akan terjadi jika korban kekerasan dan pelecehan seksual tidak ditangani secara tuntas?

Pendekatan apa yang dipandang paling efektif untuk membongkar tabu di keluarga, sekolah, dan masyarakat ketika membicarakan pendidikan seks?

Kegiatan literasi seperti apa yang paling mendesak dilakukan? Kepada siapa?

Apakah pendekatan teoritis perkembangan seksualitas berdasarkan psikoanalis Freud bisa berdiri sendiri?


Semilir: Literasi-Kita-Kini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"