"Tulisan ini saya dedikasikan buat semua rekan-rekan
kontributor berita Inmas Kemenag Kab. Sukabumi".
Setiap orang pada dasarnya punya kemampuan untuk menulis.
Mengapa saya katakan demikian, karena saya percaya tiap hari kita pasti membuka
komunikasi atau pembicaraan dengan siapapun. Rasanya tak mungkin bila sehari
saja, mulut ini tak bersuara. Lalu apa hubungannya dengan menulis.
Menulis bagi saya adalah pembicaraan yang dilakuakan secara
tidak langsung. Berbicara adalah melalui lisan. Sedangkan saya memahami, tidak
semua orang mampu mengutarakan langsung apa yang ingin disampaikan atau
dibicarakan secara verbal. Dengan berbagai alasan tentunya. Untuk itu, tulisan
hadir sebagai media untuk menyampaikan pesan yang tak dapat disampaikan secara
lisan.
Menulis bagi seorang guru, saya rasa bukanlah sebuah
pekerjaan yang sulit pun juga tak mudah. Bukankah sehari-hari kita juga pasti
melakukan komunikasi minimal dengan anak-anak? Apalagi guru yang juga seorang
ibu rumah tangga di rumah. Dari bangun
pagi hingga mau tidur lagi, berapa jumlah kata dan kalimat yang sudah kita
rangkai. Tentu sangat banyak. Hanya masalah kebiasaan saja yang sedikit saya
rasa membuat susah untuk menulis, karena belum terbiasa.
Darimana saya harus mulai menulis, apa yang akan saya
tulis, seperti apa gaya bahasanya, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang kerap
saya temui pada rekan-rekan yang kebetulan diskusi tentang penulisan, utamanya penulisan
berita.
Kurang lebih satu tahun ini, saya memang aktif dalam
penulisan berita yang ada di Portal
Kemenag. Kalau boleh jujur saya akui, sebenarnya saya pun tidak bisa,
hanya modal nekad saja rasanya yang saya punya. Dan keinginan yang kuat bagaimaan
cara agar apa yang saya pikirkan dan inginkan bisa tersampaikan. Hanya itu,
tidak lebih.
Mengapa saya menulis...jika diperkenankan sedikit membuka
lembaran lama mengapa pada akhirnya saya menulis. Hal ini dimulali saat saya
yang seorang perempuan menjadi ibu baru. Hal menarik yang sering saya lakukan
dahulu adalah bercerita. Untuk ibu-ibu yang ada
di rumah, sebenarnya kegiaatan menulis tanpa kita sadari sudah sering kita
lakukan. Seperti halnya menulis daftar belanjaan, menulis keperluan dalam
sebulan. Atau mungkin sekarang seiring dengan perkembangan zaman, yang dulu
suka menulis dalam buku harian, mungkin saat ini tengah beralih ke media
sosial. Seperti facebook, whatsapp, IG dan yang lain.
Saya akan bercerita apa saja
kepada anak dengan materi yang sesaui dengan pesan yang ingin saya sampaikan.
Tentu dengan bahasa sederhana yang dapat dimengerti oleh anak. Sambil
bercerita, libatkan pula anak untuk ikut didalamnya. Untuk mengecek apakah
pesan yang ingin kita sampaikan, kita dapat menggali dengan pertanyaan-pertanyaan
sederhana yang dimengerti anak.
Hal tersebut saya lakukan
dulu tatkala anak-anak saya masih balita. Menginjak mereka besar, posisi
berubah. Saya lebih banyak menjadi pendengar dan penyimak. Dibutuhkan ruang dan
waktu bagi anak untuk berani mengungkapakan apa yang ada dalam pikirannya.
Menyadari siapakah saya,
siapa yanga akan berkenan mendengar apa yang akan saya sampaikan, kecuali
anak-anak yang ada di kelas saya, mulailah saya menulis. Menulis apa saja. Jika
tak mampu tersampaikan lewat tulisan
mengapa tak coba lewat tulisan.
Menyadari kemampuan berbahasa
saya secara verbal tidak terlalu baik, terkadang bahkan sering terjadi susunan
kaliamat saya kacau. Hal ini ternyata saya mengindap disleksia. Dan suatu hal
yang juga baru saya sadari setelah ikut bergabung dalam pendidikan inklusi yang
ada di lingkup Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi dan juga hasil belajar dari
pusat sumber-pusat sumber yang menjadi acuan belajar kami.
Baik, kita mulai dari mana
memulai sebuah tulisan. Menulis berita adalah cara penyampaian informasi
melalui tulisan. Dalam penulisan berita bebrapa hal yang perlu kita siapkan
sebagai bahan penulisan antara lain :
A. Memilih dan memilah berita
yang akan kita tulis
Banyak peristiwa dan
kejadian yang ada disekitar kita setiap harinya yang dapat kita temui. Namun
ada beberapa pedoman yang biasa saya ambil dalam penulisan berita yang saya
lakukan. Ada kejadian menarik namun tidak penting, ada kejadian menarik dan
penting, dan ada pula kejadian tidak menarik dan tidak penting. Biasanya saya
akan lebih memilih opsi satu dan dua.
Bijak dalam memilah dan
memilih berita yang akan kita tulis, hingga tidak akan membuat tulisan berita
terkesan “asal ada berita”, walau tak dipungkiri kebutuhan akan berita akan
selalu ada.
B. Mencari sumber berita
Sumber berita atau nara
sumber, adalah hal penting dalam penggalian sebuah berita yang akan kita tulis.
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam mencari nara sumber berita antara
lain :
Lakukan pengenalan sesederhana
namun seakurat mungkin, bila perlu sertakan beberapa contoh tulisan yang sudah
pernah kita buat untuk lebih meyakinkan nara sumber. Dalam perkenalan hal-hal
yang harus diperhatikan antara lain (Beberapa hal yang biasa saya lakukan) :
- Minta izin untuk mengajukan wawancara baik tertulis maupun langsung.
- Perkenalan diri yang meliputi nama jelas.
- Instansi asal kita.
- Maksud dan tujuan menghubungi nara sumber.
- Bila memungkinkan sebutkan dari mana kita mendapatkan no kontak nara sumber.
- Jika nara sumber berhalangan, jangan memaksa (apalagi jika memang kita dalam posisi yang sangat membutuhkan nara sumber) minta saja kapan waktu yang beliau sempat.
- Lakukan semua dengan sopan dan sabar, jangan lupa ucapkan terima kasih. Dan apabila tulisan/berita yang telah kita tulis tayang, sampaikan juga pada nara sumber.
- Jika ada kesempatan bertemu langsung dengan nara sumber, pelajari dulu seperti apa nara sumber. Mungkin ada refenrensi yang bisa kita pelajari/baa terlebih dahulu. Biografinya. Atau bertanya pada orang-orang yang mengenal beliau. Minimal 2 orang
C. Teknik wawancara dan
dokumentasi.
Dalam penggalian informasi dapat
kita lakukan baik secara langsung/teknik wawancara langsung maupun tertulis.
Dalam hal ini saya lebih banyak menggunakan teknik wawancara tertulis, mengingat
tidak selalu ada di lokasi ketika kejadian tersebut berlangsung. Dapat pula
kita memberdayakan sumber informasi lain sebagai pengganti pewawancara di
lapangan.
Untuk lebih mendukung isi
berita yang kita tulis dapat pula kita sertakan foto-foto untuk mendukung isi
berita. Pengambilan foto nara sumber jangan pernah lupa untuk meminta izin
terlebih dahulu, sekalipun kita telah mengenal dengan baik.
Saat pengambilan foto
lakukan sebanyak mungkin, untuk mengangtisipasi hasil jepretan kita yang kurang
memuaskan. Dan satu kebiasaan yang paling saya suka adalah mengambil foto-foto candid disamping foto-foto resmi yang
saya butuhkan. Adakalanya foto candid akan menjadi sumber bahan anak berita.
D. Mencatat hal-hal penting
Hal-hal penting yang saya
maksud dalam penulisan berita meliputi konsep 5W+1H. Konsep 5 W (what,where,when,why,and
who) dan 1 H (how). Kumpulkan dahulu semua bahan tulisan terkait 5W dan 1 H
tersebut.
Untuk memudahkan penerapan
5W+1 H tadi, dapat dibantu dengan mengamati kondisi sekitar dengan mengoptimalkan
panca indera kita. Apakah ada hal-hal lain yang sederhana dan menarik yang
dapat kita tulis sebagai anak berita. Terkadang yang menjadi anak berita sering
berasal dari hal-hal yang mungkin sepele dan jarang terlintas dibenak.
Berlaku sebagai anak kecil
yang kaya akan pertanyaan, terkadang pertanyaan sedikit aneh/konyol sekalipun
(catatan hanya untuk ke nara sumber yang sudah benar-benar kita kenal dan
akrab. Jangan sekali-kali lakukan pada nara sumber yang baru kita kenal. Menjaga
image kita selaku pewarta dimata nara sumber.
E. Menulis berita
Setelah semua bahan berita
yang kita butuhkan tersedia, mulailah dengan menulis berita. Adapun kerangka
berita yang paling mudah terdiri dari tiga hal :
- Kepala berita/teras berita
- Isi berita
- Penutup
Jika bahan-bahan telah
terkumpul segera tulis, atau cari waktu yang benar-benar nyaman untuk menulis.
Adapun trik (baca: hal-hal
yang terkadang menjadi mood booster saya
dalam hal menulis berita) yang saya miliki ketika saya menulis adalah saya melakukan
seakan-akan seperti tuntutan kita harus menyampiakan informasi kepada anak-anak
yang akan kita ajar.
Namun, dalam perjalanan
menulis berita tidak semua dapat saya lalui dengan mulus dan tanpa hambatan.
Beberapa hambatan yang saya temui antara lain :
- Bahan berita sangat minim
- Jarang dan hampir 80% saya tidak pernah ada di lokasi
- Minim nara sumber yang bisa dihubungi untuk dijadikan acuan.
- Pelajari SOP penulisan beritanya
Dari semua rangkaian yang
telah saya tuliskan diatas, tanpa bermaksud menggurui terhadap siapapun izinkan
saya menyimpulkan semua yang telah saya uraikan diatas:
- Lakukan dengan senang.
- Tidak merasa menjadi beban.
- Lakukan seperti air mengalir.
Meminimalisir unsur
subyektifitas dalam penulisan (walau terkadang agak sulit, tetap harus dapat
menjaga hubungan personal dengan baik dengan nara sumber yang kita miliki. Bisa
jadi kita akan bertemu dan membutuhkan kehadiran dan informasinya kembali suatu
waktu nanti).
F. Menjaga netralitas untuk
menjaga kualitas tulisan.
Tidak menulis berita yang
mengandung unsur SARA, hujatan, fitnah, maupun konten-konten lain yang
mengundang perpecahan.
Menjadi orang dibelakang
layar tentu penuh akan cerita yang kaya baik suka maupun duka. Jangan banyak
berharap atas tulisan yang telah kita tulis, selain menyampaikan informasi yang
memang ingin kita sampaikan, apalagi berharap feed back dari nara sumber. Mengaingat biasanya nara sumber adalah
orang yang super sibuk dengan segudang aktivitas. Cukup bagikan hasil berita
yang sudah kita tulis (jika sudah ada).
Saya percaya, bahwa
kemampuan menulis bukanlah sesuatu yang diwariskan, namun sesuatu yang harus
digali dan diasah. Bakat saja tak cukup untuk bertahan dalam menulis. Butuh
komitmen yang tinggi untuk terus giat dalam menulis. Ibarat pisau yang tajam
karena seringnya diasah. Demikian pula dengan kemampuan menulis. Jangan
berkecil hati hanya karena kita bukan guru Bahasa Indonesia (mungkin ini hanya
buat saya), jangan minder hanya karena kita bukanlah pengarang dan penulis
terkenal. Menulis, menulis dan menulis. Dan saya juga percaya, mereka yang saat
ini terlihat mahir, ahli dalam hal penulisan pasti juga diawalli dengan menjadi
seorang pemula.
Dan sebagai penutup, saya
sangat terbuka dan legowo terhadap tulisan yang telah saya buat sebagai bahan masukan
dan kritik yang membangaun terhadap segala hal yang berkaitan dengan teknis
maupun isi berita.
Sukabumi,
19 Februari 2019
07:00:00
Tentang Utik Kaspani
Utik
Kaspani lahir di Balikpapan 06 Juni 1977, lahir dari pasangan Kaspani dan Sri
Mahainingsih, sulung dari tiga bersaudara ini memang sangat ingin menjadi
seorang penulis. Meskipun bukan berasal dari latar belakang seorang pendidik,
kini Utik menggeluti profesinya sebagai seorang pengajar di MTs. Nurul Huda
Palabuhan ratu semenjak Juli 2005 hingga saat ini. Latar belakangnya sebagai
seorang Sarjana Pertanian di bidang Ilmu Tanah sedikit banyak sangat
berpengaruh besar terhadap hobbynya jalan-jalan yang akhirnya dituangkan dalam
sebuah tulisan.
Sempat
bercita-cita menjadi seorang jurnalis, namun akhirnya kandas di tengah jalan
karena restu yang tak kunjung datang dari orang tua nya. Bahkan kisah asmaranya
pun sempat berakhir pilu karena keinginan kuatnya menjadi seorang jurnalis.
Menjalani
profesi sebagai seorang pengajar, tentu memberikan peluang yang sangat lebar
buat Utik untuk kembali mewujudkan keinginaannya dalam bidang tulis menulis.
Apalagi semenjak bergabung menjadi kontributor aktiv dalam media pemberitaan
portal Inmas Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi. Bak gayung bersambut, yang
seakan-akan mendapatkan kembali apa yang dulu pernah dicita-citakannya.
Keinginannya
yang kuat untuk selalu mau belajar, menjadikan Utik seakan tak pernah
kehilangan ide-idenya dalam merangkai kata. Menyadari kelemahannya yang
ternyata memiliki sedikiti hambatan dalam merangkai kata dalam berbicara
langsung (disleksia) semakin meneguhkan niat nya untuk selalu berusaha berkarya
dalam tulisan. Bisa jadi sesuai dengan Motto nya dalam menulis, jika kita tak
mampu menyampaikan sebuah pesan melalui lisan, mengapa tak coba lewat
tulisan.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar