Minggu, 10 Februari 2019

RETORIKA DALAM PUISI



Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutera senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

(Chairil Anwar, Deru Campur Debu).


Kita telah berkenalan dengan puisi pada artikel sebelumnya (silahkan simak kembali DISINI). Sekarang kita berkenalan dengan retorika. Apa itu retorika? Retorika adalah teknik penyampaian uraian tentang akal pikiran kita secara persuasif, sehingga bisa diterima oleh orang lain. Teknik penyampaian ini dalam puisi menggunakan sarana retorika. Sarana retorika merupakan salah satu unsur dalam puisi. Sehingga untuk dapat memahami, memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, maka kita harus memahami sarana retorika ini.

Sarana retorika digunakan penyair sebagai alat untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan maksudnya. Sarana retorika ini dapat berupa rangkaian kata-kata, frase, atau kalimat yang merangsang pikiran pembaca untuk memahami peristiwa atau hal-hal yang disampaikan penyair dalam puisinya. Dalam kedudukannya sebagai pendukung makna puisi, sarana retorika berada pada wilayah bentuk lahiriah puisi.

Hakikatnya, sarana retorika adalah sarana kepuitisan dalam bentuk konstruksi bahasa yang disusun sedemikian rupa oleh penyair sehingga pembaca dituntut untuk memikirkan efek yang ditumbuhkan dan dimaksudkan oleh penyairnya (Pradopo, 1990). Untuk itu, sarana retorika bisa dikatakan sebagai muslihat pikiran (Altenbernd & Lewis, 1970). Untuk itu, puisi mengajak pembacanya untuk berkontemplasi atas apa yang dikemukakan penyair. Untuk bisa berkontemplasi, pembaca harus bisa mengidentifikasi sarana retorika yang terdapat dalam suatu puisi. Untuk memudahkan pengidentifikasian, maka harus mengenal jenis-jenis sarana retorika terlebih dahulu.

Hiperbola. Sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara berlebih-lebihan dengan membesar-besarkan fakta atau emosi yang sesungguhnya. Berfungsi menambah intensitas makna.

Menyala rinduku
Dalam unggun api-Mu
Membara dalam keluhan panjang
Hatiku yang pendiam

Menyala rinduku
Dalam redupnya gemintang
Saat malam, saat kelam itu
Menikamku dalam-dalam

(Acep Zamzam Noor, Di Bukit Dago, 1982)

Understatement atau litotes. Sebagai kebalikan dari hiperbola, sarana retorika ini berarti pernyataan yang mengecilkan sesuatu. Berfungsi untuk memberi pemahaman dan penghayatan bagi pembaca betapa kecil/rendah-nya suatu hal.

Ingin selalu kupersembahkan kepada-Mu
Sajak-sajak yang sederhana
Pikiran-pikiran yang sederhana
Perasaan-perasaan dan hasrat yang sederhana
Sebab hidup ini pun sederhana saja
Aku dilahirkan secara sederhana

Dari rahim ibuku yang sederhana
Dari rahim iradat-Mu yang sederhana

(Emha Ainun Nadjib, Sajak Sederhana, 1978)

Ambiguitas. Dalam arti makna ganda yang dimiliki oleh kata, frase, klausa, ataupun kalimat. Hal ini diakibatkan oleh sifat puisi yang berupa pemadatan, sehingga menyebabkan makna menjadi misted dan bersifat polyinterpretable. Berfungsi untuk mendorong pembaca memikirkan makna puisi yang sesuai dalam hubungannya dengan konteks struktur puisi secara keseluruhan.

Ayah dan ibuku bercakap-cakap
dalam tidurku
Kata mereka: Pohon keluarganya
selalu ditebangi orang
Aku bangun pagi-pagi benar
- di seberang gurun langit sudah malam
Aku ingin tidur lagi
Aku tak ingin melihatnya

(Abdul Hadi WM, Optimisme, 1982)


Elipsis. Sarana retorika yang ditandai dengan penghilangan bagian dari satu kalimat dalam suatu baris yang memungkinkan pembaca untuk mengisi dengan imajinya. Berfungsi menantang pembaca untuk memikirkan apa yang kira-kira akan diisikan pada bagian yang tidak lengkap itu.

Tolong sampaikan kepada abangku, Raden Sumantri, bahwa
            memang kebetulan jantungku tertembus anak panahnya,
            Kami saling mencinta, dan antara
            disengaja dan tak sengaja sama sekali tidak ada pembatasnya
Kalau kau bertemu dengannya, tolong sampaikan bahwa aku
tidak menaruh menaruh dendam padanya, dan nanti apabila perang
            itu tiba, aku hanya akan...

(Sapardi Djoko Damono, Pesan, 1983)


Aris Munandar – Matahari Pagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"bersinar bersama dan menyinari kebersamaan"