Kemaslah dirimu dengan baik
Dalam almari bersemayam tubuh kaku
Seiring matahari yang terus memeluk bumi
Akulah sang perindu yang sekarat ditikam waktu.
Kolase dari kumpulan puisi Mengemas Perih dalam Senandung Kasih
Nirma Herlina Ghanie, 2018.
Judul
tulisan ini merupakan eksperimen utak-atik kata dari judul buku puisinya Nirma
Herlina Ghanie (selanjutnya disebut Nirma). Pun dengan bait diawal tulisan ini
merupakan kolase dari baris-baris sajak dari buku puisi yang sama.
Pertanyaanya, kenapa hal itu dilakukan?.
Cinta
adalah persoalan yang klise. Namun, menurut Saut Situmorang, dari hal
tersebutlah Dante menulis 3 buku besar tentang Neraka, Purgatoria, dan Sorga.
Begitu Petrarch menciptakan sebuah genre baru yang disebut soneta. Tak
ketinggalan Indonesia memiliki si bohemian, Chairil Anwar.
Puisi
ini menurut Nirma sendiri diakui sebagai potret rasa ‘sakit’ dan menjadikan
‘kebangkitan’ sebagai maknanya. Puisi sebagai karya seni memiliki fungsi
estetika, puisi sebagai pernyataan mengandung ekspresivitas yang intensif.
Dalam menjalankan spiritualnya, puisi merangsang kepekaan terhadap keindahan
dan terhadap rasa kemanusiaan. Puisi, dalam upayanya, mengembalikan nilai-nilai
kemanusiaan yang terkikis dan menyadarkan kembali manusia pada kedudukannya
dalam kehidupan (Pradopo dkk, 2012).
Sajak-sajak
dalam buku puisi ini pada umumnya memiliki nada yang sama dan diksi yang
serupa. Untuk itu, eksperiman utak-atik dan kolase diatas dimaksudkan untuk
membongkar jebakan ‘kesamaan’ nada dan ‘keserupaan’ diksi. Dalam perangkat puitik
(poetic devices), perangkat bunyi (sound devices) berada didalamnya bersama
perangkat arti (sense devices). Untuk
dapat mengungkapkan nada (tone) dan
tema bisa dilakukan dengan melakukan analisis terhadap perangkat-perangkat
tersebut.
Hal
ini merujuk pada konsepsi kebudayaan menurut Mathew Arnold, dimana puisi
diperlakukan sebagai karya yang terlepas dari penulis, lingkungan
sosial-budaya, dan bahkan pembacanya. Hal ini dilakukan untuk menemukan nilai
yang bersifat universal, melampaui batas ruang dan waktu. Tolok ukur nilai
tersebut terletak pada kejujuran, intensitas dan keseriusan penulisan puisi
tersebut.
Dari
kolase diatas terasa lirih berada dibalik senandung kasih. Apa yang menjadi
motif dominan dalam ‘kebangkitan’ dari perih/sakit seseorang?
Dalam hening tanpa diksi
Aku tak bisa mengenal rupaku sendiri
“Enyahlah kau dari hidupku!”
Apakah akan kau lemparkan cincin itu di bawah hujan?
Kolase dari kumpulan puisi Mengemas Perih dalam Senandung Kasih
Nirma Herlina Ghanie, 2018.
Pemaknaan
ini bukanlah pemaknaan berdasarkan arti referensial. Tapi meminjam inspirasi dan
narasi dari Semesta Manusia-nya Nirwan Arsuka. Kenapa demikian? Karena tulisan
ini mau menangkap roh dari buku ini, yakni ‘kebangkitan’. Manusia bangkit
apabila terdapat harapan yang lebih besar terhadap kehidupan dibandingkan
ketakutan pada kematian (baca: kehancuran).
Itulah nalar. Sajak digunakan Nirma dalam menyampaikan perspektifnya
secara estetik.
Dalam
hal ini terjadi pertentangan antara menjadi ber-‘ada’ (being) atau hanya
sekadar ada (exist). Pada hakikatnya, hidup sendiri bukanlah suatu aktivitas
untuk mencari kebenaran. Karena jika kita terlalu sibuk mencari tentang
kebenaran, mungkin kita akan tererumus pada pengakuan merasa paling benar. Kita
bisa menjadi lupa jika kebenaran itu berada dibalik kesalahan. Dari cara
menangani kesalahan inilah tingkat peradaban manusia diukur.
...
Mungkin kami harus beteman
Belajar hidup berdampingan
Sebagai sesama makhluk Tuhan
(Tupai, hal.53)
Pada
puncak tertinggi peradaban manusia, bahasa bertengger. Puisi meretasnya,
sehingga memperluas cakrawala bahasa. Ia melampaui batas-batas bahasa untuk
kemudian menetapkan batas-batas baru. Terus demikian, terus tumbuh dan
berkembang. Begitu dengan kebangkitan, ia menerabas rasa dari sakit.
Melampauinya sehingga menggerakan semangat untuk bangkit.
...
Hingga almanak tersibak kau telah berlayar
Meninggalkan jejak berdarah di batu karang
...
Tahukah engkau?
Batu itu menjadi mutiara
Ia terendap di dasar lautan
Lalu Tuhan berkehendak menyeretnya ke tepian
...
(Bisikan Kasih dalam Senandung Perih, hal.1)
Aris Munandar – Matahari Pagi.
Terimakasih mas sudah mereview buku Mengemas perih dalam senandung kasih.
BalasHapussubhanallah keren banget buku mengemas perih dalam senandung kasih... reviewnya mantap kak aris
BalasHapus