Menjadi orangtua
sama arti dengan masuk ke dalam seri petualangan, kita berupaya mendampingi
dengan cinta yang benar, yang menuntun anak menjadi sosok dewasa yang mampu
berpikir kritis dan bertanggung jawab.
Pada
kenyataannya banyak orangtua berpikir bahwa memberikan cinta berarti memusatkan hidup mereka di sekeliling anak, menjadi orangtua
siaga yang siap menolong kapan saja dibutuhkan, orangtua tipe ini selalu siap
untuk menyediakan makan siang, memintakan izin, dan membantu mengerjakan tugas
sekolah, dengan proteksinya mereka selalu menghalau anak dari berbagai gangguan.
Pola semacam ini menjadikan anak sebagai objek yang harus selalu dilindungi.
Memang mayoritas
orangtua merasa tidak nyaman jika harus membiarkan anak menanggung akibat dari perbuatannya
sendiri, ketika anak terluka, mereka juga merasa sakit. Akhirnya mereka
berusaha keras menjauhkan anak dari masalah. Namun kenyataanya kehadiran orangtua
dalam mendampingi anak terbatas, jalanan mulus yang senantiasa disiapkan oleh
orangtua tidak akan berlangsung selamanya, pada akhirnya anak harus mandiri
untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papannya. Permasalahan umum
seperti mengatur pengeluaran agar gaji tidak minus, mencari pasangan yang
tepat, bahkan ketika anak harus berhadapan dengan berbagai rintangan dalam
mewujudkan mimpinya, anak harus mencari jalan keluar sendiri dan semua itu
tidaklah simsalabim, anak kita harus berlatih.
Ketika masih
kecil, anak-anak memiliki pemikiran yang luar biasa, entah itu imajinasi untuk
menciptakan dunia baru ataupun keingintahuan mereka tentang segala hal yang ada
di sekelilingnya. Ide-ide aneh keluar tanpa takut dicela karena mereka masih
kecil dan semuanya terlihat lucu, namun ketika mereka beranjak dewasa
kebanyakan anak akan dilumpuhkan oleh rasa takut terhadap kegagalan dan
seringnya menghindari tantangan-tantangan baru yang muncul dihadapan mereka.
Orangtua sangat berperan dalam menghalau kondisi semacam ini, karena tanpa
disadari orangtualah yang terkadang mematikan daya juang anak.
Cinta yang
kurang sehat cenderung mendikte dan hal tersebut dapat melumpuhkan kreativitas,
mengubah pertanyaan besar menjadi pencarian jawaban yang dapat diterima dan
keengganan mengambil resiko menggantikan kesenangan berpetualang. Pada akhirnya
batasan-batasanlah yang menjadi pemenang, jika seperti ini anak menjadi lupa
bagaimana pernah berpikir di luar batas. lalu anak akan tumbuh dewasa tanpa
mempunyai cukup keterampilan untuk berkembang dalam dunia yang serba dinamis ini.
Kita pun
menyadari bahwa hidup adalah tentang bereksperimen dan yang paling seru dari
percobaan itu pada proses gagal-berhasil dibandingkan yang langsung benar. Anak
perlu diajari bahwa, meskipun keberhasilan adalah sesuatu yang baik namun
kegagalan merupakan sesuatu yang alami, karena sejatinya hidup adalah tentang
petualangan, maka akan lebih baik menjadi seseorang yang terus berupaya untuk
menghasilkan yang terbaik ketimbang menjalani hidup yang membosankan karena
enggan mengambil resiko.
Pencapaian
merupakan serangkaian anak tangga; kenaikannya adalah periode kegagalan,
sementara anak tangganya adalah dataran keberhasilan. Jika terus berada dalam
kondisi berhasil, maka kita tidak akan perbah menanjak, selamanya kita akan
berada pada posisi datar. Sedangkan orang-orang sukses adalah mereka yang
sering gagal, karena mereka berani untuk mencoba pengalaman dan tantangan baru
yang terus-menerus memberikan tekanan dan mereka akan mencoba sesuatu sampai
batas kemampuannya.
Bukan sesuatu
yang fatal jika kita mengalami kegagalan dan itu tidak mencerminkan kelemahan, tidak
perlu menjadi terpuruk yang terpenting saat mengalami kegagalan adalah
bertanggung jawab lalu lakukan analisis, jika rencana A gagal maka lakukan
rencana B, masih gagal maka lakukan rencana C dan seterusnya. Seperti yang
dikatakan Mary Kay Ash, pendiri kosmetik yang terkenal, “Dalam setiap
kegagalan, pasti terdapat pilihan tindakan yang dapat dilakukan. Anda hanya
harus menemukannya, jika anda menghadapi rintangan, berputarlah.”
Seperti kata
James Joyce “Kesalahan yang dilakukan seseorang adalah gerbang menuju
penemuannya”. Maka jika badai datang kita tidak perlu bertahan apalagi mundur,
yang perlu dilakukan hanyalah maju dan menangkan.
Hazar Widiya
Sarah.
Pegiat di Matahari Pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar