Minggu, 10 Februari 2019

PENGAKUAN



“Lebih baik gagal dalam orisinalitas daripada berhasil dalam imitasi”, Herman Melville.

Pengakuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengaku atau mengakui. Pengakuan yang berasal dari diri sendiri biasanya berupa hal-hal “negatif” yang pernah kita lakukan, pengakuan dosa misalnya. Sebaliknya, pengakuan terhadap kita yang berasal dari orang lain seringnya merupaka hal-hal yang “positif”. Tak jarang banyak diantara kita yang berlomba-lomba untuk mendapatkannya.

Pengakuan merupakan pernyataan, oleh karenanya mengandung penerimaan, membenarkan, kesanggupan, dan anggapan. Ia adalah suatu proses, suatu perjalanan.

Pengakuan suatu proses atau perjalanan, tentang ‘aku’? Menjadi ‘aku’?.


AKU.

Pernah mendengar ungkapan mengenai gelas kosong? Ya, ungkapan yang menggambarkan seseorang yang dalam kondisi selalu siap diisi. Diisi untuk apa? Untuk dipenuhi tentunya. Pemenuhan ‘aku’ atau pemenuhan ‘diri’ (self fullfillment). Dengan apa aku atau diri dapat dipenuhi?. Ada banyak hal yang dapat memenuhi ke-‘aku’-an tersebut, sebut saja : jati diri, tujuan hidup, keinginan, kepemilikan, pencapaian, atau nilai.

Agar dapat memenuhi diri maka ‘aku’ dituntut untuk memiliki kompetensi tertentu, yaitu : pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Karena pemenuhan diri adalah suatu proses, maka kompetensi tersebut harus senantiasa berkembang. Perjalanan yang sesuai dengan waktunya. ‘Aku’ yang aktual, selalu relevan dan kontekstual. (selengkapnya bisa disimak DISINI)


PROSES.

Apakah ‘aku’ ada? Betul-betul ada? Apakah ‘aku’ bukan sekadar bagian dari statistika? Apakah ‘aku’ bukan suara yang diklasifikasikan berdasar warna? Apakah sudah menjadi ‘aku’ yang sesungguhnya?.

Aktualisasi adalah komunikasi. Seberapa aktual ‘aku’, seberapa efektif ‘aku’ dikomunikasikan. Peranan penguasaan keterampilan berbahasa memegang peranan penting disini.

Buku merupakan jendela dunia dan membaca sebagai cara untuk membuka cakrawalanya, tidak akan ada yang membantahnya bukan?. Dengan membaca ‘aku’ menjadi terhubung dengan dunia, dengan pemenuhannya. Membaca memberi ‘aku’ konteks, sehingga ‘aku’ menjadi kontekstual. Membaca bacaan yang tepat menjadikan ‘aku’ relevan. Membaca dapat membuat ‘aku’ menjadi terisi, menjadi aktual.

Ibarat waktu yang terus berdetak tiap detiknya, aktual pun bukan hal yang statis. Sebagai proses, ia mensyaratkan kesesuaian, harmoni. ‘Aku’ akan terputus dengan  dunia, terhenti pemenuhannya. ‘Aku’ harus selalu bergerak, berkembang, mengiringi waktu. Keharusan inilah yang membutuhkan disiplin, butuh tanggung jawab.


HASIL.

Gagasan besar membutuhkan ruang besar. Kesuksesan adalah hasil akhir yang diharapkan dari sebuah proses penataan dan pengaturan. Menuntut suatu hasil akhir dan mengabaikan prosesnya hanya akan menjadikan kita oportunis. Berikanlah kesempatan bagi diri kita untuk belajar menata dan mengatur gagasan kita. Pada akhirnya kita akan menemukan kesuksesan menurut penemuan kita masing-masing.

Penemuan itu menjadi penemuan tentang ‘aku’. Penemuan koordinat ‘aku’. Diantara ‘aku’ yang satu dengan ‘aku’ yang lain terentang jarak. Jarak itu menyatukan. Jarak juga menghubungkan koordinat ‘aku’ dengan kebermaknaannya. Diantara ‘aku’, adalah jarak, adalah makna.


Aris Munandar – Matahari Pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"