Semilir adalah sebuah ajang mengorganisasikan gagasan dan mendiskusikannya. Gagasan tersebut ditulis dalam bentuk esai. Sebelum diterbitkan, gagasan esai tersebut akan didiskusikan terlebih dahulu. Untuk itu, pratinjau ini dimaksudkan sebagai bahan pemantik terhadap diskusi tersebut. Pratinjau ini merupakan tinjauan terhadap gagasan esai yang terdiri dari 2 (dua) bagian. Bagian pertama, memotret gagasan-gagasan dan poin menarik yang ada dalam esai menjadi sebuah ikhtisar. Bagian kedua, catatan-catatan editor terhadap hal-hal yang terkait dengan bagian pertama.
Pemantik diskusi ini sengaja disajikan dalam bentuk pratinjau, karena untuk menjaga originalitas karya penulis. Diskusi kali ini akan menyajikan judul “Bermainlah dalam Kenyataan Figital” dengan narasumber Hazar Widiya Sarah, selaku penulisnya. Esai ini nanti akan bisa dibaca dalam buku SEMILIR: Literasi-Kita-Kini yang akan diterbitkan oleh Matahari Pagi.
Ikhtisar
Ada hal menarik yang perlu digarisbawahi pada pembahasan kita kali ini mengenai tujuh sifat generasi Z dan Alpha, yaitu: (a) Figital, yaitu ekuivalensi antara aspek fisik dengan aspek digital; (b) Hiper-Kustomisasi, yakni identifikasi dan penyesuaian identitas diri agar dikenal; (c) Realistis, maksudnya lebih pragmatis dalam dalam memadang dan mempersiapkan masa depan; (d) FOMO, positifnya mereka selalu terdepan dalam tren dan kompetisi. Sedangkan negatifnya, selalu dilanda kekhawatiran kurang cepat bergerak dan tidak menuju arah yang benar; (e) Weconomist, kolaboratif sebagai fondasi dari sharing economy; (f) DIY, “jika ingin melakukannya dengan benar, maka lakukanlah sendiri;” dan (g) Terpacu, mereka lebih giat dan kompetitif.
Dalam esai ini, Sarah lebih secara khusus akan menyoroti aspek figital pada generasi Z dan Alpha.
Secara garis besar, Sarah dalam esainya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, masih banyaknya orangtua yang memberlakukan pembatasan gadget kepada anak-anaknya ditengah era Internet of Things (IoT).
Kedua, menggambarkan konsep pembelajaran figital pada anak.
Ketiga, konten digital yang dijadikan bahan pembelajaran sebagai aspek pertama pada konsep tersebut.
Keempat, stimulasi imajinasi sebagai aspek kedua.
Kelima, memberikan muatan fisik/kinestetik pada aspek ketiga.
Keenam, kenyataan figital sebagai tantangan baru bagi orangtua dan pendidik.
Ketujuh, perlunya penyesuaian pola asuh bagi orangtua dan pola didik bagi para pendidik.
Pratinjau
Siapa itu generasi Z dan Alpha? Kemana generasi millenial?
Kenapa pembatasan gadget akan berdampak negatif?
Seperti apa konsep pembelajaran figital pada anak?
Tidakah menjadikan konten digital sebagai bahan pembelajaran pada anak akan menjerumuskan mereka menjadi pecandu gadget?
Kenapa imajinasi anak harus distimulasi?
Bagaimana bisa konten digital diberi muatan fisik/kinestetik?
Kenapa orangtua dan pendidik harus merasa tertantang dengan adanya kenyataan figital ini?
Kenapa orangtua dan pendidik harus menyesuaikan pola asuh dan pola didik? Bukankah pola asuh dan pola didik yang ada saat ini sudah teruji dan terbukti?
Semilir: Literasi-Kita-Kini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar