Senin, 28 September 2020

Mempelajari teks eksposisi, benarkah untuk menanggapi beragam masalah?


    
Seringkali kita bereksposisi, misalnya saat menolak ajakan teman untuk kemping atau ketika ingin membeli sebuah buku, pastinya kita menyampaikan alasan atau pendapat, itu artinya kita sedang bereksposisi.

    Bahkan saat mengomentari penampilan orang lain, kita pun sedang bereksposisi karena untuk mengomentari penampilan, kita perlu menyampaikan opini yang didalamnya terdapat argumen dan fakta.

    Jadi saat mengobrol bersama teman, kemudian membahas suatu masalah dan menyampaikan pandangan-pandangan mengenai masalah tersebut, bahkan sampai mengemukakan solusinya, Lagi-lagi kita sedang bereksposisi.

    Jadi eksposisi adalah jenis teks yang sangat dekat dengan keseharian, bahkan semua orang sering menggunakannya.

    selanjutnya…

    Mempelajari teks eksposisi, benarkah untuk menanggapi beragam masalah?

    Jika mengacu kepada fungsi teks eksposisi yakni teks yang mengupas suatu masalah disertai sejumlah argumen dan fakta. Maka teks eksposisi bisa menjadi media untuk melatih critical thinking kita. Dengan menganalisis berbagai permasalahan kita dapat mendeteksi ketidakkonsistenan dalam bernalar, selain itu kita juga dapat mengidentifikasi informasi yang relevan dari sumber-sumber terpercaya, sehinga kita terbantu dalam membangun dan mengevaluasi argumen.

    Hal di atas, memampukan kita untuk melihat masalah secara logis dan mengarah pada pengambilan keputusan yang tepat.

    Untuk bisa mengidentifikasi sebuah masalah, kita dituntut untuk mengenali penyebab dan dampak yang mungkin akan muncul dari permasalahan tersebut. Seperti permasalahan yang melanda kita secara global. Covid-19 digadang-gadang sebagai penyakit yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru dengan gelaja klinis demam, batuk, pilek, letih, lesu, sakit tenggorokan dan sesak nafas.

    Dampak yang timbulkan oleh Conavirus pun cukup besar, tak tanggung-tanggung hampir seluruh sektor terkena imbasnya, baik dari sektor kesehatan, ekonomi bahkan pendidikan mengalami dampak serius akibat pandemi Covid-19 ini.

    Sejak kasus pertama covid-19 pada awal maret 2020, pemerintah telah mencoba berbagai upaya untuk menanggulangi dan meredam dampak dari pandemic covid-19 tersebut.

    Berbagai upaya pemerintah tersebut tentu saja menuai pro dan kontra, namun bukankah esensi eskposisi adalah menyampaikan pandangan-pandangan tentang sebuah permasalahan bahkan mengemukakan solusinya?

    Sejatinya ‘masalah’ merupakan kendala yang harus kita selesaikan, siapa pun dapat mengasah kepekaan terhadap masalah yang sedang terjadi, baik dalam lingkup terkecil sampai dengan terbesar, dari mulai lingkup rumah, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional bahkan dunia.

    Kita dapat mengasah kepedulian kita dengan cara ikut berpikir, mengenali penyebab dan dampaknya serta menyuarakan setiap gagasan yang mungkin bisa menjadi jalan keluar terbaik.

    Semisal tulisan Dahlan Iskan yang berjudul Wajib Karantina, merupakan tanggapan dari kebijakan Anies Baswedan untuk memberlakukan PSBB lagi mulai 14 September 2020. Dalam tulisan tersebut disampaikan bahwa ada jalan lain yang bisa dipakai untuk kompromi, selain PSBB yang dinilai Dahlan Iskan menuai pro dan kontra.

    Gagasan yang diusung oleh Dahlan Iskan tersebut bertolak dari data siapa saja yang punya penyakit-penyakit rentan, sehingga jika terpapar virus Covid-19 akan berdampak fatal. Penyakit rentan tersebut ada empat yakni gangguan pernafasan, sakit jantung, darah tinggi dan diabetes.

    Mereka itulah yang mempunyai penyakit comorbid dan tidak boleh dekat-dekat dengan penderita Covid-19, nah menurut Dahlan Iskan karena sulit diketahui orang terdekat kita pembawa virus atau tidak, maka bisa jadi penderita penyakit comorbid itu diberi gelang elektronik yang warnanya mencolok. Gelang tersebut berfungsi untuk mengingatkan orang lain agar jangan terlalu mendekati penderita penyakit comorbid tersebut. hal ini diusung agar kepentingan ekonomi tetap terakomodasi dan kepentingan kesehatan tidak seperti dikorbankan.

    Dari kacamata eksposisi tentu saja tulisan Dahlan Iskan tersebut menjadi sarana dalam mengemukakan pendapat serta saran yang bisa menjadi alternatif solusi. Terlepas dari jalan keluar tersebut mau dipergunakan atau tidak. Namun esensinya semua orang dapat memberikan andil untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lingkungan.

    Sehingga berlatih menulis teks eksposisi, bisa menjadi sarana untuk terus mengasah pemecahan masalah. Untuk bisa memberi solusi tepat guna, pertama kita harus lebih responsif, jeli dalam melihat suatu permasalahan dan cepat tanggap terkait kejadian yang terjadi. Kedua kita harus proaktif yaitu mau terlibat dan mengambil peran untuk memecahkan permasalahan tersebut.

    Menyadur perkataan Mardigu Wowiek dalam obrolannya dengan Gita Wirjawan, kita hebat bukan karena bakat, lebih karena kita melakukan kegiatan tersebut secara berulang, jadi kemampuan problem solving yang baik pun didapat dari proses yang terus-menerus diulang, dan berksposisi bisa menjadi wadah yang tepat.


Selamat mencoba! (Hazar Widiya Sarah)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"