“Lebih
baik gagal dalam orisinalitas daripada berhasil dalam imitasi”, Herman
Melville.
Pengakuan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengaku atau
mengakui. Pengakuan yang berasal dari diri sendiri biasanya berupa hal-hal
“negatif” yang pernah kita lakukan, pengakuan dosa misalnya. Sebaliknya,
pengakuan terhadap kita yang berasal dari orang lain seringnya merupaka hal-hal
yang “positif”. Tak jarang banyak diantara kita yang berlomba-lomba untuk mendapatkannya.
Pengakuan merupakan
pernyataan, oleh karenanya mengandung penerimaan, membenarkan, kesanggupan, dan
anggapan. Ia adalah suatu proses, suatu perjalanan.
Pengakuan suatu
proses atau perjalanan, tentang ‘aku’? Menjadi ‘aku’?.
AKU.
Pernah mendengar
ungkapan mengenai gelas kosong? Ya, ungkapan yang menggambarkan seseorang yang
dalam kondisi selalu siap diisi. Diisi untuk apa? Untuk dipenuhi tentunya.
Pemenuhan ‘aku’ atau pemenuhan ‘diri’ (self
fullfillment). Dengan apa aku atau diri dapat dipenuhi?. Ada banyak hal
yang dapat memenuhi ke-‘aku’-an tersebut, sebut saja : jati diri, tujuan hidup,
keinginan, kepemilikan, pencapaian, atau nilai.
Agar dapat memenuhi
diri maka ‘aku’ dituntut untuk memiliki kompetensi tertentu, yaitu : pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Karena pemenuhan diri adalah suatu proses, maka
kompetensi tersebut harus senantiasa berkembang. Perjalanan yang sesuai dengan
waktunya. ‘Aku’ yang aktual, selalu relevan dan kontekstual. (selengkapnya bisa
disimak DISINI)
PROSES.
Apakah ‘aku’ ada?
Betul-betul ada? Apakah ‘aku’ bukan sekadar bagian dari statistika? Apakah ‘aku’
bukan suara yang diklasifikasikan berdasar warna? Apakah sudah menjadi ‘aku’
yang sesungguhnya?.
Aktualisasi adalah
komunikasi. Seberapa aktual ‘aku’, seberapa efektif ‘aku’ dikomunikasikan. Peranan
penguasaan keterampilan berbahasa memegang peranan penting disini.
Buku merupakan
jendela dunia dan membaca sebagai cara untuk membuka cakrawalanya, tidak akan
ada yang membantahnya bukan?. Dengan membaca ‘aku’ menjadi terhubung dengan
dunia, dengan pemenuhannya. Membaca memberi ‘aku’ konteks, sehingga ‘aku’
menjadi kontekstual. Membaca bacaan yang tepat menjadikan ‘aku’ relevan.
Membaca dapat membuat ‘aku’ menjadi terisi, menjadi aktual.
Ibarat waktu yang
terus berdetak tiap detiknya, aktual pun bukan hal yang statis. Sebagai proses,
ia mensyaratkan kesesuaian, harmoni. ‘Aku’ akan terputus dengan dunia, terhenti pemenuhannya. ‘Aku’ harus
selalu bergerak, berkembang, mengiringi waktu. Keharusan inilah yang
membutuhkan disiplin, butuh tanggung jawab.
HASIL.
Gagasan besar
membutuhkan ruang besar. Kesuksesan adalah hasil akhir yang diharapkan dari
sebuah proses penataan dan pengaturan. Menuntut suatu hasil akhir dan
mengabaikan prosesnya hanya akan menjadikan kita oportunis. Berikanlah
kesempatan bagi diri kita untuk belajar menata dan mengatur gagasan kita. Pada
akhirnya kita akan menemukan kesuksesan menurut penemuan kita masing-masing.
Penemuan itu menjadi
penemuan tentang ‘aku’. Penemuan koordinat ‘aku’. Diantara ‘aku’ yang satu
dengan ‘aku’ yang lain terentang jarak. Jarak itu menyatukan. Jarak juga
menghubungkan koordinat ‘aku’ dengan kebermaknaannya. Diantara ‘aku’, adalah
jarak, adalah makna.
Aris
Munandar – Matahari Pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar