Semilir adalah sebuah ajang mengorganisasikan gagasan dan mendiskusikannya. Gagasan tersebut ditulis dalam bentuk esai. Sebelum diterbitkan, gagasan esai tersebut akan didiskusikan terlebih dahulu. Untuk itu, pratinjau ini dimaksudkan sebagai bahan pemantik terhadap diskusi tersebut. Pratinjau ini merupakan tinjauan terhadap gagasan esai yang terdiri dari 2 (dua) bagian. Bagian pertama, memotret gagasan-gagasan dan poin menarik yang ada dalam esai menjadi sebuah ikhtisar. Bagian kedua, catatan-catatan editor terhadap hal-hal yang terkait dengan bagian pertama.
Pemantik diskusi ini sengaja disajikan dalam bentuk pratinjau, karena untuk menjaga originalitas karya penulis. Diskusi kali ini akan menyajikan judul “Kelahiran Literasi” dengan narasumber Teguh Ari Prianto, selaku penulisnya. Esai ini nanti akan bisa dibaca dalam buku SEMILIR: Literasi-Kita-Kini yang akan diterbitkan oleh Matahari Pagi.
Ikhtisar
Teguh Ari Prianto membuka esainya dengan ilustrasi ibu yang melahirkan seorang anak, disaksikan oleh neneknya. Ilustasi yang menggambarkan 3 generasi. Hal ini berkaitan erat dengan penegasan selanjutnya, yaitu: berliterasi itu bekerja untuk keabadian.
Kelahiran literasi, oleh Teguh, disandangkan kepada kelahiran karya literasi. Begitu pun dengan literasi dan keabadian, keduanya terwujud dalam karya literasi. Pada akhirnya, karya literasi merupakan tolok ukur keunggulan peradaban bangsa. Karenanya proses kelahirannya harus dipersiapkan.
Karya literasi lahir dari kematangan individu-individu, sebagai pijakan peradaban, sebagai jembatan ide-ide luhur kemanusiaan. Mempersiapkan proses kelahiran karya literasi berarti mempersiapkan kematangan individu-individu tersebut.
Yang menarik pada “Kelahiran Literasi,” Teguh menawarkan sebuah formula yang ia namakan sebagai Formula Mahardika. Formula ini diyakini dapat mengembalikan kesadaran cita kita sebagai bangsa. Kelahiran literasi akan memberikan optimisme kita, dengan melekatnya gen nilai-nilai luhur bangsa, sehingga dapat menjawab segala permasalahan yang sedang dihadapi.
Kelahiran literasi, senada seperti yang diungkapkan oleh Koichiro Matsuura (Direktur Umum UNESCO), merupakan kelahiran harapan masa depan yang lebih baik.
Pratinjau
Apakah literasi sama dengan karya literasi, sehingga kelahiran karya literasi berarti juga kelahiran literasi? Ini akan menjadi poin menarik untuk kita diskusikan.
Apakah kematangan individu yang disebut sebagai persiapan kelahiran literasi itu sama dengan proses penguasaan literasi? Bagaimana juga kaitannya dengan keterampilan literasi, yaitu: berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif?
Bagaimana pola kerja Formula Mahardika dalam literasi sebagai peristiwa, praktik baik, dan praktik sosial?
Bagaimana cara Formula Mahardika memformulasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa kita yang bersumber dari literasi lisan dan tulis kedalam pendekatan literasi visual dan digital, sehingga konteksnya menjadi relevan kembali?
Semilir: Literasi-Kita-Kini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar