MENINJAU MEMBACA
SEBAGAI KETERAMPILAN ABAD 21.
Kita sering mendengar
jika abad 21 merupakan abad literasi. Pada perkembangan tersebut membaca (dan
menulis) termasuk kedalam salah satu dari 6 literasi dasar. Posisi vital dari
membaca menjadikan istilah tersebut sangat identik dengan literasi itu sendiri.
Membaca merupakan
aktivitas untuk memahami isi teks tertulis, baik yang tersirat maupun yang
tersurat, dan menggunakannya untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri
(Materi Pendukung Literasi Baca Tulis, Gerakan Literasi Nasional, Kemdikbud,
2017).
Pemahaman ini menjadi
penting bagi kita sebagai pengelola taman bacaan dengan layanan pustaka sebagai
layanan utamanya. Baik itu hanya berupa : layanan ruang baca, sirkulasi bahan
pustaka, atau bahkan layanan kelompok pembaca.
Jika kita menyediakan
layanan kelompok membaca, maka pengetahuan mengenai membaca akan sangat
membantu tugas kita.
JENJANG MEMBACA.
Penjenjangan membaca
diperlukan supaya pembaca dapat memilih bacaan yang tepat.
Pada umumnya kita
sering melakukan penjenjangan berdasarkan usia/umur pembaca, padahal sebaiknya
kita mengidentifikasi jenjang membaca seseorang berdasarkan kriteria
“kedewasaan” seseorang dalam membaca.
Terdapat 7 jenjang
membaca, yaitu : pra membaca, membaca dini, membaca awal, membaca lancar,
membaca lanjut, membaca mahir, dan membaca kritis.
Catatan untuk pra
membaca : aktivitas difokuskan pada membangkitkan minat baca, memberikan model
membaca yang fasih, dan memperkenalkan tulisan yang baik sebelum dapat membaca
mandiri.
Jenjang tersebut
memiliki kriteria berdasarkan isi, bahasa dan grafika.
Dengan penjenjangan
ini, kita dapat menyelaraskan bahan bacaan dengan kecakapan pembaca. Hal itu
menjadi penting, karena nantinya membaca akan memberikan pengalaman yang
menyenangkan.
MENGIDENTIFIKASI
JENJANG MEMBACA DAN MEREPRODUKSI PENGETAHUAN.
2 cara pokok dalam
mengidentifikasi jenjang membaca, yaitu : respons lisan dengan menceritakan
kembali dan respons tertulis.
Respons tertulis,
secara umum membahas : alur (awal-tengah-akhir) dan narasi cerita, menjelaskan
latar, membuat karakter yang kuat, membuat akhir yang berkesan, bermain dengan
sudut pandang.
Respons terhadap
bacaan oleh pembaca merupakan langkah awal menuju ke menulis. Sehingga literasi
baca-tulis merupakan satu kesatuan proses. Respons ini sebagai reproduksi
pengetahuan secara sederhana, berdasarkan pengalaman membaca.
PEMBELAJAR SEPANJANG
HAYAT, REPRODUKSI PENGETAHUAN DAN KECERDASAN MAJEMUK.
Kecerdasan majemuk,
terdiri dari : linguistik, musikal, logis matematis, visual spasial,
kinestetis, intrapersonal, interpersonal, dan naturalis. Teori yang dikemukakan
oleh Howard Grdner (1995) ini adalah teori kecerdasan yang sangat dekat dengan
isu literasi.
Secara awam, pastinya aktivitas
membaca ini akan langsung kita hubungkan hanya dengan kecerdasan linguistik.
Kemampuan menghubungkan pengetahuan baru dengan berbagai pengalaman sebelumnya.
Padahal membaca juga
dapat mengaktifkan jenis kecerdasan lainnya. Salah satunya adalah kecerdasan
visual spasial. Dengan membaca kita akan ditantang untuk dapat menghubungkan
konsep, ide, dan pola-pola unik lainnya.
Seperti telah
dikemukakan sebelumnya, jika membaca mendorong kita untuk memberikan respons
berupa reproduksi pengetahuan. Dengan mereproduksi pengetahuan, kita sedang
membentuk diri sebagai pembelajar sepanjang hayat.
BUKU JENDELA DUNIA.
Melalui penjenjangan
membaca dan reproduksi pengetahuan, kita menjadikan buku sebagai jendela dunia.
Ini senada dengan Konsep living books menurut Charlotte Mason (Dewayani, 2017),
yaitu :
Buku yang
menginspirasi dan mengajarkan tentang kehidupan melalui keindahan kata-kata,
cerita dan gambar.
Buku yang dapat
membawa anak masuk ke dalam cerita, mampu membawa anak berada pada waktu dan
kejadian berbeda pada saat pelajaran sejarah, mampu membawa anak berada pada
daerah dan iklim yang berbeda ketika belajar geografi.
Buku yang mampu
membangkitkan aspek keindahan, kreativitas, imajinasi dan memperkaya
pengetahuan anak.
Buku yang secara sadar
dan dibaca pada waktu luang.
Buku yang membimbing
kita untuk berpikir.
Buku menjadikan kita
pembelajar sepanjang hayat.
MANFAAT MEMBACA KRITIS.
Pada akhirnya, pada
jenjang membaca kritis dapat memberikan keterampilan yang kita butuhkan dalam
menjalani era Industri 4.0 (Dewayani, 2017), yaitu :
Menjadi pengguna yang
bijak (mengakses konten yang aman dan bermanfaat).
Menjadi pengguna
kreatif (berbasis pada karya dan memiliki kepedulian sosial).
Menjadi pengguna
kritis (selalu memastikan sumber yang kredibel).
Menjadi pengguna
produktif (tidak hanya sebagai pengakses informasi tetapi juga penghasil
informasi).
Aris Munandar - Pegiat di Matahari Pagi.
Keren
BalasHapus