Seringkali kita bereksposisi, misalnya saat menolak ajakan teman untuk kemping atau ketika ingin membeli sebuah buku, pastinya kita menyampaikan alasan atau pendapat, itu artinya kita sedang bereksposisi.
Bahkan saat mengomentari penampilan orang lain, kita pun
sedang bereksposisi karena untuk mengomentari penampilan, kita perlu menyampaikan
opini yang didalamnya terdapat argumen dan fakta.
Jadi saat mengobrol bersama teman, kemudian membahas suatu
masalah dan menyampaikan pandangan-pandangan mengenai masalah tersebut, bahkan
sampai mengemukakan solusinya, Lagi-lagi kita sedang bereksposisi.
Jadi eksposisi adalah jenis teks yang sangat dekat dengan
keseharian, bahkan semua orang sering menggunakannya.
selanjutnya…
Mempelajari teks eksposisi, benarkah untuk menanggapi beragam
masalah?
Jika mengacu kepada fungsi teks eksposisi yakni teks yang
mengupas suatu masalah disertai sejumlah argumen dan fakta. Maka teks eksposisi
bisa menjadi media untuk melatih critical thinking kita. Dengan
menganalisis berbagai permasalahan kita dapat mendeteksi ketidakkonsistenan
dalam bernalar, selain itu kita juga dapat mengidentifikasi informasi yang
relevan dari sumber-sumber terpercaya, sehinga kita terbantu dalam membangun
dan mengevaluasi argumen.
Hal di atas, memampukan kita untuk melihat masalah secara
logis dan mengarah pada pengambilan keputusan yang tepat.
Untuk bisa mengidentifikasi sebuah masalah, kita dituntut
untuk mengenali penyebab dan dampak yang mungkin akan muncul dari permasalahan
tersebut. Seperti permasalahan yang melanda kita secara global. Covid-19
digadang-gadang sebagai penyakit yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru
dengan gelaja klinis demam, batuk, pilek, letih, lesu, sakit tenggorokan dan
sesak nafas.
Dampak yang timbulkan oleh Conavirus pun cukup besar, tak
tanggung-tanggung hampir seluruh sektor terkena imbasnya, baik dari sektor
kesehatan, ekonomi bahkan pendidikan mengalami dampak serius akibat pandemi Covid-19
ini.
Sejak kasus pertama covid-19 pada awal maret 2020, pemerintah
telah mencoba berbagai upaya untuk menanggulangi dan meredam dampak dari
pandemic covid-19 tersebut.
Berbagai upaya pemerintah tersebut tentu saja menuai pro dan
kontra, namun bukankah esensi eskposisi adalah menyampaikan pandangan-pandangan
tentang sebuah permasalahan bahkan mengemukakan solusinya?
Sejatinya ‘masalah’ merupakan kendala yang harus kita
selesaikan, siapa pun dapat mengasah kepekaan terhadap masalah yang sedang terjadi,
baik dalam lingkup terkecil sampai dengan terbesar, dari mulai lingkup rumah,
kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional bahkan dunia.
Kita dapat mengasah kepedulian kita dengan cara ikut
berpikir, mengenali penyebab dan dampaknya serta menyuarakan setiap gagasan
yang mungkin bisa menjadi jalan keluar terbaik.
Semisal tulisan Dahlan Iskan yang berjudul Wajib Karantina,
merupakan tanggapan dari kebijakan Anies Baswedan untuk memberlakukan PSBB lagi
mulai 14 September 2020. Dalam tulisan tersebut disampaikan bahwa ada jalan
lain yang bisa dipakai untuk kompromi, selain PSBB yang dinilai Dahlan Iskan
menuai pro dan kontra.
Gagasan yang diusung oleh Dahlan Iskan tersebut bertolak dari
data siapa saja yang punya penyakit-penyakit rentan, sehingga jika terpapar
virus Covid-19 akan berdampak fatal. Penyakit rentan tersebut ada empat yakni
gangguan pernafasan, sakit jantung, darah tinggi dan diabetes.
Mereka itulah yang mempunyai penyakit comorbid dan tidak
boleh dekat-dekat dengan penderita Covid-19, nah menurut Dahlan Iskan karena
sulit diketahui orang terdekat kita pembawa virus atau tidak, maka bisa jadi
penderita penyakit comorbid itu diberi gelang elektronik yang warnanya
mencolok. Gelang tersebut berfungsi untuk mengingatkan orang lain agar jangan
terlalu mendekati penderita penyakit comorbid tersebut. hal ini diusung agar
kepentingan ekonomi tetap terakomodasi dan kepentingan kesehatan tidak seperti
dikorbankan.
Dari kacamata eksposisi tentu saja tulisan Dahlan Iskan
tersebut menjadi sarana dalam mengemukakan pendapat serta saran yang bisa
menjadi alternatif solusi. Terlepas dari jalan keluar tersebut mau dipergunakan
atau tidak. Namun esensinya semua orang dapat memberikan andil untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lingkungan.
Sehingga berlatih menulis teks eksposisi, bisa menjadi sarana
untuk terus mengasah pemecahan masalah. Untuk bisa memberi solusi tepat guna,
pertama kita harus lebih responsif, jeli dalam melihat suatu permasalahan dan
cepat tanggap terkait kejadian yang terjadi. Kedua kita harus proaktif yaitu
mau terlibat dan mengambil peran untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Menyadur perkataan Mardigu Wowiek dalam obrolannya dengan
Gita Wirjawan, kita hebat bukan karena bakat, lebih karena kita melakukan kegiatan
tersebut secara berulang, jadi kemampuan problem solving yang baik pun
didapat dari proses yang terus-menerus diulang, dan berksposisi bisa menjadi
wadah yang tepat.
Selamat mencoba! (Hazar Widiya Sarah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar