Jumat, 23 Maret 2018

Remaja Berintegritas : Kuncup Generasi Emas Masa Depan



Fase remaja adalah suatu fase yang penuh dengan perubahan. Dibanding dengan fase pemuda yang lebih menunjukan kematangan dan kemantapan, remaja dalam konteks ini lebih mewakili perubahan itu sendiri, baik perubahan dirinya sebagai individu maupun sebagai yang akan menentukan suatu bangsa nantinya. 

Definisi remaja, menurut Santrock, adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional. Menurut fasenya, remaja terbagi menjadi fase remaja awal (12-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun).

Dalam proses perkembangan tersebut, kita dapat memotretnya dari sisi fisik dan psikologis. Memotret remaja dari sisi perkembangan fisik, yaitu dimulai saat pertama kali menunjukan tanda-tanda mencapai kematangan seksual. Fase ini disebut masa pubertas. Sementara Dilihat dari psikologi perkembangan, perkembangan remaja adalah fase penggantian moralitas dari konsep-konsep moral khusus ke konsep moral individual. Dampaknya, remaja akan mengalami ambiguitas pola pemikiran kognitif dan afektif sebagai pengaruh kepada perilaku yang akan ditampilkan. Contoh: pencarian identitas diri. Sehingga, remaja dikatakan sebagai masa restrukturisasi kesadaran sebagai konsep diri, yang terdiri dari: pemekaran diri sendiri (extension of self), kemampuan melihat diri secara objektif (self obejectivication), dan memiliki falsafah hidup tertentu (unfying philosophy of life).

Perkembangan remaja jika dilihat dari psikologi sosial, remaja ketika menghadapi fase ambiguitas, apabila mendapatkan dukungan sosial yang memadai maka akan memunculkan eksplorasi personal, kemandirian, self control. Sebaliknya, jika kurang dan atau tidak mendapatkan dukungan sosial maka remaja tersebut akan terus mengalami kebingungan-kebingungan yang akan berlanjut kepada ketidak-stabilan emosi.

Remaja yang dapat melakukan eksplorasi personal, kemandirian, self control adalah kondisi yang kian langka belakangan ini ditengah tantangan yang begitu besar. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengelompokan, setidaknya ada, 6 tantangan yang dihadapi remaja saat ini, yaitu : (1) harmonisasi pengembangan potensi remaja yang belum optimal, baik itu pengembangan potensi olah hati (etik), olah pikir (literasi) maupun olah raga (kinestetik); (2) besarnya populasi remaja yang tersebar diseluruh Indonesia; (3) belum optimalnya sinergi tanggungjawab antara sekolah, orangtua dan masyarakat; (4) tantangan globalisasi berupa pengaruh negatif teknologi informasi dan komunikasi terhadap gaya hidup remaja, serta pudarnya nilai-nilai religiusitas dan kearifan lokal bangsa; (5) terbatasnya pendampingan orangtua yang mengakibatkan krisis identitas dan disorientasi tujuan hidup anak; (6) keterbatasan sarana belajar dan infrastruktur. Bagaimanakah remaja tersebut menghadapinya?.

Sementara itu kita memiliki mimpi besar pada 100 tahun Indonesia merdeka, yaitu pada 17 Agustus 2045, yang digadang-gadang akan lahir generasi emas bangsa ini. Generasi yang akan membawa Indonesia pada puncak kemajuannya. Generasi tersebut haruslah sebuah generasi yang berasal dari proses transformasi yang terus menerus dilakukan. 
Untuk memastikan kesinambungan transformasi tersebut, maka mereka yang berada pada fase remaja haruslah mendapatkan dukungan sosial yang memadai supaya dapat meneruskan estafet cita-cita bangsa ini dengan baik. Hal tersebut dikarenakan fase remaja merupakan fase ujian yang krusial terhadap fondasi karakter yang dibangun dilingkungan keluarga menuju sosok warga bangsa yang diinginkan, yakni generasi emas. Seperti apakah yang dimaksud dengan generasi emas? Yaitu generasi yang cerdas berintegritas, yakni yang cerdas, berkarakter dan berintegritas.

Kecerdasan merupakan komponen dasar dari suatu perubahan. Cerdas, mencerdaskan dan pembelajar sepanjang hayat. Darinya mencerminkan pola pikir kritis, kreatif dan inovatif. Kecerdasan yang seperti itu membentuk mindset dalam karakter seseorang.
Karakter berfungsi sebagai pola dasar dari visi seseorang. Karakter yang dibentuk oleh literasi, etika, estetika dan kinestetik. Karakter yang demikian memastikan seseorang dapat beradaptasi pada lingkungan yang dinamis. Dengan senjata utamanya literasi, kemampuan yang dimilikinya bisa dikombinasikan sehingga menghasilkan problem solving. Remaja dengan problem solving yang baik adalah mereka yang terus menerus bertransformasi.
Transformasi itu sendiri sejatinya tergantung dimana posisi kita melihat. Jikalaulah kita berada pada posisi yang statis, maka zaman akan seolah-olah sebagai ancaman yang senantiasa berubah. Namun sebalinya, jika kita terus menerus bertransformasi maka pada gilirannya hal tersebut akan mendorong zaman untuk berubah, bergerak sejalan dengan pergerakan kita. 

Dalam fungsi sebagai transformator tersebut, kehadiran entitas-entitas literasi yang kian marak diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan. Meminjam istilah Bung Karno, kita hanya perlu mentransformasikan 10 pemuda untuk bisa mengguncangkan dunia. Bukan bermaksud untuk menggampangkan dalam melakukan usaha perubahan. Sebaliknya, dari sekian ribu remaja yang ada, apakah kita sanggup menghasilkan sepuluh pemuda yang dibutuhkan untuk mengguncangkan dunia? Hal tersebut menunjukan bahwa usaha mentransformasikan mereka menjadi generasi emas adalah usaha yang luar biasa sulit.

Dalam menghadapi kesulitan, saat itulah kekokohan integritas kita diuji. Apakah kecerdasan dan karakter kita merupakan satu kesatuan yang utuh ataukah dua sisi mata uang yang berlainan muka?  Integritas itu sendiri memiliki tiga dimensi, yaitu : dimensi inti, dimensi etos kerja dan dimensi sikap. Kejujuran, disiplin dan tanggung jawab merupakan inti dari integritas yang dibingkai dalam karakter sebagai DNA-nya. Etos kerja merupakan dimensi yang terdiri dari kerja keras, kesederhanaan dan kemandirian. Etos kerja itu sendiri didorong oleh empati. Pancaran kedua dimensi tadi terwujud dalam dimensi sikap yang adil, berani dan peduli.

Pada jejak-jejak yang lalu, kita bisa menelusuri keberadaan bangsa kita, kadang menjulang dan kadang pula tenggelam oleh gelombang zaman. Remaja selalu terlahir dalam setiap terjangan gelombang tersebut. Bukan sekedar untuk hadir, namun acapkali menghadang gelombang untuk kemudian menentukan arah zaman.

Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"